CLBK~4

Dengan langkah gontai Mentari keluar dari ruangan Zio. Ia duduk di kursinya sambil menunggu Ramon keluar untuk menjelaskan beberapa pekerjaannya. Mentari baru tersadar jika tadi ia memang sudah salah. Harusnya tidak mencampurkan urusan pribadi ke dalam pekerjaan begitu pun sebaliknya.

Ia ingin meminta maaf pada Zio tapi nanti ketika moodnya sudah membaik. Apalagi tadi Zio sudah memberinya ultimatum dengan memotong gaji serta memberikannya SP satu. Mentari merasa hari ini adalah harinya yang paling apes bahkan lebih apes dari ini mendapat lamaran dadakan dari pak Santoso untuk dijadikan istri ke empat. Sejarah akan mencatat kalau hari ini adalah hari tersial Mentari.

Mentari menghela napas, ia menopang dagunya dengan satu tangan sambil menatap layar monitor komputer yang tadi ia nyalakan. Sebelah tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jarinya untuk mengusir kebosanan.

Untung saja tidak sampai lima menit Ramon keluar dan langsung fokus pada pekerjaan. Ia senang karena Mentari cepat paham dengan apa yang ia jelaskan. Tak buruk waktu lama Mentari sudah bisa menguasai beberapa pekerjaan yang ditugaskan oleh Ramon. Pria itu pun meninggalkannya untuk bisa bekerja sendiri.

Inilah Mentari, gadis yang suka blak-blakan, emosi tidak terkontrol dan suka marah pada siapapun yang membuatnya kesal tapi jika sudah berhadapan dengan pekerjaan, ia pasti akan sangat fokus dan cekatan dalam mengerjakan tugasnya.

Ramon yang ruangannya bersebelahan dengan Mentari dengan dinding kaca sebagai pembatas pun tersenyum tipis melihat keseriusan Mentari saat bekerja.

Saat sedang seriusnya bekerja, telepon di atas meja Mentari berbunyi dan ia segera mengangkatnya.

"Ke ruanganku sekarang!"

"Maaf ini dengan siapa ya?" tanya Mentari.

Terdengar decakan dari seberang saluran.

"Gue! Bos lu!"

Tuttt ... tuttt ....

Mentari langsung terkesiap, ia lupa jika yang meneleponnya pasti sang mantan bangsat yang kini merangkap sebagai CEO-nya alias bos barunya. Dengan malas Mentari berdiri dan segera berjalan ke ruangan Zio.

Ia membuka pintu tersebut dan mendapati Zio sedang duduk dengan kakinya yang berada di atas meja.

Ck, gue nggak yakin dia ini CEO beneran!

Zio menatap Mentari yang berdiri sambil menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Diam-diam dalam hati Zio merasa senang bisa melihat mantannya ini lagi.

"Duduk," titah Zio.

Mentari pun duduk di kursi yang berhadapan dengan Zio. "Bapak memanggil saya?" tanya Mentari, kali ini ia tidak ingin terbawa emosi. Ia tidak mau seperti tadi meletup-letup seperti air mendidih. Ia tidak mau gajinya dipotong lagi.

Kaki Zio yang berada di atas meja langsung ia turunkan. Ia tersenyum menatap Mentari, "Tadi gue manggil lu buat wawancara lu langsung tentang kenapa lu ngelamar kerja disini dan kenapa lu keluar dari kantor lu yang lama?" ucap Zio.

Wajah Mentari menjadi tidak enak dilihat. Bukan karena pertanyaan Zio melainkan cara bicara Zio yang non formal sedangkan ia saja dipaksa untuk berbicara formal dan jika tidak maka gajinya menjadi sasaran.

"Bukannya saya sudah memasukkan alasan saya saat wawancara ya Pak?" tanya Mentari heran.

Zio berusaha menahan tawanya, "Jadi benar lu keluar dari perusahaan lama lu karena mau dijadiin istri ke empat?" tanya Zio dengan wajahnya yang memerah karena menahan tawa.

Mentari yang tadinya sudah kalem bak putri keraton itu pun kembali mengeluarkan sungutnya. Ingin sekali ia menjawab ucapan Zio dengan tak kalah nyelekitnya tapi ia harus bisa menahannya karena gajinya yang dipertaruhkan.

Sabar Mentari, sabar ini ujian.

"Ya begitulah Pak," jawab Mentari singkat padat dan jelas. Ia harap dengan jawabannya itu Zio akan berhenti bertanya.

"What? Ya ampun Mentari Ramadhani binti Ramadhan, gue nggak nyangka pesona lu turun abis. Putus dari gue bukan dapat yang lebih malah dapatnya pria bangkotan. Miris amat nasib lu," ledek Zio.

Braaakkk ...

Zio terperanjat kaget saat Mentari menggebrak mejanya, "Lu apa-apaan?" pekik Zio.

Mentari langsung berdiri, "Mohon bapak kalau memanggil saya cukup untuk panggilan pekerjaan. Jangan mengulik informasi pribadi saya. Permisi!"

Dengan langkah lebar Mentari keluar dari ruangan itu. Habis sudah kesabarannya menghadapi Zio, ia pikir tadi ada pekerjaan penting, rupanya di dalam ia hanya kembali dibuat kesal.

"Dasar mantan brengsek!" umpat Mentari sebelum ia menutup pintu tersebut dan ia bahkan membanting daun pintu itu hingga kembali membuat Zio terkejut.

Mentari duduk di kursinya sambil menekuk wajahnya. Pekerjaan yang harusnya ia kerjakan dengan semangat kini justru membuatnya kesal. Mentari ingin sekali keluar dari kantor ini saja, ia tidak mau bertemu Zio yang pastinya akan terus menguji kesabarannya. Menghindarinya pun tidak mungkin karena ia adalah sekretarisnya.

"Semua karena pak Santoso!"

Mentari harusnya masih bekerja di kantor itu kalau saja bosnya itu tidak memintanya untuk menjadi istri keempat. Mentari sudah lama bekerja disana dan sudah sangat nyaman. Ia punya banyak teman dan mereka semua begitu baik. Pak Santoso juga baik, tidak pernah marah dan cenderung mengasihi para karyawannya hingga akhirnya pembicaraan tentang ingin menikahinya itu membuat Mentari harus hengkang dari kantor yang sudah membantunya membayar cicilan motor dari hasil gajinya.

Baru saja Mentari kembali menemukan semangatnya untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum makan siang, telepon di atas meja itu berbunyi lagi.

"Dosa nggak ya kalau gue nggak mau ngangkat telepon itu? Kira-kira kalau gue nggak ngangkat dia bakalan langsung pecat gue atau enggak ya?" monolog Mentari, ia malas sekali berbicara dengan Zio. Ia takut tidak kuat iman sehingga kembali meledak-ledak pada bosnya itu.

Akhirnya setelah berdebat dengan dirinya sendiri Mentari memilih mengalah saja, "Halo Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Mentari dengan suara yang lembut, ia berharap dengan melembut seperti itu maka Zio juga akan bersikap manis padanya.

"Ya, buatkan aku kopi!"

Mentari terhenyak, pria itu meneleponnya untuk dibikinkan kopi? Bukankah di perusahaan ini ada OB yang bisa dimintai tolong, pikir Mentari.

Mentari mengelus dadanya, sungguh berat sekali perjuangannya di hari pertama kerja ini. Ia bertekad untuk mencari pekerjaan lain walaupun gajinya lebih rendah agar hati dan pikirannya tetap waras. Setelah bekerja tiga bulan maka Mentari akan mengundurkan diri dari kantor ini.

.

.

"Puffftt ... lu mau bikin gue diabetes dengan kopi semanis ini? Ini kopi pakai gula atau gula pakai kopi?"

Zio memuntahkan kembali seteguk kopi yang baru saja cicipi sedangkan Mentari hanya menatap datar padanya.

"Gue nggak mau tahu, kopinya harus ganti. Rasanya harus pas, kopi dan gulanya sesuai takaran!"

Mentari pun menurutinya, ia keluar lagi untuk membuatkan Zio kopi dan ketika kopi kedua itu sang CEO kembali memuntahkannya dengan alasan kopi ini terlalu pahit dan ia kembali meminta Mentari untuk membuatkan yang baru.

Kali ini tidak ada emosi dari Mentari, ia bahkan membuatkan kopi itu sambil bersenandung. Dengan senyuman manisnya ia mendekati Zio lalu memberikan kopi tersebut.

"Nah gitu dong, kalau sama atasan itu harus bermuka manis dan harus senyum biar kopi yang kamu buatkan ini semakin manis," ucap Zio yang cukup senang karena wajah Mentari terlihat ceria.

Mentari kembali tersenyum, "Ya sudah pak, kalau begitu saya keluar dulu. Pekerjaan saya masih banyak, permisi," ucap Mentari dan lagi, ia tetap mempertahankan sikap ramah-tamahnya.

Zio hanya mengibaskan tangannya dan Mentari bergegas keluar. Ia tidak langsung duduk di kursinya melainkan tetap berdiri di depan pintu sambil menghitung.

"Satu ... dua ... ti--"

"Mentariii!! lu masukin apa ke kopi gue? Kenapa rasanya asin?!"

Mentari yang mendengar teriakan Zio langsung tertawa terbahak-bahak, ia begitu senang karena berhasil mengerjai Zio. Ramon yang melihatnya justru merasa heran dengan apa yang terjadi karena tadi Mentari dan Zio bertengkar dan kini Mentari keluar dari ruangan itu dengan penuh tawa.

"Aneh!"

Mentari duduk di kursinya masih dengan sisa tawanya, "Mampus lu! Makanya jangan sok ngerjain gue. Minum tuh kopi rasa garam. Muntah, muntah deh lu!"

Terpopuler

Comments

iyel

iyel

hadehhhhhhh 😅😅😅

2023-05-16

0

lihat semua
Episodes
1 CLBK~1
2 CLBK~2
3 CLBK~3
4 CLBK~4
5 CLBK~5
6 CLBK~6
7 CLBK~7
8 CLBK~8
9 CLBK~9
10 CLBK~10
11 CLBK~11
12 CLBK~12
13 CLBK~13
14 CLBK~14
15 CLBK~15
16 CLBK~16
17 CLBK~17
18 CLBK~18
19 CLBK~19
20 CLBK~20
21 CLBK~21
22 CLBK~22
23 CLBK~23
24 CLBK~24
25 CLBK~25
26 CLBK~26
27 CLBK~27
28 CLBK~28
29 CLBK ~29
30 CLBK~30
31 CLBK~31
32 CLBK~32
33 CLBK~33
34 CLBK~34
35 CLBK~35
36 CLBK~36
37 CLBK~37
38 CLBK~38
39 CLBK~39
40 CLBK~40
41 CLBK~41
42 CLBK~42
43 CLBK~43
44 CLBK~44
45 CLBK~45
46 CLBK~46
47 CLBK~47
48 CLBK~48
49 CLBK~49
50 CLBK~50
51 CLBK~51
52 CLBK~52
53 CLBK~53
54 CLBK~54
55 CLBK~55
56 CLBK~56
57 CLBK~57
58 CLBK~58
59 CLBK~59
60 CLBK~60
61 CLBK~61
62 CLBK~62
63 CLBK~63
64 CLBK~64
65 CLBK~65
66 CLBK~66
67 CLBK~67
68 CLBK~68
69 CLBK~69
70 CLBK~70
71 CLBK~71
72 CLBK~72
73 CLBK~73
74 CLBK~74
75 CLBK~75
76 CLBK~76
77 CLBK~77
78 CLBK~78
79 CLBK~79
80 CLBK~80
81 CLBK~81
82 CLBK~82
83 CLBK~83
84 CLBK~84
85 CLBK~85
86 CLBK~86
87 CLBK~87
88 CLBK~88
89 CLBK~89
90 CLBK~90
91 CLBK~91
92 CLBK~92
93 CLBK~93
94 CLBK~94
95 CLBK~95
96 CLBK~96
97 CLBK~97
98 CLBK~98
99 CLBK~99
100 CLBK~100
101 CLBK~101
102 CLBK~102
103 Pengumuman
104 CLBK~103
105 CLBK~104
106 CLBK~105
107 CLBK~106
108 CLBK~107
109 CLBK~108
110 CLBK~109
111 CLBK~110
112 CLBK~ 111
113 CLBK ~ 112
114 CLBK ~ 113
115 CLBK~114
116 CLBK~115
117 CLBK~116
118 CLBK~117
119 CLBK ~ 118
120 CLBK ~ 119
121 CLBK ~ 120
122 CLBK ~121
123 CLBK ~122
124 CLBK ~ 123
125 CLBK ~ 124
126 CLBK ~125
127 CLBK ~126
128 CLBK ~ 127
129 CLBK ~ 128
130 CLBK ~ 129
131 CLBK ~ 130
132 CLBK ~ 131
133 CLBK ~ 132
134 CL K ~ 133
135 CLBK ~ 134
136 CLBK ~ 135
137 CLBK ~ 136
138 CLBK ~ 137
139 CLBK~138
140 CLBK ~ 139
141 CLBK ~ 140
142 CLBK ~ 141
143 CLBK ~ 142
144 CLBK ~ 143
145 CLBK ~ 144
146 CLBK ~ 145
147 CLBK ~ 146
148 CLBK ~ 147
149 CLBK ~ 148
150 CLBK ~ 149
151 CLBK ~ 150
152 CLBK ~ 151
153 CLBK ~ 152
154 CLBK ~ 153
155 CLBK ~ 154
156 CLBK ~ 155
157 CLBK ~ 156
158 S2 - bab 1
159 S2 Bab 2
160 S2 - Bab 3
161 S2 ~ Bab 4
162 S2 ~ Bab 5
163 S2 ~ bab 6
164 S2 ~ Bab 7
165 S2 ~ Bab 8
166 S2 ~ Bab 9
167 S2 ~ Bab 10
168 S2 ~ Bab 11
169 S2 ~ Bab 12
170 S2 ~ Bab 13
171 S2 ~ Bab 14
172 S2 ~ Bab 15
173 S2 ~ Bab 16
174 S2 ~ Bab 17
175 S2 ~ Bab 18
176 S2 ~ Bab 19
177 S2 ~ Bab 20
178 S2 ~ Bab 21
179 S2 - Bab 22
180 S2 ~ Bab 23
181 S2 ~ Bab 24
182 S2 ~ Bab 25
183 Episode Terakhir
184 Dear pembaca setia
Episodes

Updated 184 Episodes

1
CLBK~1
2
CLBK~2
3
CLBK~3
4
CLBK~4
5
CLBK~5
6
CLBK~6
7
CLBK~7
8
CLBK~8
9
CLBK~9
10
CLBK~10
11
CLBK~11
12
CLBK~12
13
CLBK~13
14
CLBK~14
15
CLBK~15
16
CLBK~16
17
CLBK~17
18
CLBK~18
19
CLBK~19
20
CLBK~20
21
CLBK~21
22
CLBK~22
23
CLBK~23
24
CLBK~24
25
CLBK~25
26
CLBK~26
27
CLBK~27
28
CLBK~28
29
CLBK ~29
30
CLBK~30
31
CLBK~31
32
CLBK~32
33
CLBK~33
34
CLBK~34
35
CLBK~35
36
CLBK~36
37
CLBK~37
38
CLBK~38
39
CLBK~39
40
CLBK~40
41
CLBK~41
42
CLBK~42
43
CLBK~43
44
CLBK~44
45
CLBK~45
46
CLBK~46
47
CLBK~47
48
CLBK~48
49
CLBK~49
50
CLBK~50
51
CLBK~51
52
CLBK~52
53
CLBK~53
54
CLBK~54
55
CLBK~55
56
CLBK~56
57
CLBK~57
58
CLBK~58
59
CLBK~59
60
CLBK~60
61
CLBK~61
62
CLBK~62
63
CLBK~63
64
CLBK~64
65
CLBK~65
66
CLBK~66
67
CLBK~67
68
CLBK~68
69
CLBK~69
70
CLBK~70
71
CLBK~71
72
CLBK~72
73
CLBK~73
74
CLBK~74
75
CLBK~75
76
CLBK~76
77
CLBK~77
78
CLBK~78
79
CLBK~79
80
CLBK~80
81
CLBK~81
82
CLBK~82
83
CLBK~83
84
CLBK~84
85
CLBK~85
86
CLBK~86
87
CLBK~87
88
CLBK~88
89
CLBK~89
90
CLBK~90
91
CLBK~91
92
CLBK~92
93
CLBK~93
94
CLBK~94
95
CLBK~95
96
CLBK~96
97
CLBK~97
98
CLBK~98
99
CLBK~99
100
CLBK~100
101
CLBK~101
102
CLBK~102
103
Pengumuman
104
CLBK~103
105
CLBK~104
106
CLBK~105
107
CLBK~106
108
CLBK~107
109
CLBK~108
110
CLBK~109
111
CLBK~110
112
CLBK~ 111
113
CLBK ~ 112
114
CLBK ~ 113
115
CLBK~114
116
CLBK~115
117
CLBK~116
118
CLBK~117
119
CLBK ~ 118
120
CLBK ~ 119
121
CLBK ~ 120
122
CLBK ~121
123
CLBK ~122
124
CLBK ~ 123
125
CLBK ~ 124
126
CLBK ~125
127
CLBK ~126
128
CLBK ~ 127
129
CLBK ~ 128
130
CLBK ~ 129
131
CLBK ~ 130
132
CLBK ~ 131
133
CLBK ~ 132
134
CL K ~ 133
135
CLBK ~ 134
136
CLBK ~ 135
137
CLBK ~ 136
138
CLBK ~ 137
139
CLBK~138
140
CLBK ~ 139
141
CLBK ~ 140
142
CLBK ~ 141
143
CLBK ~ 142
144
CLBK ~ 143
145
CLBK ~ 144
146
CLBK ~ 145
147
CLBK ~ 146
148
CLBK ~ 147
149
CLBK ~ 148
150
CLBK ~ 149
151
CLBK ~ 150
152
CLBK ~ 151
153
CLBK ~ 152
154
CLBK ~ 153
155
CLBK ~ 154
156
CLBK ~ 155
157
CLBK ~ 156
158
S2 - bab 1
159
S2 Bab 2
160
S2 - Bab 3
161
S2 ~ Bab 4
162
S2 ~ Bab 5
163
S2 ~ bab 6
164
S2 ~ Bab 7
165
S2 ~ Bab 8
166
S2 ~ Bab 9
167
S2 ~ Bab 10
168
S2 ~ Bab 11
169
S2 ~ Bab 12
170
S2 ~ Bab 13
171
S2 ~ Bab 14
172
S2 ~ Bab 15
173
S2 ~ Bab 16
174
S2 ~ Bab 17
175
S2 ~ Bab 18
176
S2 ~ Bab 19
177
S2 ~ Bab 20
178
S2 ~ Bab 21
179
S2 - Bab 22
180
S2 ~ Bab 23
181
S2 ~ Bab 24
182
S2 ~ Bab 25
183
Episode Terakhir
184
Dear pembaca setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!