bab 4

Bukannya melepaskan Nela yang sudah ketakutan, Bara malah mengeratkan tangannya yang sedang melingkar di perut rata milik Nela.

Dia mencium aroma wangi tubuh Nela dengan mencium pundak Nela lalu sedikit menghirup aroma wanginya. Tangan kirinya mer***s gunung kembar milik Nela dengan sedikit kasar hingga membuat Nela menjerit kesakitan.

Terdengar suara langkah berlari ke arah kamar itu Bara pun melepaskan tangannya lalu merapikan bajunya yang sedikit kusut!

"Ada apa Nel?" tanya Farel yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Bara.

Nela gemetaran karena mendapatkan perlakuan tak menyenangkan, dia sangat ketakutan.

"Tadi ada kecoa, kayaknya Nela phobia dengan kecoa deh. Lihat aja dia sampai gemetaran kayak gitu," ucap Bara.

Entah dari kapan laki-laki itu pintar mencari alasan padahal biasanya dia selalu berkata jujur dalam semua hal pada keluarganya atau pada semua orang.

"Ya ampun, Bisa-bisanya ada kecoa. Nel, kamu gakpapa kan?" Farel merasa tak tega melihat Nela yang begitu ketakutan.

Laki-laki berusia dua puluh dua tahun itu pun langsung membawa Nela keluar dari kamar kakaknya dengan merangkul bahu Nela dan menuntunnya keluar dari kamar itu!

"Ada apa, ribut banget?" tanya Luci.

"Ini, Nela takut sama kecoa Ma," jelas Farel sementara itu Bara bersikap cuek seolah tidak terjadi apa-apa bahkan dirinya bersikap seperti tidak punya salah pada Nela.

"Bu, saya gak betah kerja di sini. Boleh saya pulang?" tanya Nela ragu.

"Gak betah? Kamu kan belum sampai sepuluh hari kerja di sini, kamu bertahan dulu ya dua minggu aja semoga setelah dua minggu kamu bisa betah lagian kan kamu baru di sini mungkin kamu masih harus menyesuaikan diri di rumah ini kalau setelah dua minggu kamu masih gak betah juga, gak apa-apa kalau mau pulang tapi nunggu ada orang yang gantiin kamu dulu soalnya saya gak bisa kalau gak ada yang kerja," ucap Luci.

Nela menundukkan kepalanya kecewa, gak mungkin dirinya bisa bertahan selama dua minggu nanti yang ada malah dirinya kehilangan segalanya.

"Tapi Bu, saya–"

"Kamu coba saja dulu Nel, lagian cuma perkara kecoa tiba-tiba kamu pengen pulang. Kamu jangan takut, nanti setelah pulang dari kantor, aku beli obat anti kecoa biar gak ada lagi kecoa yang gangguin kamu."

"Ya Allah, seandainya aku bisa bilang sama mereka yang sebenarnya terjadi tapi gak mungkin, mereka tidak akan percaya dengan semua ucapanku," ucap Nela didalam hatinya.

"Astaga, sampai nangis gitu. Sabar ya Nel mungkin tadi kecoa nya panik jadi dia masuk dalam baju kamu," ucap Bara.

"Apa! Kecoa nya masuk ke dalam baju? Pantas saja Nela sampai ketakutan gini. Lagian tumben banget di rumah kita ada kecoa."

"Kecoa juga mahluk hidup Ma, dia bisa berjalan kelayapan kemana aja yang mereka mau," ucap Bara.

"Nel, aku antar kamu ke kamar ya," sambung Bara pada Nela.

"Gak usah, Mas, saya bisa sendiri kok."

Sebelum Bara mendekatinya, Nela langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya!

Dengan tangis yang semakin deras, Nela berdiri dibalik pintu dengan punggungnya yang ia sandarkan di pintu! Tangannya diposisikan menyilang menutupi dadanya yang baru terjamah oleh seorang laki-laki yang bukan muhrimnya.

"Apa aku sudah tidak suci lagi? Apa aku sudah ternoda karena sudah disentuh oleh seorang laki-laki?" Dengan air mata yang terus mengalir deras, perlahan tubuh Nela merosot ke bawah hingga dirinya terduduk di lantai.

"Nela, kita semua mau pergi kalau kamu udah selesai ganti baju jangan lupa kunci pintu ya!" seru Luci dari depan pintu kamar Nela.

"I_iya Bu," sahut Nela dengan suara serak khas orang nangis.

**********

Di Bandara di kota tempat Bara dan keluarganya tinggal.

Seorang gadis cantik baru keluar dari Bandara tersebut dan menunggu taksi online yang sudah dipesan nya. Dia berdiri di pinggir jalan sembari memainkan ponselnya.

Tak lama taksi online yang menjemputnya tiba, seorang driver pun turun dari mobilnya untuk menaikkan barang bawaan calon penumpangnya.

"Mbak Sisca?" tanyanya sembari mengarahkan jari jempolnya pada gadis yang berdiri di hadapannya.

Sisca tersenyum ramah. "Iya, saya Sisca," sahutnya.

Driver taksi online itu pun membukakan pintu mobilnya untuk Sisca lalu menaikkan barang bawaannya ke bagasi setelah Sisca masuk ke dalam mobil!

Mobil itu pun melaju membelah ramainya jalanan perkotaan!

**********

Di kampung.

"Bu, apa sudah ada kabar dari Nela?" tanya Rika ~ salah satu teman Nela di kampungnya.

"Belum ada, kata Bu Sumi sih karena gak dapat pekerjaan di perkantoran, Nela kerja di rumah majikan Bu Sumi," jelas Nana pada temannya Nela itu.

"Padahal ya Bu, daripada kerja jadi pembantu mending pulang aja. Di sini Nela bisa bantuin Ibu bertani dan hasil panennya bisa ditabung buat kuliah."

"Ibu juga berpikir seperti itu tapi gimana lagi, Nela ingin mencari kerja di kota."

"Kalau ada Nela pasti seru. Sekarang aku kuliah sendiri padahal biasanya juga sama Nela." Gadis itu melemas saat tahu temannya akan kembali dalam waktu yang lama.

"Kan ada teman yang lain, teman baru yang kamu kenal di tempat kamu kuliah."

"Iya sih Bu tapi kalau sama Nela pasti lebih menyenangkan."

"Rika, kamu belajar yang benar ya agar kamu menjadi orang yang berhasil dan memiliki perusahaan besar, biar nanti kalau Nela tetap tidak bisa kuliah, Nela dan orang-orang pengangguran di kampung kita bisa kerja sama kamu."

"Do'akan aku agar aku berhasil Bu, tapi Ibu juga gak boleh putus harapan, aku yakin suatu saat nanti, Nela pasti bisa melanjutkan kuliah dan menjadi orang berhasil seperti yang Ibu dan Bapak impikan."

"Amin. Udah mau zuhur, Ibu duluan ya Rik, Ibu harus kasih makan bebek."

"Oh, iya Bu silahkan, aku juga harus pulang."

**********

Di kantor Bara.

"Cindy tolong kosongkan waktu untuk hari ini ya, saya ada keperluan pribadi," ucap Bara pada sekretarisnya.

"Baik Pak."

"Emm, kak! Maaf sedikit ganggu, bukannya sebentar lagi ada pertemuan dengan pihak perusahaan Suryasatya?" ucap Farel.

Bara menggaruk kepalanya! "Iya aku tahu. Kita akan tetap bertemu dengan mereka tapi setelah itu aku ada urusan lain."

"Sisca pulang hari ini ya?" Farel tersenyum nakal menggoda sang kakak.

"Iya ... sebenernya dia udah tiba dari pagi karena aku sibuk, aku belum bisa menemuinya."

"Temui aja sana. Urusan kantor, biar aku yang tangani."

"Gak enak lah sama mereka yang sudah membuat janji. Aku temui Sisca nanti aja deh setelah ketemu mereka."

"Ya udah terserah kakak aja kalau gitu. Aku ikut gimana kata kakak aja."

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!