bab 3

Malam semakin larut, saat itu jam sudah menunjukkan pukul dua puluh dua lewat sepuluh menit, Nela masih berada di ruangan khusus menyetrika pakaian milik majikannya.

Siang tadi dirinya belum sempat menyetrika pakaian karena terganggu dengan Bara yang terus mengganggunya.

"Nela, ini sudah malam kenapa kamu masih bekerja?" tanya Luci yang keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum.

"Saya belum menyelesaikan pekerjaan saya Bu, tadi siang saya sedikit pusing jadi tidak sempat menyetrika," sahut Nela beralasan.

"Kamu istirahat saja, menyetrikanya nanti saja."

"Apa boleh Bu?"

"Kalau kamu tidak enak badan jangan dipaksain untuk kerja nanti yang ada penyakitnya makin parah."

"Baik Bu, kalau gitu saya masuk kamar dulu."

"Istirahat ya Nel."

Di kamar Bara.

Bara merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dengan posisi terlentang, entah kenapa dirinya terus saja teringat pada Nela, wajahnya, senyumnya, gayanya berjalan sungguh sangat menggodanya.

Bara memang susah cukup umur untuk menikah bahkan teman-temannya sudah ada yang memiliki anak tapi karena dirinya menjalani hubungan jarak jauh dengan sang kekasih, dirinya memilih menunggu kekasihnya selesai dengan pendidikannya di luar negeri dan kembali ke tanah air untuk melangsungkan hubungan pecinta mereka menuju pelaminan.

Sebagai pria normal, melihat bentuk tubuh Nela yang terbilang bagus wajar saja Bara merasa ingin sekali melepaskan rasa yang selama ini dipendamnya, ya hubungan Bara dan kekasihnya memang sangat serius sampai mereka sudah saling mengetahui harta karun satu sama lain. Saat sedang bersama dengan kekasihnya, Bara selalu menyusuri tempat-tempat terlarang milik sang kekasih, wajar saja saat mereka berjauhan, Bara merasa lapar dengan sentuhan-sentuhan luar biasa itu.

"Kalau aku sama Nela, nanti Sisca tahu ... ah gak mungkin tahu lagipula Sisca kan lagi di luar kota dan lagi aku hanya bermain-main saja tidak akan sampai melakukan hal segila itu, Nela tidak akan sampai hamil," ucap Bara didalam hatinya.

Seketika bayangan Nela yang sedang membersihkan kaca dengan menaiki tangga, muncul lagi diingatannya, Bara mengepal sesuatu miliknya yang mulai tegang saat mengingat Nela kala itu.

Dia menatap jam didinding kamarnya sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, munculah ide gila dalam otaknya.

Dia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari kamarnya!

"Semua orang pasti sudah tidur, kayaknya aman kalau aku temui Nela," ucapnya dalam hati.

Setibanya di depan pintu kamar Nela, Bara mengintip dari lubang kunci sayangnya dia tidak bisa melihat apa-apa karena kuncinya masih menempel di lubangnya, dia mencoba membuka pintu itu namun pintunya terkunci dari dalam.

Dia pun meninggalkan tempat itu dan berjalan ke dapur rumahnya!

"Belum tidur? Ngapain malam-malam keluyuran?"

Suara Farel mengejutkan Bara yang saat itu baru habis dari depan pintu kamar Nela.

"F_Farel, dari kapan kamu di sini?"

"Baru aja, kakak lagi ngapain?"

"Aku mau bikin kopi tapi aku gak tahu takarannya seberapa tadi aku coba minta tolong Nela tapi dianya udah tidur."

"Oh mau bikin kopi. Ini udah malam lho kak masa mau ngopi."

"Aku ada kerjaan yang harus diselesaikan tadi aku sempat tidur dan sekarang baru bangun tapi masih ngantuk makanya mau ngopi."

"Oh, ya udah aku buatkan kopinya." Farel pun langsung mengambil kopi dari dalam lemari makanan lalu menyeduh nya dengan air panas.

"Udah nih kak. Maaf ya kakak bawa sendiri ke tempat kerja."

"Terimakasih Rel, kakak tinggal dulu!"

Farel tak menghiraukan Bara, dia langsung mengambil air minum dari dalam kulkas!

Farel memang terbiasa minum air dingin meskipun malam hari karena itulah dirinya tak pernah membawa air minum kedalam kamarnya meski dirinya tahu dirinya selalu merasa kehausan saat tidur.

Di kamar Nela.

Nela begitu gelisah dan tak bisa tidur nyenyak, mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari anak majikannya membuatnya tidak bisa istirahat dengan tenang.

"Aku harus berhenti kerja di sini tapi gimana bilangnya ke Ibu? Ibu kan jarang di rumah," ucap Nela didalam hatinya.

Nela *******-***** jari tangannya karena terlalu gelisah.

Dirinya terus teringat dengan Bara yang berusaha menjamahnya dan memaksanya untuk melayani anak majikannya itu.

"Aku takut sekali, Pak, Bu, aku mau pulang." Nela menangis.

Baru satu minggu dirinya bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah itu namun dirinya merasa sudah tidak tahan ingin keluar dan pergi jauh dari rumah itu.

**********

Waktu terus berputar dan kini pagi pun telah tiba.

Saat semua orang baru terbangun dari tidurnya, Nela sudah selesai masak untuk majikannya sarapan dan kini dia sedang menjemur pakaian di belakang.

"Nela!" seru Farel.

Nela terperanjat mendengar suara Farel yang memanggilnya.

"Nela kamu sedang apa? Dari tadi dipanggil-panggil kok gak menyahut," ucap Farel saat melihat Nela di tempat menjemur pakaian.

"Maaf, Mas gak kedengaran. Ada apa Mas, ada yang bisa saya bantu?"

"Itu kak Bara nyariin jasnya yang berwarna maroon. Kamu simpan dimana katanya?"

"Di lemarinya Mas kemarin sudah saya taruh di lemarinya."

"Tolong carikan ya biar cepat, aku sama kak Bara ada meeting pagi soalnya."

Deg!

Rasa takut pun mulai menghampiri dirinya lagi. Di luar saja dirinya takut bertemu dengan Bara apalagi didalam kamar laki-laki itu.

Pikiran Nela sudah melayang kemana-mana memikirkan sesuatu yang tidak baik.

"Nel! Kamu mau kan membantu mencarikan jas kak Bara?"

"Ada apa ini? Pagi-pagi udah berdiskusi di tempat jemur pakaian," ucap Luci yang hendak sarapan.

"Nela, tolong carikan jas saya yang berwarna maroon ya," ucap Bara sembari menarik kursi makannya!

Nela tersenyum, ada rasa lega saat tahu Bara sudah keluar dari kamarnya.

"Iya Mas, saya akan mencarinya sekarang." Nela berjalan cepat memasuki kamar Bara!

Setibanya di kamar itu, Nela langsung membuka lemari gantung dan mencari jas yang dimaksud oleh Bara namun setelah mencari dirinya tak menemukan jas itu.

"Mana ya? Perasaan kemarin aku simpan di sini," gumam Nela.

Di meja makan.

"Aduh lupa lagi jam tangan aku gak dipakai," ucap Bara sembari menatap tangannya.

Dia pun beranjak dari duduknya!

"Sarapan dulu, bisa nanti kan ambil jam tangannya," ucap Luci.

"Aku suka lupa Ma, kalau gak dipakai langsung. Kalian sarapan duluan aja."

Bara langsung berjalan menuju kamarnya.

Cklek!

Suara pintu yang terbuka.

Nela langsung menatap ke arah pintu dan dia pun langsung melihat Bara yang muncul dari balik pintu.

"Udah ketemu belum?" tanya Bara.

"B_belum Mas, mungkin masih di tempat setrika, saya lihat dulu di sana." Nela langsung ingin pergi dari kamar itu.

Saat Nela sedang berjalan menuju pintu tiba-tiba Bara meraih perutnya dan melingkarkan tangannya di perut langsungnya.

"Gak usah, jas nya udah ada kok. Aku sengaja memancing kamu agar masuk ke sini," ucap Bara yang saat itu sudah memeluk Nela dari belakang.

"Mas, tolong lepaskan."

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!