“Tunjukkan dirimu, Zephyr!”
Zephyr akhirnya tampak di depan March. Pria itu masih sama seperti kali pertama mereka bertemu, tersenyum tipis dengan tatapan tenang.
Mars sudah laksana negeri yang dilanda tsunami, tetapi hal itu tak menakuti sang pendekar sama sekali. Ia hanya menggenggam pedang bergagang kristal putihnya sambil menunggu March mengawali aksi.
“Siapa yang mengutusmu?”
“Aku datang atas ambisiku sendiri, March.”
March justru tertawa keras. “Pintar sekali bohongnya. Manusia biasa mungkin bisa-bisa saja melayang seperti dewa. Tapi, tak ada manusia biasa yang sanggup menggandakan dirinya secepat dan sebanyak dirimu. Kau bahkan bisa mendahului kecepatan tombakku.”
“Siapa yang bilang aku manusia biasa?” Zephyr menyerengeh. “Menurutmu apa tujuanku datang ke sini, March?”
“Tanpa dibilang pun aku sudah tahu. Pasti ada sesuatu yang memberimu kekuatan di luar batas manusia biasa. Energi yang bersemayam di tubuhmu sekarang juga pasti energi terlarang. Selama jutaan tahun, tak pernah ada manusia yang mampu menyaingi dewa. Jadi, katakan padaku, siapa yang mengutusmu?”
“Yang mengutusku ... adalah diriku sendiri!”
Zephyr meluncur secepat kilat menuju March. Sang dewa yang kaget segera melepaskan energi dahsyat dari tubuhnya dan berhasil membuat lawannya terpental menjauh.
Sebagai dewa, March memang pantas memiliki kadar energi yang kelewat tinggi. Tanpa mengeluarkan jurus atau mantra, naluri energi di dalam tubuhnya memiliki kecenderungan untuk menyerang musuh atau melindungi pemilik mereka dari serangan musuh. Itulah sebabnya, mustahil bagi Zephyr untuk menyentuh tubuh March.
Akan tetapi, perbedaan kekuatan di antara mereka tidak membuat Zephyr menyerah. Pendekar tersebut kembali datang ke hadapan March, sekali lagi mencoba menembus dorongan energi yang terlampu dahsyat.
Sesaat March mengira lalat pengganggu yang ingin mendekatinya akan terbang menjauh, ternyata ia salah besar. Zephyr menyiagakan pedangnya ke depan selagi dirinya meluncur maju.
“Guanlong!” teriaknya.
Pedang Zephyr seketika menyala. Hanya dalam sekejap, pedang tersebut menggandakan diri dan beterbangan ke seluruh titik di sekitar March. Lebih-kurang sembilan pedang, dan yang kesepuluh ada di tangan Zephyr. Semua pedang tersebut sama-sama menusuk lapisan energi yang melindungi March.
“Dasar tidak tahu diri!” umpat March. Ia ikut menggandakan kadar energinya.
Satu per satu pedang milik Zephyr pecah. Awalnya pedang-pedang tersebut terkesan rapuh. Tidak sampai sedetik, nyaris semuanya hancur. Namun, March tidak sadar kalau mereka semua hanyalah pengecoh. Kesembilan pedang tersebut memang sengaja dibuat rapuh demi kepentingan Zephyr.
“Sial!” March terbelalak saat lapisan energi terluarnya berhasil ditembus.
“Sekarang, Guanlong!”
Tepat setelah teriakan Zephyr, sebuah portal di atas March terbuka. Mau tak mau, dewa tersebut harus menengok ke sana. Dan, matanya melihat jelas lusinan pedang melesat ke bawah, persis seperti hujan badai.
Pedang-pedang tersebut menumbuk energi pelindung sang dewa, sementara Zephyr juga melakukan hal yang sama di arah berlainan. March disergap oleh dua serangan sekaligus. Alih-alih menyerah, ia justru semakin menebalkan lapisan pelindungnya.
“Aku tahu taktikmu, March,” kata Zephyr, menatapnya dengan satu mata beriris jingga. “Kau berniat bertahan sampai energiku habis agar bisa membunuhku lebih mudah. Tapi, biar kuberitahu kau. Energiku telah melampaui para dewa!”
Benar saja! Lapisan pelindung March mulai retak. Zephyr tidak main-main dengan ucapannya barusan, dan March tahu itu. Jika masih diam di dalam tempurung, cepat atau lambat, sang dewa akan mati—tertusuk ratusan pedang, atau tersusuk pedang di tangan Zephyr. Ia harus melakukan sesuatu.
March terpaksa mundur. Ia mengubah dirinya menjadi air dan keluar dari lapisan energi sesaat sebelum pecah. Zephyr yang gagal menghunus lawannya hanya bisa menghela napas, lalu tertawa puas. Sekarang, tak ada perisai yang cukup kokoh untuk menahan hujaman pedangnya.
Di sisi lain, March turun ke pusat kota, tempat ombak-ombak besar datang membelah jalanan. Mereka berkumpul di sekitar tuan mereka, sehingga satu-satunya tanah yang tidak tenggelam hanyalah yang dipijak oleh kaki March.
“Seni bertarung ke-15: Meriam Paus!”
Kumpulan ombak besar di sisi March spontan menggumpal. Satu demi satu ombak berubah menjadi bola air seukuran ikan paus. Tatkala semuanya siap, berbekal isyarat telunjuk dari March, ombak-ombak itu pun meluncur ke arah Zephyr yang menunggu sabar di angkasa.
"Hanya seni ke-15? Oh, March! Kau meremehkan lawanmu."
Kendati melayang, pijakan kaki Zephyr juga tak kalah sigap dari orang yang menapak di tanah. Kuda-kudanya kokoh, matanya begitu awas.
Tidak sulit baginya untuk menghindari meriam-meriam air yang datang membabi buta. Pria itu hanya perlu bergeser beberapa senti setiap kali meriam paus mengarah padanya.
Demikianlah yang dilakukan Zephyr, setidaknya sebelum ia dikejutkan oleh sebuah meriam yang tiba-tiba pecah dan terbagi menjadi butiran-butiran kecil.
Kecepatan butiran kecil itu sanggup mendahului kedipan mata, apalagi gerakan tubuh manusia. Kelincahan Zephyr pun ada batasnya. Meski berhasil menghindari sejumlah butiran, ia tetap harus merelakan pipinya tergores dan ujung lengan mantelnya sobek.
Belum cukup sampai di sana. Manakala Zephyr hendak kembali melihat March, ternyata dewa itu sudah ada di hadapannya, bersiap menghunus tombak.
Refleks Zephyr berhasil membawa pedangnya—Guanlong—untuk menepis sabetan tombak tersebut. Denting besi sontak pecah memenuhi setiap penjuru Mars. Guanlong sampai bergetar akibat energi tombak March yang terlalu besar. Namun, pertarung masih imbang sampai sekarang.
"Para dewa memang jempolan," komentarnya.
"Tapi manusia selalu saja sembrono," sambung March, lalu mengayun tombaknya kencang-kencang.
Zephyr menghilang dalam sekejap, lalu mencul di belakang March seraya menghunus pedangnya. Tombak March yang belum selesai diayun segera diputar hingga sukses menahan sergapan sang lawan. Selepas itu, mereka berdua saling tukar-menukar serangan.
March mengayun tombak, Zephyr menepisnya. Zephyr menyabet pedang, March menahannya. Awalnya terlihat biasa, dan lama-kelamaan semakin cepat. Serangan demi serangan dilancarkan, sekaligus juga dipatahkan. Belum ada yang terluka, hingga Zephyr berhasil menggenggam tombak March yang berayun ke arahnya.
Tangan pendekar itu berasap, terbakar oleh air yang menyelimuti tombaknya. Akan tetapi, ia sama sekali tak gentar. Zephyr justru menarik tombak tersebut agar March semakin dekat dengannya. Sementara itu, Guanlong siap membacok tubuh sang dewa.
"Takkan semudah itu!" seru March, kemudian memutar gagang tombaknya hingga lengan Zephyr berderak.
Selagi sang lawan terdistraksi rasa sakit, March mengayun tombaknya dengan kecepatan kilat. Zephyr tak menyangka, ujung tombak itu mengilap tepat di depan wajahnya. Sepersekian detik kemudian, pandangan Zephyr gelap. Ia menjerit sambil menutup mata kiri. Rupanya tombak March tadi telah menebas mata Zephyr sampai bedarah.
"Seni bertarung ke-16: Ekor Manta!" March menghunus tombaknya yang bersinar biru gelap.
"GUANLONG!" teriak Zephyr.
Pendekar itu, di detik-detik akhir hidupnya, ternyata masih sempat menjadikan Guanlong sebagai tameng untuk menahan serangan March. Namun, ia tak kuasa mempertahankan posisi di angkasa. Zephyr meluncur ke bawah, menabrak pepuingan yang sebagiannya telah ditelan air.
"Akan kuhabisi kau sekarang, Pendekar sialan!" March menyusul sang lawan yang terkapar di tanah.
Zephyr tampak tak berdaya. Luka sobek melintang di mata kirinya. Pelipisnya juga berdarah karena terbentur reruntuhan. Siapapun pasti sudah tahu kalau March-lah pemenang dari duel sengit ini.
Untuk menshahihkan kememangannya, ia hanya perlu menancapkan ujung tombak birunya ke jantung Zephyr.
"Selamat tinggal, Pembuat onar. Terima kasih atas hiburannya."
March menempelkan mata tombak ke dada kiri Zephyr, lalu menekannya hingga melesak masuk. Zephyr sontak melenguh pelan. Nyawanya telah dicabut paksa oleh dewa yang nekat ditantangnya.
Meski dikenal sebagai dewa pemalas, kemampuan March tetap tak bisa disandingkan dengan manusia fana. Seraya memejakan kata, March hendak menarik tombaknya dari tubuh Zephyr.
"Beristirahatlah. Semoga ada dewa yang sudi mengizinkan jiwamu bereinkarna—!"
"Kunci Segel Jiwa: Penjara Es!"
"Hah!"
March terperangah menyaksikan bongkahan es menyeruak dari lubang di dada kiri Zephyr, menjalar sampai ke tombaknya dan bersicepat menjangkau tangan March. Ia tidak sempat melepaskan tombak tersebut dan harus merelakan lengan kanannya ditelan es.
"Apa-apaan ini?!" gerutu March panik. Es itu cepat sekali membalut tubuhnya. "K-kau ... K-kau!"
Suara tawa Zephyr menggema. Rambut yang menutupi mata kanannya berkibar tertiup angin. Dan, dari situlah March tahu mengapa ia bisa diperdayai seperti ini. Mata kanan Zephyr punya iris berbentuk semanggi daun empat berwarna merah. Dewa mana pun tahu siapa pemilik mata tersebut.
"Kau penyegel dewa!" pekik March murka, tetapi dirinya sudah tak kuasa melawan.
"Kau mudah sekali ditipu, March." Zephyr tergelak puas.
"Brengsek! Aku titipkan seluruh rakyatku padamu, Faun. Bimbing mereka untuk menemukan cahaya. Tunggu aku kemba—!"
Sudah selesai. Sekarang March sudah menjadi bongkahan es seutuhnya. Sang dewa pelindung Mars membeku, tak sanggup bergerak. Penakluknya—Zephyr—bangkit penuh suka cita. Ia tertawa sambil mengetuk-ngetuk March. Tak ada balasan. March telah tersegel. Zephyr-lah pemenangnya.
"Harus kuakui kau dewa yang hebat, March. Mataku, jantungku, semuanya rusak. Energiku terkuras habis demi memulihkan diri. Tapi, lihat apa yang kudapat. Aku menguasai negerimu. Mars, pulau raksasa di atas air. Sekarang ... akulah dewanya!"
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Tetap semangat Thor 💪💪
2023-06-14
1
Ayano
Halo kak diriku akhirnya mampir chapter pertama. Nanti dimampirin lagi. Semangka ya
2023-06-02
2
Ayano
Wah wah.... aku kena plot twist
sekarang Zephyr kek antagonist atau anti hero nih
March bisa gak nih punya kesempatan kedua?
2023-06-02
2