4. Mengulang Lagi

Arungga nampak termangu di depan bengkel. Saat itu ia baru saja tiba di bengkel sang ayah. Arungga ingat jika bengkel yang menjadi pusat kebanggaan sekaligus mata pencaharian utama sang ayah telah habis terbakar. Dan beberapa bulan setelah kebakaran itu Arman meninggal dunia karena depresi.

Dari tempatnya berdiri Arungga bisa mengamati aktifitas sang ayah dan tiga karyawannya itu. Salah seorang karyawan Arman memberi kode pada sang bos tentang kehadiran Arungga. Arman menoleh dan tersenyum melihat Arungga.

" Akhirnya Kamu datang juga Ga. Pasti karena capek diomelin sama Mama Kamu ya...," sapa Arman dengan senyum merekah.

Mendengar sapaan sang papa membuat Arungga terharu. Ia langsung menghambur ke pelukan Arman dan membenamkan wajahnya di pundak sang ayah.

" Hei..., kenapa Ga. Ada apa...?" tanya Arman sambil menepuk punggung Arungga.

" Aku gapapa Pa. Cuma kangen aja sama Papa...," sahut Arungga sambil mengurai pelukannya.

" Kangen...?" tanya Arman tak percaya.

" Iya Pa. Kenapa, Papa ga percaya sama Aku ?. Apa cuma Alina yang boleh ngomong kangen karena dia anak perempuan...?" tanya Arungga sambil mendengus kesal.

Ucapan Arungga membuat Arman tertawa geli. Ia pun mengusak rambut Arungga dengan gemas lalu merengkuh bahu sang anak dengan erat.

" Papa ga bermaksud begitu Ga. Papa cuma heran aja sama tingkah Kamu hari ini. Tumben pake bilang kangen plus peluk Papa segala. Padahal seinget Papa, sejak Kamu masuk SMA, Kamu ga mau lagi dipeluk atau memeluk Papa. Kamu bilang malu lah, ga gentle lah. Tapi liat Arungga hari ini, bisa-bisanya ngomong kangen sama Papa..., " kata Arman di sela tawanya.

" Iya sih. Sekarang kalo inget itu Aku jadi malu Pa. Aku minta maaf karena sempet ngomong gitu dulu. Pasti Papa kecewa banget ya. Harusnya Aku ga terpengaruh sama teman-temanku ya Pa...," kata Arungga dengan nada menyesal.

" Gapapa. Papa maklum kok. Dulu waktu Papa seusia Kamu juga begitu. Wajar lah, namanya juga masa remaja...," sahut Arman sambil tersenyum.

Arungga ikut tersenyum mendengar jawaban sang ayah. Kemudian ia mengamati para pekerja bengkel yang saat itu sedang sibuk memperbaiki mobil dan motor.

" Kenapa ?. Apa Kamu tertarik membantu mereka...?" tanya Arman yang yakin Arungga akan menolak.

" Emang boleh Pa ?. Ntar kalo tambah rusak gimana...?" tanya Arungga.

" Kamu liat aja dulu sambil belajar. Kan Kamu juga udah tau beberapa komponen mesin. Kalo udah tau mana yang rusak dan ngerti bagaimana cara memperbaikinya, nanti Papa bayar Kamu tiap kali Kamu berhasil memperbaiki mesin motor atau mobil yang masuk. Gimana, tertarik ga ?. Lumayan lho buat nambahin uang saku plus ngisi waktu libur kuliah Kamu...," kata Arman sambil menaik turunkan alisnya.

" Ok, siapa takut...!" sahut Arungga mantap.

" Bagus. Kamu bisa mulai dari sekarang Ga. Tuh, di sana. Coba Kamu liat gimana cara Dani betulin motor itu...," kata Arman sambil menunjuk salah satu karyawan yang sedang memperbaiki motor.

" Ok Pa...," sahut Arungga lalu bergegas mendekati orang yang dimaksud.

Diam-diam Arman tersenyum. Kedua matanya nampak berkaca-kaca. Entah mengapa, melihat Arungga yang antusias membantu memperbaiki motor membuat Arman terharu.

" Akhirnya. Setelah lelah membujuk, Arungga mau juga membantu. Papa senang karena punya seseorang yang bakal melanjutkan usaha ini kelak. Semoga ini jadi awal yang baik untuk Kamu Nak...," batin Arman sambil tersenyum.

Dani nampak tersenyum menyambut Arungga. Ia tahu betul jika selama ini Arungga selalu menolak keinginan ayahnya.

" Gimana Ar, paham ga...?" tanya Dani beberapa saat kemudian.

" Lumayan Bang...," sahut Arungga.

" Nah ini udah selesai. Kamu bisa bilang sama Pak Arman kalo ini hasil kerjamu...," kata Dani.

" Jangan Bang. Saya ga mau makan gaji buta. Lagian Papa pasti tau siapa yang ngerjain ini. Mmm..., Saya cuma mau minta tolong sama Bang Dani...," kata Arungga.

" Minta tolong apa Ar...?" tanya Dani.

" Mungkin ke depannya Saya bakal sering ngerepotin Bang Dani karena rencananya Saya bakal belajar memperbaiki mesin motor sama Bang Dani nanti...," sahut Arungga.

" Wah, itu bagus Ar. Udah waktunya anak pemilik bengkel ini belajar biar ngerti sama mesin. Saya sih ga keberatan sharing ilmu sama Kamu...," kata Dani sambil tersenyum.

" Makasih ya Bang...," kata Arungga.

" Sama-sama. Sebentar ya, Saya laporan dulu sama Pak Arman...," pamit Dani yang diangguki Arungga.

Arungga menatap punggung Dani yang makin menjauh. Sesaat kemudian ia menghela nafas panjang. Arungga pun mengusap wajahnya setelah bayangan tentang peristiwa di masa lalu kembali menghiasi benaknya.

Arungga teringat bagaimana egoisnya dia saat itu. Dengan lantang Arungga menolak keinginan ayahnya yang berniat mewariskan usaha bengkel itu padanya. Arungga merasa minat dan bakatnya tak cocok untuk pekerjaan di bengkel yang kotor itu.

" Kenapa dulu Gue sombong banget sih. Papa pasti kecewa banget deh. Padahal ga ada salahnya belajar supaya bisa menghandle sendiri saat kendaraan kita bermasalah...," gumam Arungga sambil mengusap wajahnya.

Saat itu lah Arungga bertekad akan belajar memperbaiki mesin kendaraan dengan serius agar dia punya cadangan pekerjaan saat ia 'terdepak' dari posisinya nanti.

\=\=\=\=\=

Arungga nampak memasuki kampus dengan langkah pasti. Sesekali Arungga menjawab sapaan temannya sambil tersenyum.

Tiba-tiba seorang gadis cantik menghampiri Arungga. Gadis itu adalah Tantri, bunga kampus yang membuat banyak pria jatuh bangun mengejarnya. Arungga ingat jika saat itu Tantri adalah kekasihnya. Mereka baru saja 'jadian', tepatnya seminggu sebelum libur semester.

" Hai Arungga...!" sapa Tantri sambil tersenyum.

" Hai Tantri...," sahut Arungga dengan enggan.

" Kenapa selama libur sulit banget nemuin Kamu sih Ar. Kamu juga aneh. Masa ga punya inisiatif buat datang dan ngajak Aku hang out kemana Kek gitu. Apa Kamu ga kangen sama Aku ?. Untung ada Haikal yang ngajakin jalan jadi Aku sedikit terhibur...," kata Tantri.

" Maaf Tantri. Aku sibuk bantu orangtuaku di bengkel...," sahut Arungga.

" Sibuk banget ya sampe ga sempet balas chat Aku...," sindir Tantri sambil mencibir.

" Iya. Tapi kan Kamu bilang udah terhibur karena diajak jalan sama Haikal. Jadi ga masalah dong...," kata Arungga sambil bersiap melangkah.

Tantri pun menahan langkah Arungga dengan mencekal tangan sang kekasih.

" Tapi yang pacar Aku kan Kamu Arungga...!" kata Tantri sedikit lantang.

Arungga tersenyum getir. Ia menatap Tantri dengan tatapan kecewa. Untuk sejenak keduanya saling menatap dalam diam. Arungga menghela nafas panjang lalu perlahan melepaskan cekalan tangan Tantri.

" Kalo Kamu sadar Aku ini Pacar Kamu, terus kenapa Kamu malah jalan sama Haikal...?" tanya Arungga datar.

" Tapi dia kan sahabat Kamu Arungga. Aku pikir ga masalah dong kalo Aku jalan sama dia. Lagian Aku sama Haikal ga ada hubungan apa-apa kok. Aku cuma nganggep dia sahabat, ga lebih...," sahut Tantri cepat.

" Sahabat...?" tanya Arungga tak percaya.

" Iya. Sejak Kita jadian, semua orang yang ada di sekeliling Kamu otomatis masuk dalam lingkungan pergaulan ku juga. Teman Kamu ya jadi temanku, sahabat Kamu ya jadi sahabatku juga. Gitu kan Arungga...?" tanya Tantri cemas.

Arungga kembali tersenyum mendengar ucapan Tantri.

" Terserah Kamu aja Tan. Maaf, Aku ga bisa nemenin Kamu sampe ke kelas. Sekarang Aku harus pergi menghadap dosen...," kata Arungga lalu pergi begitu saja meninggalkan Tantri.

" Tunggu Arungga. Kamu ga lagi cemburu kan sama Haikal ?. Arungga...!" panggil Tantri lantang.

Arungga nampak melambaikan tangan tanpa menoleh. Sedangkan Tantri hanya bisa menghentakkan kakinya karena kesal dengan sikap Arungga.

Di kejauhan Haikal nampak tersenyum puas menyaksikan pertengkaran Arungga dan Tantri. Ia berharap keduanya putus supaya ia bisa menggantikan posisi Arungga.

Arungga yang memang mengetahui kehadiran Haikal nampak terus melangkah sambil mengulum senyum.

" Kalo Kalian pikir Aku ini bodoh seperti dulu, Kalian salah. Aku akan memutar balik keadaan hingga Kalian lebih memilih lari daripada berhadapan denganku...," gumam Arungga sambil mengepalkan tangannya.

Di sudut lain terlihat seorang gadis berpenampilan 'nyeleneh' nampak terus mengamati pergerakan Arungga. Sesekali ia tersenyum dan detik berikutnya ia terlihat gugup. Setelah Arungga tak lagi terjangkau oleh matanya, gadis itu pun membalikkan tubuhnya lalu bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

gadis itu pasti Zahira.. tapi kenapa penampilan nya dibilang nyeleneh .. .. penasaran deh

2023-08-14

0

joel

joel

siapakah gadis tersebut?

2023-05-13

1

Irma Tjondroharto

Irma Tjondroharto

keren arungga... keren.. ya hrs seperti itu.. mumpung ada kesempatan ke2 jangan disia2kan... betul abaikan mereka.. tuh ada zahira... meski ndak keren tapi baik.. ya kan... ya kan.. hehehe... aku menunggumu thor.. hehe

2023-05-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!