Sesampainya di sebuah gang kecil, tampak oleh Azzalia hamparan rumput hijau berisi ratusan orang berpakaian sama seperti dirinya. Yup, itu adalah lokasi tempat berkumpulnya para peserta ospek. Azzalia sempat tercengang dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya, ternyata setelah tadi menyelinap melewati jalanan kecil, dan lorong-lorong sempit antara gedung satu dengan gedung lainnya, Azzalia baru tau kalau mereka akan berakhir di lokasi yang menjadi tujuan Azzalia.
"Bergabunglah. Berdirilah di situ, agar aman. Supaya kamu tidak keliatan banget, kalau kamu datang terlambat." kata laki-laki itu dengan kata-kata lembutnya sambil tersenyum tentunya, yang ternyata senyuman laki-laki itu mampu menghipnotis Azzalia hingga sulit berkedip.
"Eh... ini...seriusan kak? Saya ga harus lapor kalau saya datang terlambat?" tanya Azzalia.
Laki-laki itu hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Segeralah berbaris. sebelum ada orang yang mencurigaimu."
"Baik kak." jawab Azzalia yang kemudian masuk salah satu barisan di bagian belakang, sedangkan laki-laki itu melangkah pergi meninggalkan Azzalia begitu saja.
Beberapa saat kemudian, panitia di depan kembali menyampaikan informasi, sebelum para peserta ospek masuk ke dalam ruangan.
"Okey, selanjutnya, sebelum masuk ruangan, kalian harus di cek dulu untuk kelengkapan barang bawaannya." kata seorang panitia dengan menggunakan megaphone.
"Waduh, barang-barang gue kan masih di mobil semua. Mati gue, bakal kena hukuman berapa kali nih gue. Ish, nyebelin banget sih tu orang, main ambil mobil gue aja. Kenapa juga gue nurut aja ama dia sampe ke sini? Ah, bodo banget sih lo Za." batin Azzalia yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Namun, saat Azzalia masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba ada seseorang di belakangnya yang berdehem.
"Ehem, Azzalia Putri Geolam?" sapa seorang laki-laki yang ternyata kakak senior yang tadi mengantarnya sampai di halaman gedung fakultas dakwah komunikasi ini.
Azzalia pun seketika menoleh ke sumber suara.
"Eh, kak."
"Ini, milikmu. Nanti biar ga kena hukuman karena semua barang-barang masih di dalam mobil." kata laki-laki itu sambil menyerahkan tas ransel, caping dan kokard dari anyaman bambu (tampah kecil).
"Eh, ya ampun, terimakasih banyak kak. Saya pikir, saya bakal di hukum nantinya." kata Azzalia.
Laki-laki itu tersenyum.
"Kamu kira, kami akan membuly kamu, atas kecerobohanmu di jalan? Dengan hukuman-hukuman seperti pada umumnya saat ospek?" tanya Laki-laki itu.
"Ya... mungkin." jawab Azzalia sambil mengangkat kedua bahunya.
"Tenang aja. Tahun ini, di kampus ini tidak ada pembulyan untuk peserta Ospek. Jadi kamu tenang aja." kata laki-laki itu lagi.
"Oh ya, ini, kunci mobilmu. Mobilmu di parkir di baseman gedung fakultas kedokteran ya. Karena tadi di area sini, sudah penuh." kata laki-laki itu lagi.
"Oh, iya kak. Sekali lagi, terimakasih banyak ya kak. Sudah dibantu." kata Azzalia menjadi sungkan. Karena dugaannya sejak tadi ternyata salah. Laki-laki itu memang baik.
"Ya sudah, saya tinggal ya. Good luck." kata laki-laki itu berlalu dengan meninggalkan senyum manisnya, yang membuat Azzalia melongo dibuatnya. Hingga dia tak sadar, bahwa dirinya belum mengetahui siapa nama kakak seniornya itu.
"Gila, cakep bener tu orang kalo senyum, asli bikin gue mati kutu." batin Azzalia.
"Woi, ga ngelamun. Segera bergeser!" tegur seorang laki-laki berjas biru, sama dengan laki-laki yang sudah menolongnya tadi.
"Eh, elo? Ehm, maksud saya, kakak." gumam Azzalia yang sadar akan siapa orang yang sudah menegurnya. karena dia adalah orang yang tadi membawa mobilnya ke baseman gedung fakultas kedokteran.
"Eh...ma makasih ya kak, udah markirin mobil saya. Saya kira tadi mobilnya mau di sita." kata Azzalia dengan cengengesan menampakkan giginya yang putih berjajar rapi. Karena dia tadi tak lupa gosok gigi sebelum berangkat, menggunakan pasta gigi pemutih, biar kinclong saat di panasan.
"Hem." jawab laki-laki yang seingat Azzalia namanya Seem. Lalu laki-laki itu berlalu begitu saja dengan wajah datar, tanpa senyum sedikitpun. Di lehernya terkalung gantungan kamera analog bermerk Canon, sepertinya laki-laki dingin ini adalah seorang fotografer.
"Idih, diajak ngomong baik-baik malah pergi tanpa pamit. Dasar opa korea ga punya kamus bahasa!" omel Azzalia dengan suara perlahan. Wajahnya yang tadi berusaha ramah berubah manyun dan penuh rasa bad mood. Dan wajah lucu itu tak luput dari jepretan si fotografer saat dia kembali menoleh pada wajah gadis yang membuatnya menggerutu sepanjang jalan sambil mencari tempat parkir yang longgar.
"Kalau bukan Opik yang nyuruh gue markirin mobil elo, males gue muter-muter nyari parkiran buat mobil elo." gerutu Seem dalam hati.
"Lagian, kenapa sih Opik baik-baikin tu cewek yang jelas-jelas ga tertib dan ceroboh? Heran gue." gerutuan Seem masih berlanjut pada sikap sahabatnya. Opik.
Ya, cowok yang mengantar Azzalia sampai di halaman utama berkumpul nya peserta ospek itu, bernama Opik. Dialah pemilik senyum manis yang membuat Azzalia sampai mati kutu.
Setelah pengecekan barang-barang bawaan, Azzalia yang memang datang terlambat, mendapat giliran paling akhir. Barang-barang dalam ransel dan pakaian dan aksesorisnya di cek secara mendetail oleh seorang panitia putri di sebelah sisi kiri pintu. Sedangkan untuk putra, di cek oleh panitia putra di sebelah kanan.
"Mana bekalmu?" tanya panitia putri yang mengenakan cocard panitia bertuliskan 'Asih' dengan wajah dingin.
"O iya. Astaghfirullah, gue lupa. Gue kan tadi berencana mampir beli ke pasar, duh, karena kesiangan jadi lupa deh." batin Azzalia sambil merem.
"Ehm...ga...ga ada kak. Lupa." jawab Azzalia sambil nyengir kuda dan menggaruk kepalanya yang tidak Gatal.
"Okey, silakan baris di situ bersama yang lain." kata Asih sambil menunjuk sebuah barisan berisi orang berseragam sama dengan Azzalia di depan gedung yang akan dia masuki.
Lagi-lagi, wajah Azzalia yang merasa bersalah karena barangnya tidak lengkap, wajah ditekuk, dan sampai saat dia dihukum oleh beberapa orang panitia yang bertanggungjawab memberi hukuman pada peserta yang melanggar, tak luput dari jepretan kamera analog nya.
"Lucu juga." batin Seem saat melihat hasil jepretannya.
"Bro, gue masuk dulu ya." pamit Opik saat melewati Seem sambil menepuk bahu sahabatnya.
"Oh, okey." jawab Seem sambil mengacungkan jempolnya.
Setelah melakukan push up dan beberapa hukuman lainnya yang memalukan, akhirnya Azzalia bersama beberapa peserta yang bernasib sama dengan nya pun masuk ruangan dengan keringat bercucuran.
"Katanya tahun ini di kampus ini ga ada bulying? Kenapa gue masih kena hukuman memalukan ini?" batin Azzalia sambil terus menggerutu. Karena Azzalia mendapat hukuman untuk menyanyikan lagi garuda pancasila di bawah tiang bendera merah putih, dengan satu kaki diangkat dan hormat bendera. Setelah itu, Azzalia diminta untuk push up dan di beri coretan sidol di pipi kirinya. Sebagai tanda, bahwa dia melakukan kesalahan.
"Huft, menyebalkan!" gerutu Azzalia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Herry Murniasih
Ga apa2 kena hukuman biar nanti semua pada kenal, lain kali jangan terlambat lagi. baru pertama masuk kuliah sudah banyak yang perhatian, semangat 😁😁🥰
2023-05-15
1