Mom, aku ada di asramaku
salah satu temanku ada yang sakit. Nanti aku pulang besok ya?
Stevany mengirim pesan pada mamanya. Ia tak mau mamanya khawatir. Walaupun sebenarnya ia merasa tak enak hati karena harus berbohong.
Stevany menatap pria bertato itu yang kini terbaring. Sesekali Stevany menyeka keringat yang ada di wajah cowok itu. Sepertinya ia demam. Pasti karena lukanya. Perlahan Stevany memperbaiki selimut yang menutupi tubuh bagian bawah cowok itu. Ia tadi membuka celananya saat Stevany mengeluarkan peluru yang ada di tubuhnya.
Cowok itu memiliki tato di dadanya berbentuk seperti malaikat yang memegang pedang , tato di leher sebelah kanan yang berbentuk busur panah. Ada tato juga di lengan kirinya seperti gambar harimau, yang kemudian memanjang ke bawa ada tulisan sebuah nama dalam bahasa Korea. Stevany menyesal karena ia tak tahu bahasa Korea.
"Dia sangat tampan dan terlihat lembut saat tidur seperti ini. Siapa namanya ya?" Stevany membelai wajah cowok itu dengan lembut. Ia tahu, hatinya sungguh telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Keesokan paginya.....
Stevany keluar dari kamar mandi dan melihat kalau pria itu sudah bangun. Ia nampak sudah bersandar di kepala ranjang. Matanya menatap Stevany.
"Terima kasih." ucapnya tulus.
Stevany hanya tersenyum. "Apakah lukanya masih sakit?"
"Sedikit. Namun aku sudah biasa mengalami ini."
"Kamu nggak demam lagi kan?"
Cowok itu menggeleng. "Tolong pesankan taxi. Aku harus pergi."
"Tapi....."
"Ini demi kebaikanmu, nona. Kau tak ingin menjadi sasaran peluru panas seperti aku kan?" Cowok itu perlahan turun dari ranjang dan mengenakan kemejanya kembali. Ia sudah lebih dulu memakai celananya saat Stevany berada dalam kamar mandi.
"Baik." Stevany pun segera memesan taxi yang ada.
Tak sampai 10 menit, taxi pun datang.
"Siapa nama mu?" tanya Stevany sebelum cowok itu masuk ke dalam taxi.
Cowok itu tersenyum. "Sebaiknya kamu tak perlu tahu siapa diriku. Itu untuk kebaikanmu." lalu ia pun menutup pintu taxi dan segera pergi.
Stevany menatap kepergian taxi itu. Hatinya memberontak. Ia harus tahu siapa lelaki itu. Tak peduli dengan bahaya yang nanti akan ia hadapi. Makanya, ia pun nekat membuntuti taxi itu dari jarak yang sangat aman.
Taxi itu berhenti di sebuah rumah yang ada di pinggiran kota. Cowok itu turun dan dua orang lelaki berpakaian serba hitam datang membantunya. Stevany memperhatikan mereka sampai akhirnya cowok itu menghilang dibalik pagar tinggi yang memagari rumah itu.
*************
Kembali ke waktu sekarang ....
Napas Dewandra terdengar berat saat ia mencium bibir Stevany. Ciuman pertama bagi gadis itu. Ciuman yang memabukkan sebenarnya jika memang Dewandra memiliki perasaan yang sama dengannya.
"Kau begitu manis, sayang." bisik Dewandra sebelum ciumannya berpindah ke leher Stevany. Ada rasa perih dan geli sekaligus yang gadis itu rasakan saat bibir basah Dewandra meninggalkan jejak merah di sana.
"Tuan, aku mohon.....!" tangis Stevany diantara ketakutan yang dirasakannya. Stevany bisa saja menendang Dewandra yang setengah mabuk itu. Namun ia takut dengan ancaman Dewandra untuk membunuhnya. Ia tahu, Dewandra adalah seorang penembak jitu yang tak pernah merasa kasihan pada siapa saja.
"Kau pasti akan menyukai ini, cantik." Dewandra sedikit terkekeh. Ia mulai melepaskan kancing kemeja putih yang adalah seragam Stevany sebagai seorang pelayan.
"Tuan ....!" Stevany menahan tangan Dewandra.
"Diam......!" kata Dewandra sedikit membentak. Stevany memejamkan matanya saat ia mulai merasakan kalau kemeja putihnya itu sudah terbuka semua kancingnya.
"Waw....aku suka!" guman Dewandra dengan mata berbinar saat melihat gundukan indah di dada Stevany yang masih tertutup dengan baju dalamnya.
Ya Tuhan, tolong aku....! Jerit Stevany dalam hatinya. Tubuhnya mulai bereaksi saat Dewandra mulai mencium dadanya. Stevany adalah gadis muda yang hormon-hormon nya sedang berkembang. Sentuhan Dewandra bisa meruntuhkan pertahannya.
Saat tangan Dewandra mulai turun ke bawa, Stevany semakin tegang.
"Tuan......!" panggil seseorang dari luar sambil mengetuk pintu.
"****!" Dewandra memaki karena merasa terganggu. Ia mengangkat tubuhnya dari atas Neva. Perlahan ia turun dari atas ranjang king Size nya lalu membuka pintu. Tatapannya tajam ke arah Seneo, asisten kepercayaannya yang akan selalu berjaga kemana saja ia pergi. Lelaki asal Jepang itu sangat tahu bagaimana pribadi sang tuan.
"Aku kan sudah bilang jangan ganggu."
"Nyonya datang, tuan."
"Bukankah ia sudah berangkat?" Dewandra terkejut.
"Kata nyonya bandaranya ditutup karena badai salju. Makanya nyonya nggak jadi berangkat. Nyonya sudah ada di gerbang."
"Sial!" Dewandra masuk kembali ke dalam kamarnya. Ia melihat Stevany yang sudah mengenakan kemejanya kembali. Ia bahkan sementara merapikan tempat tidur Dewandra.
"Saya akan kembali ke kamar saya, tuan." ujar Stevany lalu segera pergi. Dewandra hanya menatap kepergian Stevany lalu ia masuk ke kamar mandi untuk sekedar mencuci mukanya, menghilangkan sedikit rasa mabuk dan bau alkohol. Treisya tidak suka jika Dewandra bau alkohol apalagi mabuk.
Sementara itu, Stevany memilih turun melalui tangga belakang yang langsung menuju ke ruang makan.
Sasi, kepala pelayan di rumah ini menatap Stevany dengan intens. Wanita berusia 50 tahun itu seakan sedang menelanjangi Stevany dengan tatapannya itu.
"Apa yang tuan Dewandra inginkan darimu? Aku dengar kalau dia memanggilmu."
Stevany berusaha tenang. "Tuan hanya meminta aku membersihkan kamarnya."
"Bukankah kamar tuan hanya boleh di bersihkan oleh aku?" Sasi menatap Stevany tajam.
"A...aku juga nggak tahu nona Sasi."
Sasi akan bicara namun langsung terhenti dengan suara Treisya yang memanggilnya.
"Sasi....!"
Sasi dan Stevany sama-sama menoleh. Perempuan yang tadinya akan pergi ke Jepang nampak sudah kembali. Treisya Ong, sudah berusia 43 tahun namun penampilannya seperti gadis berusia 20 tahun. Bentuk tubuh yang proposional, karena ia rajin olahraga dan menjaga pola makannya.
"Ya, nyonya."
"Tolong buatkan aku teh lemon. Kepalaku agak sakit. Bawa ke kamar ya?" ujar Treisya lalu segera meninggalkan ruang makan dan menuju ke lantai dua melalui tangga yang tadi dilewati oleh Stevany.
"Bereskan ruang makan. Lalu segera kembali ke kamarmu." kata Sasi kepala Stevany. Gadis itu hanya mengangguk dan langsung melakukan apa yang Sasi katakan.
Setelah pekerjaannya selesai, Stevany pun segera ke kamarnya. Ia mencuci wajahnya, menggosok gigi, membuka seragam pelayannya yang berwarna putih hitam, lalu menggantinya dengan piyama berlengan panjang karena sekarang sedang musim salju. Setelah itu, ia naik ke atas ranjang, menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya dan mengeluarkan ponsel yang ia sembunyikan dari balik kasurnya. Ia segera menghidupkan dan masuklah beberapa pesan dari kedua kakaknya, dan yang paling banyak dari mama Giani.
Sayang, mami nggak sabar menunggu kamu pulang. Ini sudah bulan ke-6. Apakah kamu sudah berhasil menaklukan hati pujaan hatimu? Ingat, perjanjian kita hanya satu tahun. Jika kamu tak berhasil mendapatkan cintanya, pulanglah ke Jakarta, nak. Mami rindu. Kadang mami sangat takut membayangkan dirimu ada di sarang mafia.
Air mata Stevany jatuh saat membaca pesan dari mommy nya. Terbayang kembali saat Stevany memutuskan untuk mengejar cinta Dewandra.
************
Dewandra
Stevany
Treisya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
fa _azzahra
selalu syuka karya ka enny,lanjut baca
2023-09-15
1
Dewi Soraya
g sk smua visualny kurang smua
2023-08-12
0
Uswatun
ayo stevany
2023-07-25
0