Bel berbunyi
Tanda Ujian di jam pertama selesai. Guru pengawas mengambil lembar jawaban semua murid-murid, selesai atau tidak selesai lembar jawaban tersebut harus di kumpulkan.
Pandu cepat-cepat mengutip isi jawaban dari kertas contekan yang ia dapat dari Nesty. Saat pengawas berjalan menuju bangku Pandu, pria itu langsung meremas kertas contekan tersebut dan memakannya.
Tempat sembunyi yang terbaik menurut Pandu, Nesty yang melihatnya pun sampai mengerutkan dahi. Tapi mau seperti apapun Pandu, Nesty selalu mendambakannya. Kertas tersebut tidak benar-benar dimakan, hanya mengemutnya beberapa menit kemudian, ia keluarkan setelah keluar dari kelas.
Ujian selanjutnya akan diadakan satu jam kemudian, sehingga murid-murid harus keluar ruangan kelas dan masuk kembali jika saatnya tiba.
"Makasih ya contekannya," ucap Pandu pada Nesty mereka duduk di lantai depan kelas.
"Iya, sama-sama. Apa sih yang enggak buat kamu" ucap Nesty sembari menyilangkan jempol dan telunjuk, membentuk tanda hati yang artinya ungkapan cinta alias saranghae kalau dalam bahasa Korea.
Pandu beranjak ingin pergi meninggalkan Nesty, tetapi gadis itu memanggilnya.
"Eh Pandu, mau kemana? Masa cuma makasih doang sih?" Nesty mengambil lengan Pandu dan menggandengnya.
Pandu langsung bergidik, pria itu sangat menghindari yang namanya cinta. Dari dulu Nesty suka dengan Pandu, selalu memberikan hadiah dan sekaligus memberikan contekan jika pria itu tidak tahu jawabannya. Gadis itu lumayan pintar namun tidak lebih pintar dibanding Dewi.
"Bisa ga lepas dari lengan gue," ucap Pandu yang kesal dengan Nesty karena langsung menggelendot manja.
Nesty takut dia pun melepaskan tangan Pandu.
"Nanti gue traktir makan pulang sekolah, tapi kasih contekan lagi ya hehe," ucap Pandu
"Huh traktir doang, males ah,"
"Gak mau ya udah,"
Dewi Kunti melewati Pandu yang berdiri berduaan dengan Nesty, gadis itu berjalan menuju kantin.
"Heh Kuntilanak," panggil Pandu tetapi Dewi terus berjalan tak menghiraukan panggilannya
"Yee dipanggil ga denger, budek beneran baru nyahok lu," ucap Pandu kasar
Dewi berbalik kesal
"Apa! Pandu logistik. Gue denger tapi males ngeladenin elo," sahut Dewi
"Ngiklan teros, dibayar berape Lu? Nanti ujian Mat, lempar contekan kek. Kan Lu cerdas,"
"Oke nanti gue lempar, nih gue lempar pake kaki," Dewi pun menginjak kaki Pandu dengan kesal hingga pria itu berteriak kesakitan. Karena Dewi terlalu keras menghentakkan kakinya dan menekannya sekuat tenaga.
"Ahh anjirr," Pekik Pandu tetapi Dewi sudah lari duluan.
Nesty berdecak kesal, ada Nesty yang selalu bisa dia andalkan tetapi kenapa Pandu malah minta ke Dewi.
"Dasar cowok plin-plan," Nesty mendorong Pandu
"Apaan sih,"
"Pikir aja sendiri," Nesty berlalu pergi
"Emangnya gue paranormal,"
Pandu menghampiri teman-temannya yang duduk di bawah pohon sambil menyeruput Es.
Sreet
Dengan enaknya dia merampas plastik yang berisi Es teh milik Maulana, lalu menyedotnya dua - tiga kali. Kemudian ia kembalikan lagi minuman itu kepada Maulana
"Thanks,"
"Wah auto kena Virus nih gue," ujar Maulana merasa jijik
"Gak mau Lu? Sini gue abisin aja," pinta Pandu.
Maulana menyerahkannya dengan terpaksa. Mereka buka buku tetapi tidak membacanya dengan betul.
"Lu apain si Ketos. Dengar-dengar nih, si Ketos ma pasukannya mau ngelabrak Lu," ujar Ilham
"Kenapa gak sekarang aja? Atau tadi pas di lapangan basket,"
"Tadi pasukannya belom datang bro, gue gak mau ikut campur ya, soalnya gue takut ga di lulusin," sahut Andy Gibratal.
"Ah ga takut gue. Mau Kuntilanak, Gerandong, Genderuwo sekalipun gue bakal hadapin,"
"Paling kalo mereka nampakin diri ujung-ujungnya pipis di celana haha," sahut Maulana dan semua temannya tertawa.
Ujian kedua di hari itu dimulai lagi. Begitu melihat soalnya, Pandu tak asing dengan rumus-rumus tersebut. Pria itu teringat saat semalam, dia menemukan lembar soal ujian tahun lalu di meja tempat rental yang dia jaga. Mungkin milik penyewa sebelumnya yang tertinggal.
Lembar soal tersebut telah ada jawabannya. Pandu pun melihatnya satu per satu dari soal pertama hingga akhir. Dan sekarang lembar soal tersebut mirip sekali dengan lembar soal yang ada dihadapannya ini.
Pandu tidak meminta contekan dari Nesty atau teman lainnya. Dia pun berusaha sendiri untuk mengerjakannya. Dan akhirnya dia bisa dengan mudah menjawabnya.
Ujian kedua dihari itu, selesai saatnya Ujian ke tiga. Sebelumnya mereka harus menunggu satu jam lagi. Gunanya agar murid-murid diberi kesempatan untuk belajar.
Satu jam kemudian waktunya masuk ke kelas lagi. Ujian terakhir di hari itu adalah bahasa Inggris. Murid-murid sudah duduk menempati bangkunya masing-masing tentu saja sebelum guru pengawas datang mereka berbincang satu sama lain.
Guru pengawas datang dan seketika suasana hening. Bahasa Inggris, Pandu sangat menguasai bahasa itu. Dia terobsesi ingin kuliah di Inggris sehingga dia sangat fasih dengan bahasa asing tersebut.
Pandu mengerjakannya dalam waktu dua puluh menit. Setelah itu ia tidur.
Pletak.
Guru pengawas melempar Pandu dengan penghapus, tetapi mengenai meja sehingga Ia bangun dengan terkejut.
"Sudah selesai, kumpulkan," ujar pengawas
"I-iya sudah Bu," jawab Pandu.
Pandu beranjak berdiri dan mengumpulkan lembar soal dan jawaban ke depan sembari mengusap air yang menetes membasahi pipinya dengan lengan bajunya, tentu saja air itu berasal dari mulutnya.
Dewi Kunti juga menuju ke depan mengumpulkan jawabannya.
Terpikirkan kejahilan Pandu saat itu. Ia sengaja menunggu Dewi berbalik ke bangkunya dan duduk. Tetapi begitu Dewi ingin mendaratkan bokongnya ke bangkunya. Pandu menariknya ke belakang.
Iseng sekali tingkahnya
Dewi Kunti jatuh terduduk sangat keras. Pandu dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak. Karena ujian jarak meja satu dengan yang lainnya di beri jarak lebih besar dari sebelumnya sehingga ada space untuk menariknya kebelakang. Sehingga memunculkan ide iseng di otak Pandu.
Seketika Dewi kesakitan di bagian belakang duduknya. Pandangan Dewi pun buram dan kemudian menjadi gelap dan semakin gelap.
Dia sempat melihat teman-temannya tertawa terutama wajah Pandu yang tertawa senang melihatnya terjatuh, tapi semuanya berubah dalam sekejap.
"Aku gak bisa lihat," Dewi mulai panik
"Pandanganku gelap," seketika air matanya membendung dan takut
Gadis itu masih terduduk di lantai.
"Ahh boong Lu, tadi lu liatin kita-kita kan," sahut Pandu
"Beneran serius!! Gue gak bisa lihat!....," Dewi berteriak hingga semuanya yang tertawa berhenti.
Guru pengawas yang sedari tadi menyuruh mereka diam pun tak di gubris anak-anak tersebut. Akhirnya guru pengawas datang menghampiri asal kegaduhan
"Ada apa ini?"
"Bu, saya gak bisa lihat! Pandangan Saya gelap?" ucap Dewi sambil meneteskan air mata dan napasnya tersengal-sengal karena panik
"Apa maksudnya?" Tanya Ibu pengawas tersebut.
"Tadi pandu narik kursinya waktu Dewi mau duduk Bu," jelas Tika
"Astaga! Jangan-jangan Dewi jadi buta karena itu!" ucap Bu Guru pengawas
Pandu terkejut
"Ah gak mungkin," ucap Pandu
"Eh Kunti, Lu jangan ngada-ngada deh, Lu bisa liat kan?" Tanya Pandu lagi yang duduk berjongkok ke arah Dewi
"Gue ga bisa liat, Pandangan gue gelap. Gue gak boong," ucap Dewi sambil menangis, pandangan matanya melihat kearah lain, bukan ke arah wajah Pandu
Dan Konflik pun bermula disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
⧗⃟ᷢʷ𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊🦂🌻͜͡ᴀs
oh.. suaminya si Hera udah ada dimari ya sebelum di Barra😁😁😁
2024-08-02
0
Ling Kun menghilang
dih semoga gak lulus
/Facepalm/
2024-07-30
0
Hanachi
tulang ekornya cedera. /Sob/
2024-06-27
0