Pelayan Yang Sangat Pintar

Air mata Stevany jatuh saat ia merasa bahwa pasokan oksigen di tubuhnya mulai habis. Kepalanya menggeleng lalu tangannya terangkat sebagai tanda permohonan ampun kepada Dewandra.

Terbayang kembali ucapan sang papa yang mengingatkannya bahwa seorang mafia tak pernah memiliki bekas kasihan.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu sengaja mengikuti aku?" tanya Dewandra pelan namun penuh permohonan.

"A....a......" Stevany mencoba bicara.

Dewandra melepaskan tangannya dari leher Stevany, membuat gadis itu akhirnya menarik napas lega sambil terbatuk-batuk.

"Cepat katakan!"

"Aku tidak tahu kalau tuan adalah pemilik rumah ini." kata Stevany sedikit terbata-bata.

"Bohong!" mata Dewandra melotot. Seakan ingin menelan gadis itu hidup-hidup.

"Percayalah, tuan. Aku datang ke sini karena atas rekomendasi majikan aku yang sebelumnya. Semua surat-surat ku sudah diperiksa nyonya Treisya."

Dewandra kembali menatap mata Stevany dengan tajam. Ia sudah cukup banyak mengenal karakter orang. Menatap mata penuh ketakutan di hadapannya, hati Dewandra mengatakan kalau gadis ini tak mungkin seorang mata-mata dari musuh mereka.

"Jangan pernah mengatakan kepada siapapun kalau kita pernah bertemu sebelumnya. Itu jika kamu ingin selamat." kata Dewandra lalu segera pergi meninggalkan Stevany yang masih terisak. Perlahan gadis itu melangkah menuju ke kamarnya. Kamar para pelayan berada di belakang dapur. Gadis itu melupakan air minum yang tadinya ingin ia ambil.

***********

Keesokan paginya, Stevany berusaha bersikap biasa. Para pelayan di rumah ini pun tak terbiasa bergosip. Mereka bahkan dilarang untuk terlihat dekat satu dengan yang lain.

"Stevany, coba kamu lihat contoh pengeluaran bulan lalu. Aku ingin kamu menghitungnya dengan benar. Aku ingin tahu seberapa bisa kamu mengelolah keuangan rumah tangga di sini." Treisya yang baru selesai sarapan segera memanggil Stevany. Perempuan itu terlihat cantik dan seksi dengan gaun bertali spaghetti sebatas lutut. Tak dapat dipungkiri, wanita ini masih terlihat menarik dengan semua penampilannya. Apalagi ia memiliki ukuran dada yang besar dan menggoda mata semua yang melihatnya.

"Baik nyonya."

"Tunjukan padaku jika kamu sudah selesai."

Stevany mengangguk dan segera meninggalkan ruang makan dan menuju ke kamarnya. Masalah keuangan adalah hal yang sepele buatnya karena memang itu jurusannya saat kuliah.

Tak sampai setengah jam, Stevany sudah menyelesaikan semua dan ia bergegas mencari Treisya. Dia menemukan sang nyonya sedang berbincang dengan beberapa lelaki di halaman belakang. Stevany sengaja menunggu dengan mengatur jarak yang ada. Matanya kini tertuju ke lapangan basket. Nampak Dewandra sedang bermain sendiri. Ia terlihat tampan dengan seragam basketnya. Ya Tuhan, apakah aku mampu menaklukannya?

Setelah Treisya selesai berbincang dengan beberapa lelaki itu, ia memanggil Stevany.

"Kamu menungguku?" tanya Treisya.

"Ya, nyonya. Saya sudah mengerjakan apa yang nyonya suruh."

"Secepat itu?" Treisya kaget lalu mengambil buku yang diberikan Stevany padanya. "Waw..., kamu sungguh hebat. Aku sudah cukup pusing semenjak asistenku tertembak beberapa waktu yang lalu. Vany, mulai sekarang, kamu yang mencatat semua transaksi keuangan rumah tangga di rumah ini. Nanti aku akan memberikan nomor rekening yang harus kamu pakai nanti."

"Terima kasih, nyonya." Stevany segera meninggalkan Treisya untuk kembali bekerja.

"Aunty, apakah sudah memeriksa siapa gadis itu?" tanya Dewa (mulai sekarang sebut dewa aja ya, supaya lebih singkat).

"Kamu pikir aku bodoh dan asal menerima pelayan di rumah ini?" tanya Treisya sambil menyeka keringat di wajah Dewa dengan handuk kecil yang dipegang oleh cowok itu.

"Tapi dia terlihat....."

"Cantik?" tanya Treisya sambil memincingkan matanya. Dewa buru-buru menggeleng. Ia sama sekali tak menganggap Stevany cantik.

"Terpelajar."

"Karena sebelumnya ia bekerja selama 3 tahun di rumah seorang konglomerat asal Thailand. Dia juga sebagai asisten yang menangani keuangan rumah tangga di sana. Dan aku baru saja mengetes kemampuannya. Ia juga pintar."

"Aku hanya curiga dengannya."

Treisya tersenyum lalu mengecup pipi Dewa. "Mandi dan sarapan lah. Jangan ikut campur apapun urusan para pelayan di sini. Karena mereka tahu apa konsekuensinya jika berani main-main dengan aku."

Dewa mengangguk. Ia pun bergegas menuju ke kamar untuk segera mandi.

Saat ia turun ke bawa lagi untuk sarapan, dilihatnya Seneo yang memasuki pintu samping.

"Seneo, ayo sarapan denganku!"

"Ok."

Hanya Seneo, satu-satunya asisten yang berani makan di meja sang tuan.

Sasi pun segera menyajikan sarapan untuk mereka.

"Stevany, tolong bantu aku. Pelayan yang lain sedang membersihkan ruangan."

"Baik, nona." Stevany yang sebenarnya sementara sarapan di dapur, segera meninggalkan makannya dan bergegas membantu Sasi.

Mata Seneo langsung berbinar melihat ada pelayan baru.

"Waw, dia pelayan baru?" tanya Seneo setengah berbisik. Ia menggunakan bahasa Korea agar tak di mengerti oleh orang lain.

Dewa hanya mengangguk tanpa menoleh sedikit pun ke arah Stevany.

"Apakah aunty Treisya nggak salah memilih pelayan? Ia sangat cantik. Aku suka."

"Diam dan sarapan saja." bentak Dewa yang tak ingin terganggu dengan kekaguman Seneo pada Stevany.

************

Tak terasa, 3 bulan sudah Stevany bekerja di rumah ini. Treisya nampak suka dengannya karena Stevany begitu pintar. Apapun yang ia minta Stevany kerjakan pasti dengan cepat gadis itu selesaikan.

Stevany juga harus berusaha tenang saat melihat bagaimana kejamnya Treisya jika sedang marah.

Ia juga beberapa kali melihat Dewandra pulang dengan pakaian yang berlumuran darah. Sepertinya mereka baru saja selesai melakukan transaksi senjata ilegal yang ada campur tangan pihak kepolisian.

Seperti malam ini, saat Stevany bergegas ingin tidur, Sasi justru memanggilnya.

"Ayo ikut aku ke kamar tuan."

Stevany terpaksa mengenakan pakaian pelayanannya lagi secara cepat dan menggulunl rambutnya ke atas secara asal-asalan saja. Treisya sudah mengatakan tidak mau melihat para pelayan mengurai rambutnya.

Begitu tiba di kamar Dewa, nampak Treisya sedang membantu Dewa membuka kemeja yang dikenakannya. Stevany dapat melihat kalau tangan Dewa berdarah.

"Stevany, bersihkan luka Dewandra dengan handuk basah." perintah Treisya. Stevany segera melakukannya tanpa bicara sedang Treisya membuka kotak obat yang dipegang oleh Sasi dan mengeluarkan semua yang diperlukan. Sepertinya tangan Dewa tertusuk sesuatu.

Ponsel Treisya berbunyi. Ia memberi isyarat kepada Sasi untuk mengangkatnya.

"Nyonya, anak buah kita terjebak. Barang tak bisa diantar." kata Sasi.

"Sial. Haruskah aku yang menyelesaikan ini semua? Untuk apa mereka aku gaji?" Treisya nampak kesal. Ia melirik ke arah Dewa.

"Apakah aku bisa meninggalkanmu?"

Dewa mengangguk. "Aunty pergilah! Hati-hati ya?"

Treisya mengangguk. Ia mencium puncak kepala Dewa sebelum pergi. "Sasi, sediakan obat herbal yang biasa untuk Dewa minum. Biar kan Stevany yang merawat lukanya."

Sasi pun bergegas ke dapur karena memang hanya dia yang tahu membuat obat itu.

Ditinggalkan berdua dengan Dewa, jantung Stevany berdetak dua kali lebih cepat. Tangannya sedikit bergetar saat membersihkan luka di lengan Dewa.

"Tuan, apakah sudah bisa dibalut lukanya?" tanya Stevany.

Dewa mengangguk. Tangannya yang tak terluka nampak sibuk memegang ponselnya.

"Hallo, kalian di mana? Segera susul aunty Treisya. Jika sesuatu terjadi padanya, aku akan membunuh kalian semua!" Dewa melemparkan ponselnya ke atas ranjang.

"Sudah, tuan."

Dewa menatap Stevany. "Aku ingin berbaring sebentar. Kepalaku agak pusing."

Stevany segera mengatur bantal agar Dewa merasa nyaman untuk tidur. Ia kemudian memegang tangan Dewandra dan menuntun cowok itu tidur dengan sedikit bersandar di kepala ranjang.

Dewa memijat kepalanya sendiri.

"Apakah...., tuan mau aku pijat kepalanya?" tanya Stevany.

Dewandra sebenarnya tak mau ada perempuan lain yang menyentuhnya kecuali Treisya. Namun karena ia benar-benar merasa pusing, ia akhirnya mengangguk.

Tangan dingin Stevany mulai memijat kepala Dewandra. Cowok itu merasa enak dengan pijatan Stevany. Apalagi aroma yang keluar dari tubuh gadis itu membuatnya merasa nyaman.

"Pijat sampai aku tertidur." kata Dewa lalu memejamkan matanya.

Permintaan Dewa membuat Stevany merasa senang. Karena ia pasti akan berlama-lama menatap wajah tampan itu tanpa takut Dewa akan menatapnya dengan tajam. Ya Tuhan, dapatkah aku meraih hatinya?

**********

Hari ini adalah hari libur Stevany. Namun ia memilih tetap ada di dalam rumah. Apalagi banyak pelayan yang diberikan libur oleh sang nyonya setelah keberhasilan mereka dengan penyeludupan senjata ilegal itu.

Sasi juga ikut keluar. Yang tertinggal hanyalah penjaga pintu gerbang yang berjumlah tiga orang. Nanti sore para pelayan sudah berada kembali ke rumah.

Stevany memilih tak keluar karena keluarganya sudah kembali ke Indonesia semuanya. Ia tak mau mengunjungi teman-teman nya di kampus yang belum selesai karena tak ingin identitasnya terbongkar.

Sejak pagi juga nyonya Treisya sedang keluar bersama Dewa.

Bingung harus melakukan apa, Stevany membuka seragam pelayannya dan menggantikannya dengan kaos putih ketat, celana olahraga selutut dan sepatu kets. Gadis itu ke lapangan basket karena dia ingin bermain basket. Bermain basket dapat mengurangi rasa rindunya pada keluarga Dawson.

Begitu asyiknya ia bermain sampai tak menyadari ada sepasang mata yang mengawasinya sejak tadi. Itu adalah Dewa yang baru saja kembali bersama Treisya.

Dewa tak menyangka kalau asisten keuangan rumah tangga itu terlihat mahir bermain basket.

"Ayo lawan aku!" kata Dewa yang tiba-tiba sudah berada di lapangan basket.

"Eh, tuan bukan lawan aku." Stevany menggeleng.

"Kita main saja." Dewa menggulung kemeja putih yang dipakainya. "Ayo!"

Merasa mendapat kesempatan untuk dekat dengan Dewa, Stevany pun mengeluarkan seluruh kemampuan bermainnya. Dewa yang awalnya meremehkan Stevany, merasa tertantang saat gadis itu justru yang memasukan bola ke ring duluan.

Jadilah mereka berdua bermain dengan begitu bersemangat.

"Ah....aku menyerah!" Stevany mengangkat tangannya karena ia merasa sangat kekalahan.

Dewa pun terlihat sangat berkeringat. Kemeja putihnya bahkan sudah menempel di tubuh atletisnya yang bertato itu.

"Tolong buatkan aku segelas es jeruk dan bawa ke kamarku." kata Dewa

Stevany mengangguk. Ia bersemangat membuat kan es jeruk untuk Dewa. Segera siap, ia segera menuju ke kamar Dewa. Pintu kamar itu tak tertutup sempurna. Stevany hampir saja mengetuk pintu, namun ia menutup mulutnya dengan tangan saat melihat adegan manis yang membuat nya sakit hati. Dewa yang hanya menggunakan handuk di tubuhnya nampak sedang berciuman dengan Treisya. Ciuman yang tak kayak antara Tante dan ponakan. Karena itu adalah ciuman yang manis dan penuh gairah.

************

Semoga suka ya.....

Terpopuler

Comments

Uswatun

Uswatun

och kex kisah mama ya

2023-07-25

1

gia nasgia

gia nasgia

Kisah Mom Giani dan Daddy Jero terulang kembali 😂🤦

2023-07-02

1

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

yg kuat stevpani kayak ibu mu giani semangat

2023-06-11

1

lihat semua
Episodes
1 Tiga Kali Bertemu
2 Kenekatan Stevany
3 Kesepakatan Keluarga Dawson
4 Pelayan Yang Sangat Pintar
5 Menekan Rasa Di dada
6 Kesempatan Berdua
7 Menuju Ke Seoul
8 Tinggal di Seoul
9 Hampir Saja
10 Ajakan Main Belakang.
11 Siapa Pacar Stevany?
12 Apartemen Seneo
13 Tolong Nikahi Aku
14 Menikah
15 Malam Pertama
16 Sakit
17 Istri Simpanan
18 Istri Di Simpan
19 Mencoba Menghindar
20 Perhatian
21 Firasat Tak Baik
22 Kekuatan Hati Seorang Istri
23 Terpaksa Harus Kembali
24 Memintal Rindu
25 Tanda Merah
26 Kedatangan Dewandra
27 Menjauh dari Mansion
28 USG
29 Bimbang
30 Tinggal Bersama Seneo
31 Perhatian Dewandra
32 Menghilang
33 Kejutan dari Treisya
34 Kacau
35 Menyembuhkan Luka
36 Tak Segampang Itu
37 Mencoba Membuka Hati
38 Dia Tak Di sini
39 Aku Tak Kenal Dia
40 Pernyataan Cinta Dewa
41 Satpam Baru
42 Satpam Jatuh Cinta
43 Hangatnya Pelukanmu
44 Pesonanya Belum Hilang
45 Perubahan Hidup
46 Kedekatan Raga
47 Perjuangan Ku Belum Selesai
48 Sesuatu...
49 Penculik Bertato
50 Dilema
51 Mafia dilawan
52 Menyerah???
53 Pernikahan Joselin
54 Aku bukan Yang Kau Inginkan
55 The Best Daddy
56 Mengejar Cinta Sampai di Amerika
57 Mengejar Cinta Sampai di Amerika (part 2)
58 Ku kejar Cintamu sampai di Amerika (part 3)
59 Ku kejar Cinta sampai di Amerika (part 4)
60 Akhirnya Tahu
61 Daddy Jeronimo
62 Selamat Jalan Mama Giani
63 Dia pun pergi juga
64 Wanita Hebat
65 Wanita Hebat (part 2)
66 Cinta Terbaik
67 Kaulah Kekuatanku
68 My Daddy comeback
69 Seperti Malam Pertama
70 Resepsi Yang Indah
71 Sesuatu Yang Tak Pernah di duga
72 Anak Mafia Jangan Dilawan
73 Anak Mafia Jangan Dilawan (part 2)
74 Dewa Yang Bucin
75 Mau-maunya Dewa
76 Keluarga Bahagia Kita
77 Last Episode
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Tiga Kali Bertemu
2
Kenekatan Stevany
3
Kesepakatan Keluarga Dawson
4
Pelayan Yang Sangat Pintar
5
Menekan Rasa Di dada
6
Kesempatan Berdua
7
Menuju Ke Seoul
8
Tinggal di Seoul
9
Hampir Saja
10
Ajakan Main Belakang.
11
Siapa Pacar Stevany?
12
Apartemen Seneo
13
Tolong Nikahi Aku
14
Menikah
15
Malam Pertama
16
Sakit
17
Istri Simpanan
18
Istri Di Simpan
19
Mencoba Menghindar
20
Perhatian
21
Firasat Tak Baik
22
Kekuatan Hati Seorang Istri
23
Terpaksa Harus Kembali
24
Memintal Rindu
25
Tanda Merah
26
Kedatangan Dewandra
27
Menjauh dari Mansion
28
USG
29
Bimbang
30
Tinggal Bersama Seneo
31
Perhatian Dewandra
32
Menghilang
33
Kejutan dari Treisya
34
Kacau
35
Menyembuhkan Luka
36
Tak Segampang Itu
37
Mencoba Membuka Hati
38
Dia Tak Di sini
39
Aku Tak Kenal Dia
40
Pernyataan Cinta Dewa
41
Satpam Baru
42
Satpam Jatuh Cinta
43
Hangatnya Pelukanmu
44
Pesonanya Belum Hilang
45
Perubahan Hidup
46
Kedekatan Raga
47
Perjuangan Ku Belum Selesai
48
Sesuatu...
49
Penculik Bertato
50
Dilema
51
Mafia dilawan
52
Menyerah???
53
Pernikahan Joselin
54
Aku bukan Yang Kau Inginkan
55
The Best Daddy
56
Mengejar Cinta Sampai di Amerika
57
Mengejar Cinta Sampai di Amerika (part 2)
58
Ku kejar Cintamu sampai di Amerika (part 3)
59
Ku kejar Cinta sampai di Amerika (part 4)
60
Akhirnya Tahu
61
Daddy Jeronimo
62
Selamat Jalan Mama Giani
63
Dia pun pergi juga
64
Wanita Hebat
65
Wanita Hebat (part 2)
66
Cinta Terbaik
67
Kaulah Kekuatanku
68
My Daddy comeback
69
Seperti Malam Pertama
70
Resepsi Yang Indah
71
Sesuatu Yang Tak Pernah di duga
72
Anak Mafia Jangan Dilawan
73
Anak Mafia Jangan Dilawan (part 2)
74
Dewa Yang Bucin
75
Mau-maunya Dewa
76
Keluarga Bahagia Kita
77
Last Episode

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!