Keruntuhan Mars telah berlalu sekitar empat ribu tahun yang lalu. Kisah tentang bencana dan pertarungan dewa pelindung negeri tersebut—March—diabadikan dalam banyak literatur.
Ribuan lagu dan syair juga dikarang demi terus menghidupkan kenangan di benak orang-orang. Namun, bukanlah kenangan manis yang mereka yakini, melainkan sebuah kisah pahit.
March adalah dewa tak becus, ungkap orang-orang Mars zaman sekarang. March juga dewa yang egois, dan pemalas, dan arogan, dan lemah! Penduduk yang sepantasnya memuja dewa mereka justru berubah menjadi sekumpulan masyarakat yang dendam pada March. Mereka bahkan lebih mengagungkan Faun daripada sang dewa.
Tabiat ini sudah mendarah daging di kalangan penghuni Mars, terutama kota-kota besar yang punya peradaban lebih maju dibandingkan negeri lain. Akibat kehilangan dewa pelindung, manusia-manusia di sini dipaksa untuk memporsis otak dan otot mereka—secara ekstrem!
Bagaimana tidak? Selama lebih dari 20 abad, Mars hidup di bawah kekuasaan seorang diktator. Siapa lagi kalau bukan Zephyr, sang pendekar yang berhasil menyegel March.
Barulah di tiga ribu tahun terakhir, setengah bagian Mars terbebas dari penjajahan. Semua itu karena kemunculan sosok pahlawan baru bernama Merlin. Dirinya bukanlah dewa, tetapi punya kekuatan nyaris setingkat dewa. Tiada yang tahu dari mana asal kekuatan tersebut. Saking kuatnya, Merlin membelah Mars menjadi dua pulau berbeda.
Setengah bagian Mars dikuasai tirani jahat Zephyr, sementara setengahnya lagi dihuni manusia-manusia biasa di bawah perlindungan Merlin. Namun, kesejahteraan tersebut tak bertahan lama. Dalam beberapa dekade berikutnya, Merlin wafat.
Ia meninggalkan penduduk yang membutuhkan perlindungan. Di sisi lain, Zephyr yang mengetahui kabar tersebut seringkali mengirim pasukan untuk kembali menaklukkan setengah wilayah kekuasaannya dulu.
Faun menemukan kejanggalan selepas kepergian Merlin. Setiap manusia di Mars tiba-tiba punya kadar energi sihir di tubuh mereka. Tanpa pikir panjang, kambing berbadan manusia itu mengajarkan sihir kepada orang-orang Mars agar mereka mampu bertahan hidup sendiri. Itulah sebabnya, sekarang, teknologi sihir Mars sudah melampaui negeri-negeri lain.
"Aku harap kalian ingat kisah tersebut baik-baik. Kita adalah orang-orang yang mandiri. Tanpa bantuan dewa pun, kita bisa bertahan. Jadi buang jauh-jauh keyakinan kalian pada March. Ia telah meninggalkan rakyatnya dengan cara paling hina. Panjang umur Mars! Panjang umur Merlin!"
"PANJANG UMUR MARS! PANJANG UMUR MERLIN!"
Tampak duyunan orang berseragam biru gelap sedang berbaris di tengah gelanggang. Sebuah podium besar terpampang di depan mereka, tempat lelaki berambut pirang sepinggang yang bicara barusan. Sementara itu, di tribun terdapat lebih banyak lagi orang. Mereka terlihat antusias menyaksikan apa yang terjadi di lapangan.
Muda-mudi yang berseragam biru itu adalah calon kadet Merlin ke-503. Mereka akan didapuk menjadi pasukan terdepan yang bertugas melindungi Mars, sekaligus mengawal penyerangan ke Alter Mars (sebagian wilayah Mars yang dikuasai Zephyr). Namun, tidak semua orang akan terpilih, melainkan hanya beberapa saja.
"Hadirin sekalian, izinkan saya mengumumkan nama calon kadet yang menempati posisi lima teratas dalam pelatihan tahap awal." Seorang wanita dengan banyak lencana bicara di atas podium. "Nomor lima, Clara Soemitra! Silakan maju!"
Perempuan berkulit sawo matang mengasingkan diri dari barisan. Tatapannya tegas, posturnya tegap, begitu cocok dengan blazer dan celana birunya. Hanya saja, respons penonton kurang antusias untuk orang ini. Bahkan, sejumlah calon kadet menatapnya sinis.
"Jadi dia yang katanya darah campuran itu?" bisik salah satu penonton.
"Iya. Ibunya dari Mars, tapi ayahnya dari Bumi. Kau tahu, 'kan? Cuma Bumi yang tidak memberikan bantuan ketika Mars berusaha bangkit 1000 tahun lalu."
"Wah, parah! Harusnya gadis itu diusir saja dari sini. Otoritas Mars terlalu baik padanya."
"Benar, aku setuju. Pasti dia akan mengkhianati Mars suatu saat nanti."
Meski demikian, gadis bernama Clara ini tak peduli sama sekali. Caranya menatap dan raut wajahnya yang datar memberikan isyarat kepada orang-orang bahwa dirinya tidak main-main mengikuti akademi militer terbesar Mars.
"Nomor empat, Hans Lincoln! Silakan maju!"
Riuh tepuk tangan seketika bergemuruh. Semua orang girang tatkala seorang lelaki berambut klimis berdiri di samping Clara. Tubuhnya jangkung, 190 senti, kendati posturnya lumayan kurus.
Ketika sambutan untuknya sudah begitu meriah, tatapan orang ini justru lesu sekali. Ia hanya menghela napas sambil mendelik malas.
"Ayah, itu Kak Hans!" teriak gadis kecil di kursi penonton.
"Iya, Nak. Kakakmu telah membuktikan dirinya pada kita semua. Tiana, aku harap kau ada di sini. Putra kita tampak hebat!" ujar pria botak berkumis tebal.
"Nomor tiga, Abraham Lance! Silakan maju!"
Kali ini, tepuk tangan kian meriah. Seorang calon kadet berbadan kekar menempati posisi ketiga. Rambutnya cepak, campuran cokelat muda dengan hitam. Ia sempat menepuk dada sambil berjalan bangga ke depan. Senyum lebarnya membuat para penonton makin antusias.
"Tidak heran dia bisa masuk posisi tiga besar. Katanya Abraham pernah membelah batu besar dengan tinju airnya. Dia memang kuat!" komentar penonton.
"Iya. Tapi katanya sifat Abraham itu kurang baik. Dia agak sombong dan suka meremehkan orang."
"Ah, namanya juga orang kuat. Bebas mau apa saja."
"Nomor dua, Kiana Haldgeprinz! Si-silakan maju!"
Bukan cuma meriah, tetapi nama Kiana Haldgeprinz sukses membuat sejumlah penonton berdiri. Tiada yang sanggup mengalihkan pandangan dari gadis anggun ini. Meski seragamnya penuh pernak-pernik militer, aura yang dibawa Kiana tak bisa lepas dari sosok dirinya yang sebenarnya.
"Nona Kiana cantik sekali! Bahkan prajurit senior sampai gagap saking takjubnya."
"Bukan cuma cantik, tapi Nona Kiana itu super kaya. Ia adalah keturunan Haldgeprinz, keluarga bangsawan yang berjasa menopang ekonomi Mars di masa-masa kebangkitan."
"Kira-kira apa yang membuat perempuan sempurna sepertinya memilih jadi prajurit militer, ya?"
Tiada yang tahu. Motif Kiana merelakan glamornya hidup sebagai bangsawan dan memilih hidup keras sebagai prajurit masihlah sebuah misteri. Yang jelas, sekarang ia tengah melambaikan tangan pada para penonton yang makin tergila-gila. Mereka terpesona pada rambut kuning Kiana yang berkilau. Selain itu, tahi lalat di bawah bibirnya juga menjadi hiasan yang menambah indah paras sang putri Haldgeprinz.
"Dan, posisi pertama, ditempati oleh Light Merlin! Silakan Maju!"
Jika saat nama Kiana disebut hanya sebagian penonton yang berdiri, maka ketika giliran Light, tak ada satupun penonton yang duduk. Mereka bahkan sampai berjingkrak-jingkrak saking senangnya. Sang pemilik nama "Light Merlin" ini digadang-gadang menjadi harapan baru bagi Mars untuk mendapatkan serengah wilayah mereka yang masih terjajah.
Seorang lelaki berambut pirang akhirnya berjalan ke depan. Wibawanya begitu semerbak, membuat kadet-kadet lain menjadi segan. Light punya tatapan yang fokus, seakan masa depan Mars terpatri jelas dalam iris biru cerahnya.
"Harapan terakhir kita, Light Merlin. Satu-satunya keturunan murni Merlin yang bertahan sampai sekarang. Semua rakyat Mars menunggu momen ini semenjak Light lahir."
"Benar sekali. Apalagi setelah Jenderal Blake Merlin gagal merebut wilayah terluar Alter Mars beberapa dekade lalu. Aku sudah kapok berharap pada keturunan tidak murni."
"Mereka sama-sama keturunan Merlin. Tapi, satunya dari istri pertama dan satunya lagi dari istri kedua. Aku sempat ragu Jenderal Blake itu keturunan Merlin. Menurut rumor yang beredar, leluhur Blake adalah anak hasil hubungan haram sebelum Merlin menikahi istri keduanya."
"Entahlah. Meski begitu, tetap saja mereka orang terhormat. Jenderal Blake adalah kakak tirinya Light Merlin."
Selepas kelima nama calon kadet terbaik disebut, sekarang giliran petinggi nomor dua di akademi militer Merlin yang maju ke hadapan penonton. Ia adalah orang yang sebelumnya menyuruh semua calon kadet untuk berhenti meyakini March sebagai dewa, si lelaki berambut pirang sepinggang, dengan iris kiri berwarna biru secerah iris Light, sedangkan iris satunya berwarna hitam. Namanya Blake Merlin. Seorang Jenderal.
"Aku ucapkan selamat pada kelima calon kadet terbaik. Namun, penilaian belum berakhir sampai di sini. Kalian masih berstatus sebagai calon kadet, bisa gugur kapan saja. Jadi jangan besar kepala!" tegasnya, lalu menatap Light. "Penilaian selanjutnya akan segera dimulai. Kompetisi militer terbesar seantero Mars, aku harap kalian siap. Sebab, tempat penilaian kali ini adalah Duodenum."
"DUODENUM?!!" Semua orang sontak terbelalak.
(Bersambung)
Berikut ilustrasi beberapa karakter yang sementara ini telah Author dapatkan:
Light Merlin
Kiana Haldgeprinz
Hans Lincoln
Clara Soemitra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ayano
Calon calon depresi karena harapan semuanya terlalu tinggi padanya
Semoga aja dia bisa mengemban itu
2023-06-14
0
Ayano
Wak wak... namanya bagus 😳😳😳
Aku suka aku suka
2023-06-14
0
Ayano
Wah... netijen julid
2023-06-14
0