"Selamat datang di Duodenum."
Light terperangah menyaksikan Duodenum dengan mata kepalanya sendiri. Lampu-lampu sorot menerangi setiap sudut ruangan berbentuk corong tersebut.
Ketika menengok ke bawah, maka akan tampak jalur-jalur besar yang berujung entah ke mana, sangat banyak dan saling menyelisihi. Jika dilihat-lihat, Duodenum tak ubahnya sebuah mega labirin yang dibangun secara vertikal.
"Kita disuruh mencari satu jalan keluar dari ribuan jalur di bawah sana? Mana mungkin ketemu dalam tiga jam!" komentar seorang calon kadet.
"Benar! Meskipun ada dua belas kemungkinan, tapi jika dibandingkan dengan sekian ribu jalur yang salah, tetap saja susah." Yang lain menanggapi.
"Woy, Orang lemah! Berhentilah mengeluh. Jika kalian tidak sanggup, lebih baik pulang dan jadi pengangguran saja." Calon kadet yang tersulut emosi sontak mengomeli mereka.
PERHATIAN: DUODENUM SIAP.
PELATIHAN MILITER DIMULAI!
Sebuah panel raksasa muncul di puncak Duodenum, menampilkan waktu hitung mundur dalam tiga jam. Ketika detik pertama berubah, semua calon kadet langsung bergerak. Mereka tidak mau menyia-nyiakan waktu, sepersekian detik pun.
Ada kumpulan orang yang langsung melompat turun ke jalur bawah untuk menguji keberuntungan mereka. Ada yang menyusuri jalur utama demi memeriksa ke mana ujung jalur tersebut. Ada pula yang lebih memilih adu fisik di tengah-tengah kerumunan orang yang sedang sibuk-sibuknya.
"Ayo, Keiy! Kita harus memeriksa jalur ini dulu. Semakin ke bawah, tekanan akan semakin kuat. Pencahayaan juga semakin berkurang. Mereka yang memilih jalur bawah lebih dulu sangat ceroboh," ujar Light.
"Tapi bagaimana kalau jalur ini bukan jalan keluarnya?" tukas Kiana.
"Tenang saja. Kita punya tiga jam untuk mempelajari polanya. Yang penting—!"
"KETEMU! Aliran Deras: Bombardir!!!"
Light terbelalak saat seseorang tiba-tiba melompat ke arahnya sambil mengepalkan tinju. Dari jari-jarinya, keluar aliran air yang membungkus keseluruhan tangan layaknya sarung tinju. Orang tersebut langsung menghujani Light dengan pukulan secara membabi buta.
Light yang tidak siap harus merelakan wajahnya dihantam telak sampai memuntahkan darah. Ia segera melompat ke jalur bawah demi menghindari orang tersebut.
"Liam!" teriak Kiana panik.
"Tunggu di sana, Keiy!" Light menyahut, lalu mengarahkan drone-nya kepada si penyerang.
----------
Nama: Abraham Lance
Usia: 18 tahun
Status: Calon Kadet
Jenis Flow: Aliran Deras
Kadar Flow: 75%
----------
"Mau kemana kau, Nomor satu?!" Si penyerang yang tak lain adalah Abraham mencoba menyusul Light. Ia siap melancarkan tinju sekali lagi.
"Pengguna aliran deras, rupanya. Pantas pukulannya sakit sekali," gumam Light, sedikit meringis.
Pemuda bermata biru itu mendarat di jalur yang cukup jauh dari posisi awalnya. Ia langsung lari menjauh karena sedetik kemudian Abraham datang seperti meteor. Sang pengguna aliran deras mengejar targetnya tanpa mpun.
ZWUSH!
Abraham melesat ke arah Light, sangat cepat. Saking kencangnya, Light hampir tersusul. Untungnya, pemuda itu sadar dan segera melindungi diri.
"Aliran Manipulasi: Perisai!"
Perisai air muncul melindungi Light dari segala sisi. Seakan tak peduli, Abraham tetap menghantam perisai tersebut sampai Light terpental, sedangkan ia sendiri menjerit karena tangannya berdarah.
"Bangsat! Perisai itu lebih keras dari batu," umpat Abraham sambil mengibas-ngibaskan tangan.
Di sisi lain, Light masih bertahan di dalam perisai. Ia tidak terluka meski perisainya retak. Hal tersebut membuktikan kalau serangan Abraham memang tidak bisa dianggap remeh. Peringkat ketika pelatihan tahap pertama seolah tidak berlaku lagi di sini.
"Mau ke mana kau, hah?!" Lagi-lagi Abraham datang bersama tinjunya dan membombardir perisai air Light.
"Sial!" Light mendecih ketika memeriksa panel analisa dirinya. Kadar flow pemuda itu menurun jadi 45%. "Kebiasaaan burukku muncul lagi," katanya kesal.
Abraham terus saja memukuli membran transparan yang melingkupi sang lawan. Ia tak peduli jika buku-buku jarinya sudah memar. Yang penting bisa mengeluarkan orang yang bersembunyi di dalam tempurung ini, pikirnya.
Sebagai pihak yang terdesak, Light dipaksa menemukan cara lolos dari serangan Abraham. Tak sengaja dilihatnya seorang gadis yang lewat di dekat mereka. Bibir pemuda itu sontak tersenyum.
"Aliran Manipulasi: Basilisk!"
Gumpalan air pelahan membungkus kedua kaki Light. Ketika Abraham menarik tinjunya, hendak melancarkan serangan lanjutan, ia segera melenyapkan perisai air dan meluncur cepat menuju gadis yang dilihatnya barusan.
Gadis itu sontak kaget karena Light bersembunyi di belakangnya, sementara Abraham mengamuk sambil lari menuju mereka.
"Tolong aku!" kata Light. "Hentikan orang itu!"
"Ta-tapi—"
"Dia hampir sampai! Cepat!"
"MATI KALIAN!" Abraham hendak melompat.
"Aliran Mutasi: Kunci Es!" Gadis berambut pendek itu akhirnya nekat merapal mantra.
Dari kanan dan kiri Abraham menyeruak tiang-tiang es yang menumbuk badannya. Tatkala bersentuhan dengan tiang tersebut, lapisan es langsung merayapi tubuh Abraham, dari ujung jari kaki sampai ujung rambutnya. Lelaki itu persis seperti mumi yang dibalut dengan perban es.
Light awalnya terperangah, lalu seketika sadar. "Hey, apa dia bisa bernapas?"
"Oh, tidak!" Si gadis panik. Ia segera mencairkan es yang membungkus kepala Abraham. "Sepertinya begini cukup."
Menyaksikan aliran flow yang dimiliki oleh gadis tersebut, ingatan Light terbawa ke masa kecil. Kala itu, Blake yang belum menjadi jenderal menjelaskan tentang berbagai macam jenis aliran flow kepadanya. Light tidak bisa lupa dengan aliran terakhir yang disinggung oleh Blake.
"Light, flow adalah sebutan untuk energi sihir yang ada dalam tubuh kita. Kadarnya berbeda, jenisnya juga berbeda. Dalam pertarungan jarak dekat, aliran deras adalah yang terbaik. Dalam aspek efisiensi, aliran tenang punya kelebihan tersendiri. Aliran manipulasi unggul dalam jarak jauh dan dekat, tapi akan mengonsumsi kadar flow yang besar. Sulit mempertahankan kadarnya jika pikiran kita tidak stabil.
"Namun, ada satu aliran yang istimewa. Tidak banyak orang Mars yang punya. Namanya adalah aliran mutasi. Pengguna aliran ini mampu mengubah flow dalam tubuhnya menjadi bentuk lain. Air bisa menjadi banyak hal, bukan? Terkadang menjadi udara karena menguap, menjadi es karena membeku, atau justru menjadi darah. Berhati-hatilah jika bertemu pengguna aliran ini, ya."
"WOY, LEPASKAN AKU! KEMARI KAU, NOMOR SATU! JANGAN BISANYA CUMA SEMBUNYI DI BELAKANG PEREMPUAN! DASAR PENGECUT!" Abraham berusaha membebaskan diri, tetapi gagal. Esnya terlalu kuat.
Light memejamkan mata. Raut wajahnya jadi serius.
"Aliran Manipulasi: Penyekat Darah!" serunya.
Pemuda itu menjentikkan jari, disusul munculnya butiran air dari lantai. Butirannya memanjang dan berubah jadi jarum. Tatkala Light menunjuk Abraham, jarum-jarum tersebut langsung menancap di leher lelaki itu hingga ia pingsan.
Kemudian, Light mengarahkan drone pada gadis yang baru saja menolongnya. Data analisa pun muncul.
----------
Nama: Clara Soemitra
Usia: 18 tahun
Status: Calon Kadet
Jenis Flow: Aliran Mutasi
Kadar Flow: 70%
----------
"Clara! Kau yang mendapat peringkat kelima, 'kan? Oh, syukurlah. Aku tidak meminta tolong pada orang yang salah." Light mendengus lega.
Tanpa berkata apa-apa, Clara berjalan mendekati Light dan mencengkeram kerah seragam pemuda itu. Sontak saja Light jadi kaget, terutama setelah melihat raut jengkel gadis di depannya.
"Mengintip identitas orang tanpa izin itu nggak sopan, tahu!"
"Ma-maaf! Maaf, Clara! A-aku hanya ingin tahu namamu untuk berterima kasih." Light menggeleng-geleng panik.
"Kau harus belajar menghargai privasi orang lain. Tidak peduli bangsawan atau orang terhormat sekalipun! Paham?"
"I-iya, paham!"
Clara akhirnya melepaskan kerah seragam Light, walaupun wajahnya masih kesal. Gadis itu ingin pergi, tetapi seruan dari jauh membuat perhatiannya teralihkan.
"Liam! Liam! Kamu baik-baik saja?"
Rupanya Kiana berhasil menyusul Light. Ia datang bersama orang lain di belakangnya. Seorang lelaki jangkung berambut klimis.
----------
Nama: Hans Lincoln
Usia: 18 tahun
Status: Calon Kadet
Jenis Flow: Aliran Tenang
Kadar Flow: 72%
----------
Hans yang mendapati Abraham tak berdaya dalam balutan es sontak tertawa. Ia mengira itu perbuatan Light. Namun, setelah menganalisa menggunakan drone, aliran mutasi justru ada pada identitas Clara.
"Aku tidak apa-apa," ucap Light begitu Kiana memeriksa kondisinya. "Clara membantuku menghadapi orang gila itu."
"Dia tidak gila. Hanya bodoh," timpal Hans iseng.
"Kau Hans Lincoln?" Light memastikan.
"Dan kau pasti Light Merlin. Senang berkenalan denganmu." Lelaki yang mengenakan anting mungil itu tersenyum.
"Hans membantuku mencarimu, Liam. Katanya ia kenal dengan orang yang menyerangmu itu," tambah Kiana.
"Namanya Abraham. Kami sebenarnya baru bicara di gelanggang tadi. Ia sangat ingin mengalahkanmu, Light. Aku jadi tertarik mencari tahu siapa pemenangnya," jelas Hans.
"Dia seperti gorila," sahut Light. "Menghajarku dengan aliran deras tepat di wajah. Untung aku tidak pingsan."
"Ehem! Permisi, apa aku bisa pergi sekarang?" Clara memotong pembicaraan mereka.
"Clara, aku ingin berterima kasih karena sudah menolongku." Light cepat-cepat menjawab. "Jika kau tidak ada, mungkin Abraham sudah—"
"Nggak perlu berterima kasih." Pipi Clara spontan memerah, tetapi gadis itu berusaha memasang wajah dingin. "Aku hanya nggak tega membiarkan laki-laki memohon bantuan dari seorang perempuan."
Jawaban itu membuat Hans dan Kiana tergelak nyaring. Light hanya menggaruk kepala saking malunya.
"Oh, tunggu!" kata Hans. "Karena kita sudah berkumpul di sini, mengapa tidak mencari jalan keluar bersama saja?"
"Ide bagus!" sambung Kiana. "Setidaknya kita bisa saling melindungi jika ada serangan dadakan seperti tadi. Bagaimana menurutmu, Liam?"
"A-aku setuju-setuju saja. Tapi bagaimana dengan Clara? Apa dia mau bersama kita?"
Clara hendak menggeleng. Namun, niat tersebut segera diurungkannya. Ada hal yang membuat gadis itu ingin bersama Light dan yang lain.
"Aku akan ikut asalkan kalian nggak sering-sering merepotkanku," tegasnya.
"Ah, tentu. Paling-paling cuma Light yang merepotkanmu, Clara," canda Hans membuat Light tambah malu.
"Eh, ngomong-ngomong ... akan kita apakan orang ini?" Kiana menunjuk Abraham yang masih tak sadarkan diri.
Hans, Light dan Clara sontak saling lihat-lihatan. Ketiganya tersenyum usil pada Kiana.
"Kau saja yang bangunkan," ucap mereka serempak.
"AHHH, TIDAK MAU!!!"
(Bersambung)
Pojok Author
Halo, semuanya. Bagaimana jalan cerita sejauh ini menurut kalian? Apakah cukup menarik? Nantikan kelanjutan cerita ini terus, ya. Author juga memohon support dan feedback-nya agar bisa tetap semangat dalam menyelesaikan cerita ini. Terima kasih ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
AGDHA LY
ceritanya semakin menarik, semangat nulisnya ka 💪🏻 satu kuntum mawarbuntukmu 😁
2023-06-11
1
Tanata✨
aku dukung dengan senang hati, semangat kakak
2023-05-15
0
Tanata✨
angkuh tapi ada masih ada balutan salting🤣
2023-05-15
0