"Sejak aku melihat kamu, rasanya kamu terus menggodaku dengan senyuman kamu yang manis dengan gerakan tubuhmu yang elegan dan ah sepertinya kamu sudah tahu apa maksudku."
Gadis berusia delapan belas tahun itu gemetaran karena takut sekaligus terkejut dengan sentuhan yang diberikan oleh Bara.
"M_mas, saya datang kec sini untuk bekerja. Tolong jangan ganggu saya." Nela yang sudah banjir dengan air mata itu mencoba melakukan penolakan dengan cara yang halus.
Bara tersenyum lalu meraih dagu Nela!
"Manis sekali," ucapnya.
Bara mendekatkan wajahnya ke wajah Nela! Sementara itu Nela memalingkan wajahnya ke samping karena tak ingin Bara sampai menciumnya.
Drrt!
Drrtt!
Drrt!
Aksi Bara terhenti karena tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada seseorang yang menelponnya.
Bara pun segera mengambil ponselnya dari saku celananya dan langsung menerima telpon dari Farel itu.
Saat Bara sedang menerima telponnya, dengan cepat Nela berlari ke kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat!
Gadis itu tak menghiraukan pekerjaannya yang belum selesai, sebelum Bara pergi dirinya tidak akan keluar dari kamarnya.
Nela duduk di tepi ranjangnya sempat menangis sesekali dia mengusap dagunya dan juga tangannya yang tadi dielus-elus oleh Bara.
Nela menggosok dagunya dengan keras sehingga meninggalkan bekas kemerahan.
"Aku gak bisa kerja di sini, aku harus pergi dari sini," ucap Nela didalam hatinya.
"Nela!" teriak Bara.
Nela terperanjat mendengar suara Bara yang memanggilnya, dia menatap pintu kamarnya. Terlihat knop pintunya bergerak-gerak yang menandakan seseorang sedang berusaha membuka pintu itu.
"Jangan sampai pintu itu terbuka. Ya Tuhan, tolong selamatkan aku."
Nela terus menatap pintu itu dengan perasaan was-was, dia takut kalau Bara nekat mendobrak pintu kamarnya itu.
"Nela, saya mau berangkat lagi ke kantor. Jangan lupa kunci pintunya ya," ucap Bara dari luar kamar Nela.
Nela tak menyahut, dia hanya diam dan membiarkan Bara pergi.
Setelah sepuluh menit terdiam di kamarnya, Nela merasa Bara sudah benar-benar pergi karena suaranya sudah tak terdengar lagi.
Perlahan dia membuka pintu kamarnya lalu memastikan rumah majikannya itu sepi.
Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa. Nela pun segera keluar dari kamarnya untuk melanjutkan pekerjaannya!
"Akhirnya kamu keluar juga."
Perkataan Bara membuatnya terkejut dan spontan berlari kembali ke kamarnya! Namun usahanya gagal karena Bara menangkap dirinya dan membawanya ke dalam dekapannya!
"Kamu tenang saja, saya tidak akan sampai mem******a kamu, saya hanya ingin bermain-main sebentar," bisik Bara di telinga Nela.
"Jangan Mas, jangan lakukan ini pada saya. Kenapa Mas tidak mencari orang lain yang mungkin lebih segalanya dari saya."
Nela mencoba melepaskan diri dari dekapan Bara dengan mendorong dada laki-laki itu dengan tangannya.
"Dengan kamu yang bersikap seperti ini, membuat saya semakin penasaran dengan body kamu yang waw ini."
Nela semakin ketakutan, tangisnya semakin deras dan tubuhnya juga gemetaran.
Melihat itu, Bara langsung melepaskan Nela.
"Jangan pernah ceritakan ini pada siapapun, kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya. Saya ke kantor dulu, kita lanjut main-mainnya nanti ya." Sebuah senyuman mengembang di bibir Bara sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan rumahnya.
*********
"Lama banget lu di rumah. Ngapain aja?" tanya Farel yang sudah menunggu Bara dari sejak dia pergi.
"Di rumah sebentar, di jalan nya yang lama," sahut Bara sembari memberikan berkas itu pada Farel.
"Kenapa?"
"Tiba-tiba ban mobil gue kempes jadinya harus ditambal dulu deh."
Farel menatap Bara dengan penuh pertanyaan. Biasanya Bara tak mau menunggu untuk hal yang tidak penting, jika ban mobilnya kempes atau ada masalah lain saat dirinya sedang di jalan, biasanya Bara akan meminta orang kantor untuk menjemputnya.
Berbeda dengan hari ini, Bara rela menambal ban mobilnya dan menunggu di bengkel yang biasanya dalam keadaan kotor.
"Ya udah, ayo masuk ke ruang rapat. Mama sudah menunggu kita."
Mereka berdua berjalan memasuki ruangan khusus untuk rapat di kantor mereka!
**********
Di kampung Nela.
Sudah hampir dua minggu Nela pergi namun dia belum juga mengabari orang tuanya.
Hal itu membuat Nana dan Ardi mengkhawatirkan Nela yang kini jauh dari tempat mereka tinggal.
"Pa, Ibu khawatir sekali pada Nela. Kenapa dia belum menelpon kita?" ucap Nana ~ Ibunya Nela.
"Bapak juga khawatir Bu, kita berdoa saja semoga anak kita baik-baik saja," sahut ~ Ardi.
"Assalamualaikum!" seru seseorang dari luar rumah mereka.
"Waalaikumsalam," sahut Nana dan Ardi.
Nana pun langsung berjalan menuju pintu rumahnya lalu membuka pintunya!
"Bu Sumi, mari masuk," ucap Nana.
Sumi pun langsung masuk mengikuti langkah sang pemilik rumah!
"Ada apa ya bu?" tanya Bu Nana.
"Saya datang untuk memberitahukan kalau Nela sekarang bekerja di tempat majikan saya."
"Kerja di tempat majikan Bu Sumi? Kerja apa?"
"Ya jadi pembantu di rumah majikan saya. Satu minggu lalu saya ketemu sama Nela di jalan katanya dia lagi nyari kerjaan tapi dia tidak juga mendapatkan pekerjaan seperti yang diinginkannya jadi saya tawarkan dia bekerja, menggantikan saya di rumah majikan saya itu."
Nana dan Ardi hanya diam, mereka tak menyangka putrinya mau bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
"Maaf ya Bu, Pak bukannya saya ingin memberi kabar tak menyenangkan tapi saya harus mengatakan ini karena Nela yang memintanya."
"Maaf Bu Sumi, memangnya ponselnya Nela kemana sampai dia harus meminta Ibu yang mengajarkan ini pada kami. Bukan apa-apa Bu, Ibu kan jauh dari tempat kami tinggal, ini jadi merepotkan Ibu."
"Tidak apa-apa Bu, saya senang bisa bertemu dengan Ibu dan Bapak, oh ya katanya ponselnya Nela mati karena chargernya rusak jadi ponselnya gak bisa nyala."
**********
Malam hari di kediaman Luci.
Nela menjadi ketakutan saat bertemu dengan Bara, dirinya tak ingin berlama-lama berada di luar kamarnya karena takut diganggu oleh anak majikannya itu.
Setelah majikannya selesai makan malam. Nela segera mencuci piring bekas mereka makan sebelum Luci masuk ke dalam kamarnya.
Dalam pikiran Nela, Bara tidak mungkin mengganggunya selama Luci masih menonton televisi di ruang keluarga.
Farel datang ke dapur untuk meletakkan gelas bekasnya untuk sekalian dicuci oleh Nela.
"Nel, titip ini ya, gelas bekas saya minum," ucap Farel.
Nela terperanjat lalu menatap Farel yang berdiri di belakangnya.
"M_mas Farel. I_iya Mas, nanti saya cuci," sahut Nela terbata.
"Kamu kenapa?"
"Nggak apa-apa Mas." Nela tersenyum yang dipaksakan pada Farel.
Trauma dengan yang dilakukan Bara padanya, membuat dirinya juga takut kepada Farel.
"Jangan bilang kamu takut pada saya. Jangan takut, saya gak akan mengigit kamu kok." Farel tertawa renyah.
"Nggak kok, saya cuma kaget aja tadi."
"Betah gak kerja di sini?"
Nela tak langsung menjawab, dia diam dengan tangannya yang terus menggosok piring kotor itu.
"Saya harap kamu betah kerja di sini tapi kalau kamu gak betah juga saya gak bisa maksa kamu untuk tetap kerja di sini. Kalau kamu gak betah coba bilang ke Mama."
Nela menatap Farel lalu tersenyum tipis.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments