Sejak kejadian itu, di mana Satrio mengetahui asal-usulnya. Burhanudin dan Retno menjadi takut akan segala kemungkinan yang terjadi. Mereka takut, Satrio tidak lagi menyayangi mereka. Mereka takut, Satrio pergi untuk mencari kedua orang tua kandungnya. Mereka takut, Satrio akan benar-benar kembali ke panti asuhan. Perkataan Arumi tentang, tidak sedarah dan Arumi bisa menikah dengan kakaknya. Menimbulkan sebuah ide di benak Retno. Retno pun mengutarakan ide tersebut kepada suaminya Burhanuddin. Akhirnya mereka sepakat, menjodohkan Arumi dengan Satrio. Perjodohan tersebut bertujuan untuk mengikat Arumi dengan Satrio. Lebih tepatnya mengikat Satrio, agar Satrio tidak pergi meninggalkan mereka.
Dewasa Nanti, kalian akan menikah .
Dewasa Nanti, kalian akan menjadi pasangan yang sesungguhnya.
Dewasa Nanti, kalian harus tetap bersama.
Dewasa Nanti, kalian harus saling menyayangi.
Dewasa nanti, Arumi harus berbakti kepada Satrio.
Dewasa nanti, Satrio harus menjadi imam yang baik untuk Arumi.
Wejangan- wejangan tersebut, untuk Arumi dan Satrio dewasa nanti.
Arumi sangat menyayangi Satrio. Bagi Arumi Satrio adalah idolanya, pelindungnya dan penjaganya. Seiring dengan waktu, penghargaannya menjadi bertambah menjadi calon suami idaman. Dengan senang hati Arumi menerima Perjodohan tersebut. Karena, Arumi berkeinginan untuk mempunyai sosok suami seperti kakaknya Satrio. hal yang tak terduga, keinginan tersebut terwujud. Semenjak Arumi dijodohkan. Arumi selalu menjaga hatinya. Arumi bertekad untuk setia kepada calon suaminya.
Setelah Satrio dewasa, Satrio menjadi ragu akan perasaannya. Perasaan cinta atau hanya perasaan seorang kakak kepada adiknya. Satrio pun menjadi Bimbang. Kehadiran Niken membuat keraguan dalam diri Satrio kian bertambah. cantik dan dewasa adalah nilai plus yang dimiliki niken. Karena nilai plus tersebut, Satrio merasa jika Niken adalah tipenya. Satrio pernah berpikir jika Niken adalah jodohnya. Satrio tidak ingin menyakiti Arumi dengan menikahinya. Sedangkan, perasaannya hanya menganggap Arumi sebagai seorang adik. Hingga pada hari itu, semuanya terbongkar. Arumi mengetahuinya dan memutuskan tali perjodohan. Satrio pun baru menyadari perasaan yang sebenarnya. Cinta itu tak terasa, jika sering bersama. Cinta itu sungguh besar, jika kita jauh atau kehilangan. Akhirnya Satrio benar-benar menyesal.
Keraguannya membuat Bimbang.
Keraguannya membuat ia tidak dapat mengambil keputusan.
Keraguannya membuat kebodohan. Keraguannya membuat penyesalan.
keraguannya membuat kerugian.
* Kembali pada kisah masa kini*
Satrio mengusap-ngusap foto tersebut. Lebih tepatnya, hanya pada area wajah Arumi kecil.
Seandainya, Arumi memaafkannya.
Seandainya, Arumi memberinya Kesempatan Kedua.
Seandainya, Arumi tidak keras kepala.
Padahal, seandainya tersebut tidak akan terjadi. jika, seandainya Satrio tidak mempunyai keraguan dalam perasaannya kepada Arumi dan menghianati Arumi.
Dan sepertinya, Arumi benci dengan pengkhianatan. Bagi Arumi, tidak ada kata maaf untuk pengkhianatan.
Dengan lunglai, Satrio meneruskan pekerjaannya. Walaupun, pikirannya sedang kacau.
Malam itu. Satrio tiba di rumah, setelah lelah bekerja. Bukan lelah bekerja, melainkan lelah dengan pikirannya. Karena kurang konsentrasi dalam pekerjaannya, Ia pun terlambat pulang. Sampai-sampai, ia melewatkan makan malam bersama keluarganya. Lebih tepatnya melewatkan makan malam bersama orang terkasihnya yaitu Arumi.
Satrio memandangi sebuah kamar. Satrio tidak berkedip, menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Sungguh, ia ingin sekali melihat wajah si pemiliknya. Sebelumnya, Satrio sudah menanyakan keberadaan Arumi kepada sang ibu.
(Arumi lelah, setelah seharian ini mengerjakan tugas kelompok. Sekarang sedang istirahat di kamar. Kakak tengok saja ke kamarnya.)
Sang Ibu menjawab dan menerangkan.
Satrio mengetahui, jika alasan tersebut hanya untuk menghindarinya. Setelah Arumi memberi jarak. Satrio tidak berani untuk menemui Arumi. Satrio pun, meneruskan langkahnya Kembali menuju ke kamarnya.
Tok tok tok
"Rumi, Rumi. Rumi anak ibu, buka nak? "
Retno mengetuk-ngetuk pintu kamar Arumi, sembari meminta Arumi untuk membuka pintu kamarnya. Satrio yang sudah rapi dengan setelan pakaian kerja, datang menghampiri.
"Rumi Kenapa Bu? "
Satrio bertanya kepada Retno.
"Ini kak, Rumi belum keluar kamar dari tadi. "
Tidak biasanya, Arumi bangun kesiangan. Retno pun merasa khawatir.
"Rumi, Rumi. "
Dengan kompak, Retno dan Satrio memanggil Arumi. Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka. menampilkan wajah Arumi yang pucat.
"Rumi sedikit pusing Bu. "
Setelah membuka pintu, Arumi berbalik kembali ke ranjang dan merebahkan tubuhnya. Melihat Arumi seperti itu, Retno dan Satrio langsung panik. Keduanya langsung memeriksa keadaan Arumi. Retno menempelkan punggung telapak tangannya di kening Arumi.
"Badannya panas, Kak. "
Retno memandang Satrio dan memberitahukan keadaan Arumi. Satrio pun langsung menggendong Arumi ala Bride sytile.
"Kakak bawa Arumi ke rumah sakit Bu. "
Satrio berinisiatif. Retno pun mengangguk. Di ruang tamu, Satrio bertemu dengan Burhanuddin.
"Arumi kenapa Kak? "
Burhanuddin pun bertanya kepada Satrio.
"Arumi badannya panas ayah. "
Retno yang berada di belakang Satrio, mencoba memberitahu keadaan Arumi kepada suaminya.
"Ayo, bawa ke Rumah Sakit. Biar Rudi yang antar. Ayah sama Ibu menyusul diantar Agus. "
Burhanuddin memberi solusi dan meminta asisten Satrio yang akan mengantarnya. Kebetulan Rudi selalu standby untuk mengantar dan menjemput Satrio. Sedangkan Agus adalah sopir pribadi yang selalu mengantar dan menjemput Arumi.
Di dalam mobil, Satrio terus memeluk Arumi. Ia sedih melihat keadaan Arumi.
"Kak, jangan seperti ini. Sudah tidak ada ayah dan ibu. Jadi stop, untuk bersandiwara. "
Dengan lemah, Arumi mencoba lepas dari pelukan Satrio dan melayangkan protes kepadanya.
"kakak harus menghayati peran, agar ayah dan ibu tidak curiga. "
Satrio menjelaskan dan memeluk Arumi kembali. Peran yang dijalankan adalah peran sesungguhnya.
"Tapi, aku merasa tidak nyaman? "
"Kalau Rumi tidak nyaman, maka akan membuat ayah dan ibu curiga. "
Mendengar ucapan Satrio. Arumi tidak bisa berkutik ditambah dengan keadaannya yang tidak berdaya. Karena, apa yang diucapkan Satrio ada benarnya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments