"Untuk mewujudkan balas dendam, aku memerlukan kekuatan," Revi berujar pelan.
Di Ashen World, kekuatan adalah segalanya. Orang miskin selama memiliki kekuatan bisa mendapatkan kekayaan yang banyak. Orang jelek selama mempunyai kekuatan bisa dikerubuti oleh gadis-gadis cantik. Mereka yang tersisih selama punya kekuatan yang pantas bisa memperoleh pamor dan popularitas. Kekuatan adalah alat yang sempurna untuk mewujudkan ambisi seseorang.
Di Ashen World, kekuatan seseorang utamanya dinilai melalui penguasaannya dalam Magic.
Magic, seperti namanya, adalah cara untuk memanfaatkan unsur penyusun dunia secara terbatas. Unsur penyusun itu disebut sebagai Mana. Mereka yang menggunakan Magic disebut sebagai Magician atau Mage. Namun, tidak semua orang bisa menjadi Mage. Hanya mereka yang berbakat dan beruntung yang bisa mencapainya.
"Di dalam novel dijelaskan kalau untuk menjadi Magician, seseorang harus merasakan Mana terlebih dahulu."
Revi duduk bersila sambil meletakkan tangannya di atas paha, kemudian memusatkan fokusnya pada lingkungan sekitar. Samar-samar, ia bisa merasakan ada semacam energi yang membungkus dirinya. Revi menghela napas lega. Ia sempat khawatir karena tak mengetahui apakah tubuh tersebut cocok sebagai Mage atau tidak. Seandainya tidak cocok, tentu semua rencananya ke depan akan hancur berantakan.
Setelah merasakan Mana, tahap selanjutnya adalah materialisasi. Mana menyusun seluruh hal yang ada di Ashen World seperti atom yang menyusun dunia asal Rafi. Hanya saja, ukuran Mana jauh lebih kecil, yakni setara dengan ukuran Planck. Dengan memanipulasi Mana, seseorang bisa mengatur hal-hal yang ada di dunia dengan mudah.
Revi mengangkat tangan kirinya sejajar kepala. Mana segera berkumpul di sana lalu menciptakan gelembung air seukuran bola baseball.
"Berhasil," Revi berujar senang, "Tapi ini masih belum cukup."
Revi kembali memusatkan pikirannya. Ukuran bola air bertambah besar hingga setara dengan bola basket. Revi kemudian mengumpulkan Mana di bagian belakang bola air kemudian mendorongnya. Bola air melesat dengan kecepatan yang cukup tinggi hingga menembus pohon tidak jauh dari dirinya.
"Tidak buruk. Seandainya aku memiliki kekuatan ini di dunia lamaku, tentu aku tidak akan mati dengan konyol," Revi menggeleng pelan, "Tidak ada gunanya menyesali hal yang sudah lalu. Aku harus segera meningkatkan kekuatanku. Menjadi seorang Mid-Level Mage seharusnya sudah cukup untuk menghadapi peristiwa yang akan terjadi di masa depan."
Mage atau Magician dibagi menjadi sepuluh tingkatan. Dari First-Tier sampai Tenth-Tier. Semakin tinggi tingkatannya, semakin tinggi pula kekuatannya. Penggolongan lainnya adalah dengan istilah Low, Mid, dan High. Selain Mage, Magic juga dibagi menjadi sepuluh tingkatan yang mengikuti tingkatan dari Magician. Seorang Mage di level tertentu hanya bisa menggunakan Magic di level yang sama atau level di bawahnya.
"Meskipun sudah bisa menggunakan sihir, bukan berarti aku bisa mencapai tingkat sepuluh. Jika tubuh ini tidak memiliki potensi, maka semuanya menjadi sia-sia," Revi berdiri dari duduknya, "Aku mesti berlatih keras!"
...----------------...
Hari berganti minggu, bulan berganti tahun. tiga musim dingin silih berganti. Di sebuah padang rumput berlarian belasan kijang. Tidak, mereka tidak berlari dari predator semacam singa atau macan, melainkan dari seorang manusia yang terbang di atas tanah.
Manusia itu tak lain dan tak bukan adalah Revi. Rambut biru dongkernya berkibar tertiup angin. Iris biru langitnya tak lepas dari seekor kijang yang menjadi sasarannya. Revi menciptakan tombak dari air lalu melesatkannya hingga menembus kepala sang kijang yang malang. Tubuhnya ambruk ditinggalkan oleh teman-teman sejenisnya.
Revi mendarat tak jauh dari tubuh binatang berkaki empat itu lalu segera mengulitinya, "Aku jadi teringat waktu pertama kali datang ke dunia ini. Kurasa itu sekitar tiga tahun yang lalu. Aku tersesat di hutan dan tidak punya makanan. Untungnya aku menemukan padang rumput ini setelah dua hari berjalan dengan perut kosong," Revi berkata pada dirinya sendiri, "Seandainya tidak ada dirimu, mungkin aku sudah tamat," sambungnya.
Setelah semua kulitnya dipisahkan, Revi mengambil daging paha kemudian membakarnya. Semuanya ia lakukan dengan cekatan, mengingat dia pernah menjalani pelatihan bertahan hidup di alam liar sewaktu menjadi tentara.
Setelah dagingnya matang, ia segera menggigitnya. Rasanya mirip dengan daging kijang di dunia sebelumnya. Hanya saja, terdapat sedikit rasa manis. Berkat hal itu, Revi tidak perlu repot-repot mencari bumbu.
Revi makan dengan lahap. Satu jam kemudian setengah badan kijang sudah masuk ke dalam perutnya. Daging yang tersisa ia keringkan supaya menjadi dendeng. Setelah berkemas, Revi meninggalkan tempat itu. Ia menuju sebuah gua yang dijadikan tempat tinggalnya selama dua tahun terakhir.
Namun, sesampainya di mulut gua. Ia mendapati sosok humanoid yang tampak mengamati rumahnya itu. Setelah dilihat lebih dekat, ternyata sosok tersebut adalah seorang manusia. Revi segera bersembunyi di balik sebatang pohon. Ia memperhatikan gerak-gerik orang tersebut tanpa berkedip.
Ini pertama kalinya ia bertemu dengan manusia setelah kedatangannya di Ashen World. Revi tidak tahu harus bagaimana menyapanya. Ia bahkan tidak tahu siapa orang tersebut. Dirinya tidak punya pilihan lain selain mengamatinya lebih lama lagi.
Manusia tersebut memiliki rambut panjang sepunggung warna putih. Ia mengenakan breastplate hitam berpola emas dan celana panjang dengan warna serupa. Di pinggang kirinya tergantung sebuah rapier.
"Seorang wanita ... Tunggu! Penampilan itu kan!"
"Mengintip seorang gadis itu tindakan yang tidak sopan, lho."
Seluruh tubuh Revi bergidik ngeri. Wanita yang sebelumnya terpisah seratus meter darinya kini sudah berada di balik punggungnya. Revi segera berbalik, ia tidak mau diserang tiba-tiba dari belakang. Namun, belum sempat menggerakkan tubuhnya, si wanita sudah menendangnya terlebih dahulu.
Tendangan itu ringan dan terkesan malas. Namun, kekuatannya luar biasa sampai-sampai Revi terpental puluhan meter. Revi segera mengendalikan dirinya. Ia berputar tiga kali di udara lalu berhasil mendarat. Nyeri mulai terasa di punggungnya.
"Apakah kau penghuni gua itu?"
Revi tidak menjawab pertanyaan dari si wanita. Ia hanya memberinya tatapan tajam. Ia tahu siapa yang ada di hadapannya dari pakaian yang dikenakan.
Navira The White Dancer, salah satu dari Ten Peaks yang merupakan sebutan bagi sepuluh orang terkuat di Benua Verlia. Sosok yang telah mencapai puncak dari para Mage, Tenth-Tier Magician.
"Seharusnya dia berada di Sazahn Temple untuk lima tahun ke depan. Apa yang dia lakukan di sini?" Ujar Revi dalam hati.
Revi menelan ludahnya. Saat ini, ia sangat, sangat tidak bisa melawan wanita di hadapannya. Bukan hanya karena dirinya lebih lemah, ia juga tidak mau kekuatannya diketahui oleh orang lain.
"Beraninya kau mengabaikanku ... "
Dengan satu tolakan, Navira melesat bagai peluru. Revi tidak punya pilihan lain, ia harus melawan atau dirinya akan terbunuh, kalau pun tidak, ia pasti akan terluka parah. Navira menghunuskan rapiernya. Ia melakukan tebasan horisontal pada dada Revi.
Untungnya, Revi masih sempat menghindar. Serangan Navira, meskipun cepat masih bisa terlihat olehnya. Revi membalas dengan menciptakan tombak air lalu melemparkannya.
Navira tidak mengelak. Dia mengayunkan rapiernya secara diagonal, akibatnya, tombak air terbelah menjadi dua. Revi tidak kehilangan akal, ia membuat puluhan bola air yang mengelilingi sang White Dancer.
"Rasakan ini!"
Bola-bola air berputar kencang kemudian bergerak menuju Navira dari segala arah. Ia tersenyum kecil. Navira menangkis dengan kecepatan tinggi. Gerakannya bahkan hampir tidak bisa dilihat oleh Revi.
"Tidak buruk, Nak."
Rapier milik Navira memancarkan api kemerahan.
"Kurasa aku akan sedikit serius."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Iyang Raiyah
up terus ya Thor
2023-05-13
0