"Astaga." pekik Azzalia dengan tubuhnya yang terhuyung ke depan, dengan tetap memegang setir mobilnya.
"Waduh, gue nabrak orang ga ya? Mati gue kalau sampe nabrak orang, jadi berabe masalahnya, hari pertama bikin masalah, pasti bakal kena hukuman nih. Andai aja tadi gue nurut dikit sama mas Diego, pasti ga bakal kaya gini nasib gue pagi ini." gumam Azzalia masih di depan kemudi, sedangkan sudah ada seseorang yang mengetuk jendela mobilnya.
Tok tok tok
Azzalia melihat keluar jendela, tampak dua orang laki-laki berjas almamater, sudah jelas dan bisa ditebak, itu pasti mahasiswa kampus tempatnya kuliah, dan sepertinya mereka adalah panitia ospek.
"Haduh...mati gue..." gumam Azzalia dengan wajah cemas nya. Dengan perlahan, Azzalia membuka pintu mobilnya.
"Ehm... Ma maaf kak." kata Azzalia dengan tertunduk, setelah sempurna keluar dari mobil brio berwarna hitam miliknya.
Awalnya, Laki-laki itu akan marah pada Azzalia, seperti sewajarnya kakak senior yang akan menghukum juniornya ketika melakukan sebuah kesalahan. Tetapi, saat melihat wajah gadis itu, Laki-laki itu berubah pikiran, dia langsung teringat dengan sosok gadis yang beberapa waktu lalu menolong adiknya saat adiknya hilang.
"Kamu tau ini dimana?" kata seorang laki-laki berparas manis, tetapi kalau lagi serius, wajahnya garang juga. Rambutnya tercukur rapi, cepak, rambutnya lurus tidak beruban, tentu saja, karena dia masih muda.
"Ehm...ta-tau kak." jawab Azzalia terbata dengan sekilas mendongak, menatap kedua orang berjas almamater berwarna biru tua itu.
"Kalau tau, kenapa kamu melajukan mobilmu dengan kecepatan diatas rata-rata? Hal itu akan membahayakan pejalan kaki, dan terutama nyawa kamu sendiri." sidang laki-laki itu lagi dengan tangan dilipat dan menyandarkan lengan kirinya di mobil Azzalia.
"Maaf kak, saya buru-buru." jawab Azzalia masih menunduk.
"Kamu peserta ospek?" tanya Laki-laki itu sambil mengamati pakaian Azzalia dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"I-iya kak." jawab Azzalia masih mode takut.
"Hm... baiklah. Seem, bawa mobil ini. Dan kamu, ikut saya." titah laki-laki itu kepada temannya yang sejak tadi hanya diam saja dengan wajah dinginnya, tetapi memang wajahnya lebih tampan dari laki-laki yang mengintrogasi Azzalia.
"Ha? Eh, ga bisa gitu dong kak. Jangan sita mobil saya dong. Please! Saya janji ga akan mengulanginya lagi." kata Azzalia sambil memohon, mengatupkan kedua telapak tangannya, karena dia mengira bahwa mobilnya akan disita, untuk dijadikan barang bukti akan kesalahannya.
"Seem, bawa mobilnya." kata laki-laki itu lagi sambil membukakan pintu mobil untuk rekannya bernama Seem.
Tanpa menjawab, laki-laki berwajah putih bersih bak opa-opa korea itu langsung menjalankan tugasnya.
Saat Seem masuk mobil, Dan laki-laki itu akan menutup mintunya, Laki-laki itu berbisik pada Seem.
"Parkir kan mobil ini, dan bawa barang-barangnya ke lokasi upacara ospek." kata Laki-laki itu.
Awalnya Seem terheran dengan ucapan sahabatnya, namun akhirnya Seem menurut juga.
"Apa maksudnya? Kenapa justru suruh markirin? Ah, males banget gue, emang gue tukang parkir?" gerutu Seem di dalam mobil.
Seem hanya mengacungkan jempolnya.
"Eh, kak. Tolong dong, pelase, jangan disita mobil saya. Barang-barang saya masih di dalam lho." pinta Azzalia memelas, namun tidak bisa karena mobil itu melaju meninggalkan Azzalia bersama seorang laki-laki berjas biru, yang jelas itu pasti salah saru panitia ospek.
"Ini, konsekuensi untuk mahasiswa yang melanggar aturan tata tertib lalu lintas kampus. Di gerbang masuk kampus sudah tertulis batas maksimal mengendarai kendaraan di area kampus." kata laki-laki itu.
"Maaf kak." lagi-lagi Azzalia memohon.
"Sudah, sekarang ikuti saya." kata laki-laki itu.
"Dia hanya mengamankan mobilmu saja." kata laki-laki itu saat mereka sudah berjalan menyusuri trotoar kampus.
"Sungguh?" tanya Azzalia tak percaya, tetapi tidak mendapat jawaban dari si lawan bicara.
"Saya mau dibawa kemana?" tanya Azzalia panik, karena dia sudah pasti terlambat untuk mengikuti kegiatan upacara pembukaan ospek.
"Sudahlah, ikuti saya saja." jawab laki-laki itu.
Azzalia hanya mengikut saja di belakang laki-laki berjas biru itu tanpa bertanya-tanya lagi. Azzalia hanya bisa pasrah dengan keadaan, karena dia mengakui dan menyadari bahwa dirinya memang salah, sehingga sudah sewajarnya jika dia mengalami hukuman.
💕💕💕
"Penuh lagi." gerutu Seem saat akan memarkirkan mobil brio itu di gedung fakultas Dakwah dan komunikasi.
Lalu Seem mencari parkiran yang lengang. Seorang panitia ospek yang bertugas merapikan kendaraan, mengarahkan Seem untuk parkir di gedung fakultas kedokteran. Seem pun menurut, dan benar saja, sesampainya di sana, tempat parkirnya cukup lengang. Seem kemudian memarkirkan mobil gadis itu di baseman paling ujung.
"Apa maksud Opik coba, kenapa gue harus markirin ni mobil, bawain barang-barang dia lagi." gerutu Seem sambil memunguti barang bawaan gadis itu.
"Lagian, harusnya tu cewek dapet hukuman, kenapa jadi dapet bantuan? Heran gue sama Opik, apa jangan-jangan tu orang suka lagi sama cewek itu?" gumam Seem sambil menutup pintu mobil gadis itu.
"Mobilnya aja mewah, pasti ni cewek anak orang kaya."
"Tapi... berantakan banget mobilnya. Hem...keliatan banget, kalau dia bukan cewek yang rajin bersih-bersih."
Seem berjalan dari parkiran menuju halaman fakultas dakwah dengan membawa barang-barang gadis yang tak dikenalnya. Banyak pasang mata berjas biru melihat sosok Seem membawa barang-barang itu.
"Seem, masih mau ospek ya?" kata seorang panitia yang bertugas jaga parkir.
Seem yang pembawaannya dingin, hanya terus berjalan tanpa menggubris perkataan rekan panitianya.
"Tuh kan, gue jadi bahan ejekan." gerutu Seem.
"Seem, nganterin barangnya cewek lo ya?" tanya panitia lain yang melihat cocard itu ada foto seorang gadis.
"Apa? Cewek?" Seem tersadar, lalu menoleh ke barang bawaannya, dan saat melihat foto itu, Seem menyembunyikan foto itu agar tidak terlihat bahwa dirinya membawakan barang milik seorang gadis.
"Menyebalkan sekali." gerutu Seem.
"Kalau bukan Opik yang nyuruh, males banget gue. Itupun karena Opik udah banyak berjasa atas hidup gue." gerutu Seem dalam hati.
Seem terus berjalan sampai di halaman, dan dia terus mencari sosok Opik yang bertanggungjawab untuk memberikan barang-barang itu pada si empunya barang. Serta menyerahkan kunci mobilnya.
Banyak pasang mata yang melihat Seem dengan keheranan. Karena kerepotannya membawa tas ransel, cocard, caping dan kamera analog yang selalu di kalung kan di lehernya. Hingga tiba pada sosok sahabatnya, Seem langsung menyerahkan semua barang itu kepada Opik.
"Nih, barang-barang cewek itu. Dan ini kunci mobilnya. Gue harus bermuka tembok melewati banyak orang karena barang-barangnya." omel Seem kepada Opik. Opik hanya menanggapi tersenyum.
"Thank's ya bro." kata Opik pada Seem.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Herry Murniasih
Jadi ingat nostalgia novel jodoh salah sambung yang tokoh utamanya Mutiara dan Dokter Dzen. Nilam itu adiknya Dosen Zio ya Thor.
2023-05-14
1