Setelah kedua keluarga setuju untuk mengambil jalan pernikahan. Kepala sekolah, Pandu dan orang tuanya pamit pulang.
Sementara Dewi masih harus menjalani operasi laser pada tulang ekornya yang retak. Untunglah dia berasal dari keluarga yang berada, jadi cidera tulang ekornya yang dideritanya bisa teratasi.
Sementara untuk syaraf mata, hanya menunggu keajaiban. Melakukan pendonoran mata pun tidak bisa karena yang rusak bukan jaringan pada korneanya melainkan syaraf mata.
"Kenapa Ayah dan Ibu maksa aku nikah! Ini bukan jalan yang benar Bu. Aku juga masih muda. Aku masih ingin berkarya," keluh Dewi
"Bagaimana kamu bisa berkarya Dew, kamu mau kerja apa? Ga ada yang bisa dilakukan dengan kondisi kamu yang sekarang," ucap Ayahnya Dewi yang langsung pesimis.
"Ya aku memang ga bisa melihat sekarang. Tapi aku bisa berusaha, ini bukan jalan satu-satunya yang terbaik. Pokoknya aku gak mau nikah, apalagi sama Pandu," ucap Dewi
"Hmm ibu capek Dew, masalah bisnis Ibu juga sedang tidak baik, ditambah masalah kamu sekarang. Udah lah, toh Pandu berjanji kan dia akan ngejaga kamu. Kamu juga bisa berkarya kok setelah menikah. Ibu tetap kasih kamu uang. Karena ngeliat Pandu yang gak punya apa-apa, masak ibu tega gak ngasih kamu uang,"
"Ya, masalahnya juga Ayah ga bisa nuntut dia harus bayar atau masukin penjara, kasian sama orang tuanya. Biarlah itu menjadi pelajaran buat Pandu, biar dia bertanggung jawab," ujar Sang Ayah
Akhirnya Dewi menerima keputusan itu dengan hati yang terpaksa, mau ngotot pun gak akan di hiraukan oleh orang tuanya.
"Habis ini, hidup gue bener-bener kiamat," pikir Dewi
Ia pun terdiam, matanya terbuka namun yang ia lihat hanya kegelapan. Ia merindukan warna-warni yang indah, terutama hijau. Warna daun yang menyegarkan matanya. Ia merindukan biru, warna laut yang menyejukkan hatinya. Ia merindukan Merah, warna tas favorit miliknya.
Tak berapa lama, Dewi di bawa ke ruang operasi. Dia memasuki lorong yang dingin menuju tempat operasi. Sendirian hening ditemani gelap.
Sementara Pandu yang baru saja sampai di rumahnya, kedatangan tamu yang tak di undang. Ketika Pandu membuka pintu rumahnya, Rahmat beserta pasukannya menyeret Pandu keluar dari rumah menuju jalan umum.
Rahmat mencengkeram kerah leher Pandu dan terus menyeretnya hingga gang kecil yang buntu dan sepi. Sedikit jauh dari rumah. Di samping kanan dan kiri Pandu, ada pasukan Rahmat yang ikut memegang kedua lengannya. Ada juga yang berjaga di belakang Pandu.
Pandu meronta tetapi pasukannya Rahmat banyak. Dengan penuh emosi Rahmat menarik kerah Pandu sekuat tenaga dan mendorongnya hingga tubuh Pandu terbentur ke dinding.
Bruuk
Jidat Pandu terbentur dinding yang belum selesai di Aci, masih berupa bata yang tidak rata. Pria itu berbalik dan bersandar di dinding karena posisinya sedang terkepung.
Rahmat bukan marah masalahnya saat di lapangan Basket namun kemarahannya semakin menjadi lantaran Pandu membuat Dewi Kunti menjadi buta.
Debuuug
Rahmat meninju wajah Pandu yang masih terlihat lebam.
"Ini buat Lu yang udah bikin Dewi cidera,"
Rahmat melayangkan tinjunya lagi di pipi kiri dengan tangan kirinya.
Debaaak
"Ini buat Lu yang udah bikin Dewi buta,"
Buugh
Rahmat meninju perut Pandu berkali-kali hingga darah keluar dari perutnya.
Pandu terdiam, dia malas mengeluarkan tenaganya untuk meninju Rahmat. Dia pun menyeka darah yang mengalir dari mulutnya seraya meringkuk jatuh di jalan.
"Lu banci ya! Beraninya isengin Cewek! Hah lu gak tau apa? Dewi tuh cewek Gue!" aku Rahmat
Pandu pun tertawa terbahak-bahak saat mendengar Dewi adalah kekasihnya Rahmat
"Hahaha, Lu cowoknya? Hahaa,"
"Kenapa Lu ketawa?"
"Karena bentar lagi gue bakal nikah sama cewek lu itu haha," ujar Pandu.
Rahmat kesal dia pun menendang Pandu yang tak berdaya meringkuk dijalan.
"Rahmat udah, ntar dia mati loh," ucap salah satu temannya memperingatkan.
"Biarin! Biar dia ke neraka! Gue gak bakal biarin Lu nikah sama Dewi," ucap Rahmat yang ingin menendang lagi.
Tetapi aksinya ketahuan warga sekitar yang sedang lewat.
"Hoy, kalian ngapain tuh!" ucap tetangga Pandu yang bernama Pak Dio
Rahmat dan empat temannya pun langsung lari meninggalkan Pandu yang terbaring di jalan berpaving. Pak Dio dan temannya mengantarkan Pandu dengan menuntunnya.
Rahmat pergi ke rumah sakit menjenguk Dewi, dan meminta konfirmasi apakah benar Pandu akan menikah dengan Dewi. Tetapi Dewi yang baru selesai di operasi, masih belum sadarkan diri.
Dia pun menemui orang tua Dewi dan dengan mantap berbincang dengan Pak Sam, Ayah Dewi.
"Pak, Bagaimana keadaan Dewi," tanya Rahmat yang postur tubuhnya lebih kecil dari pandu. Tetapi kulit Rahmat lebih putih pucat dibandingkan Pandu yang sedikit coklat.
"Dewi baik-baik saja, hanya butuh waktu untuk kesehatannya,"
"Hemm Pak, apakah benar Dewi akan menikah dengan Pandu?" tanya Rahmat
"Tahu dari mana kamu?" selidik Pak Sam
"Tahu dari Pandu pak. Pak...jangan nikahkan Dewi sama Pandu. Pandu itu gak bener orangnya. Dia suka berkelahi dan orangnya emosional. Kalau Pandu menikahi Dewi hanya karena tanggung jawab atas kesalahan yang dia perbuat. Saya juga bisa menikahi Dewi. Saya bisa membahagiakan dia," ucap Rahmat
"Memangnya kamu sudah benar? Kamu bisa membahagiakannya dengan cara apa?" tanya Pak Sam.
Dia sedikit tidak suka dengan Rahmat. Baginya membicarakan Pandu di belakang, sama saja tindakan yang tidak baik.
"Ya kalau saya pribadi tidak suka berkelahi. Ini karena Pandu meninju saya dan saya terpaksa membela diri. Saya yakin bisa membuat Dewi bahagia, dengan tulus mencintainya," ucap Rahmat
"Haha, lebih baik kamu pulang saja. Saya dan keluarga Pandu sudah berkomitmen. Ini masalah tanggung jawab yang tidak bisa di putar-putar seenaknya. Maaf saya harus pergi," ucap Pak Sam yang pergi meninggalkan Rahmat.
Di ruang perawatan itu Dewi terbaring sendirian. Ibu Dewi sedang membeli makan dan Ayahnya sudah pergi karena harus menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. Rahmat duduk disamping Dewi sambil menggenggam tangannya.
"Dewi....apapun kondisi kamu, aku siap menerima. Tapi jangan menikah dengan Pandu Dew, apa aku tidak bisa menggantikan posisi Pandu?" gumam Rahmat.
Seketika Dewi terbangun karena mendengar suara Rahmat, Matanya terbuka perlahan, dia tetap tak bisa melihat orang yang sedang memegang jemarinya.
"Siapa?" tanya Dewi melepaskan genggaman tangannya. Dia takut jika itu Pandu.
"Ini aku Rahmat,"
"Oh, aku kira siapa,"
"Dew, Kamu yakin mau nikah sama Pandu? Aku siap kok kalau aku yang nikahin kamu," tembak Rahmat
"Hah? Kamu mau nikah sama aku?" tanya Dewi
"Ya wajarkan kalau aku nikahin kamu, aku kan pacar kamu,"
"Sejak kapan kita pacaran?" tanya Dewi
"Masa kamu gak inget waktu itu kan aku bilang sama kamu, aku pengen lebih deket sama kamu, kamu jawab iya,"
"Ih, aku jawab iya kan aku kira kamu mau jadi sahabat aku, ya makannya aku iyain. Lagian gak jelas pertanyaan kamu. Untuk urusan nikah aku masih belum bisa nerima tapi ya apa boleh buat. Terpaksa," ucap Dewi
"Jadi enam bukan kita bersama itu gak ada artinya buat kamu?" ucap Rahmat
"Aku ga ada perasaan cinta ke kamu, aku hanya anggap kamu sahabat dekat aku, itu aja," jawab Dewi meluruskan.
"Hemm percuma dong selama ini aku berkorban buat kamu," Rahmat pun meninggalkan Dewi dengan perasaan dongkol.
"Eh, maksudnya gimana sih," ucap Dewi tetapi dia dapat merasakan jika Rahmat pergi dari ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hanachi
tadi katanya mencintai Dewi .. heleh. baru gitu aja langsung balik kanan.
2024-06-27
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
tipo ini ya, enam bukan 🤭
2023-11-17
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
keluar darah dari perut nya 🤔 maksudnya mulut kali ya thor
2023-11-17
0