"Larilah, Tuan Muda!"
Teriak seorang pria paruh baya kepada anak laki-laki di hadapannya. Pria itu mengenakan butler suit warna hitam ditambah dasi kupu-kupu di bawah lehernya. Rambutnya sudah beruban dan disisir rapi ke samping.
"Tidak! Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian, Hans!" Balas sang anak. Dengan mata biru langitnya, ia menatap khawatir wajah si butler.
"Tidak ada waktu lagi! Kumohon pergilah sekarang!" Hans memelas.
Anak laki-laki itu menggertakkan giginya. Ia berbalik lalu berlari sekencang mungkin. Hans tersenyum pahit sembari menatap punggung yang jaraknya kian menjauh.
"Maafkan saya ... dan tetaplah hidup, Tuan Muda Revi ..."
...----------------...
"Haah ... haah ... haah ..."
Napas yang tersengal dan derap langkah kaki adalah satu-satunya hal yang terdengar di hutan malam itu. Kegelapan seakan menyelimuti sang anak ke mana pun ia pergi. Revi berlari tunggang-langgang tanpa tahu arah tujuannya. Ia hanya mengikuti instingnya sebagai anak-anak.
Di kanan dan kirinya hanya ada pohon dan semak. Mereka seakan menjadi dinding yang mencegahnya untuk keluar dari hutan tersebut. Revi takut, sangat takut, tapi ia tidak bisa berhenti berlari. Adrenalin di otaknya menyingkirkan rasa takut itu, walaupun hanya sementara.
Swush!
Crash!
Tiba-tiba, entah datang dari mana, sebuah anak panah melesat lalu menancap di kakinya. Revi jatuh terguling. Ia berteriak kesakitan sembari melihat paha kanannya yang tertembus panah.
Siluet beberapa manusia muncul dari belakang semak. Mereka mengenakan penutup wajah, jadi ia tidak bisa mengetahui siapa mereka. Namun, ada satu orang yang wajahnya ia kenal betul.
Pria itu berjalan mendekat. Jubah hitamnya terseret di tanah. Ia tidak menutup wajah seperti orang-orang lainnya. Mata birunya menatap hina bocah yang tersungkur di hadapannya.
"Paman ... kenapa ..." Revi bergumam pelan. Nafasnya semakin berat. Wajahnya memucat karena darah yang terus mengalir dari lukanya.
Pria yang dipanggil paman menyeringai, "Kenapa? Kenapa!? Tentu saja karena aku ingin menjadi kepala keluarga Greville!" Ia tertawa lebar-lebar.
Mendengar perkataan pamannya, Revi menjadi teringat peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu.
Saat itu, ia masih bermain di taman mansion keluarga Greville dengan ibu dan adik perempuannya. Mereka semua tertawa riang. Suasana saat itu benar-benar damai nan tentram.
Namun, badai datang tanpa diundang. Mendadak, suasana mansion berubah kacau. Ratusan orang berpakaian hitam tiba-tiba masuk dan membunuh semua pelayan di mansion. Ibunya segera memerintahkan Hans dan seorang pelayan lain untuk membawa pergi Revi dan adiknya, Amy.
Dengan sigap, kedua abdi tersebut membawa keturunan utama keluarga Greville keluar dari mansion. Hans dan pelayan yang membawa Amy sepakat untuk berpisah agar tidak menarik perhatian musuh. Naasnya, Hans dan Revi sempat terkepung. Sang butler berhasil mengalahkan semua musuhnya, tapi ia juga terluka cukup parah. Karena itu, ia meminta agar Revi segera melarikan diri.
"Sejak awal, ayahmu itu benar-benar pria yang menjijikan. Kepala keluarga yang sebelumnya hanya memperhatikan Jonathan, sehingga ia seakan-akan memiliki segalanya! Kecerdasan, kekayaan yang melimpah, dijodohkan dengan istri yang cantik, bahkan kursi kepala keluarga, apa yang tidak ada di saku bajingan itu!?" Sang paman berteriak frustrasi, "Dari kecil aku selalu dihina karena tidak seberbakat Jonathan. Orang-orang juga mengejek wajahku karena tidak setampan Jonathan!"
Ia menginjak kaki kiri Revi kemudian menekannya hingga patah. Revi berteriak kencang, ia menangis sembari menahan rasa sakit. Sementara itu, orang-orang di sekitar sang Paman tidak berkedip saat melihat seorang bocah disiksa seperti itu. Mereka seperti telah kehilangan rasa empatinya.
"Tapi sekarang, sekarang semua hinaan itu sudah berakhir. Aku akan menjadi kepala keluarga Greville yang baru. Ya, Hendrick Greville akan membawa keluarga Greville menuju puncak kejayaannya!"
Hendrick menghunuskan pedang yang ada di pinggangnya. Ia menjambak kepala Revi lalu mengangkatnya setinggi dada.
"Hendrick ... aku ... AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU!" Revi berteriak dengan semua tenaga yang tersisa.
Hendrick menyeringai lalu menebas kepala Revi. Ia lalu pergi bersama para bawahannya, meninggalkan tubuh tanpa kepala itu dalam kegelapan malam.
...----------------...
"Sekarang aku ingat semuanya. Aku adalah Rafi yang bereinkarnasi ke dalam tubuhnya Revi Greville."
Revi bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor. Ia menyadari kalau semua luka-lukanya sudah sembuh. Jangankan luka, lecet pun tidak ditemukan pada tubuhnya. Tubuh Revi yang seharusnya terpisah antara badan dan kepala kini sudah tersambung kembali.
"Ini benar-benar di luar nalar. Aku ingat betul kalau Revi Greville adalah tokoh sampingan di novel Ashen World. Novel itu sungguh sangat laris pada masanya hingga terjual lebih dari satu miliar cetak. Saking serunya cerita di novel itu, aku sudah membacanya ratusan kali."
Revi kembali mengamati lingkungan sekitarnya. Dalam memorinya, seharusnya ia berada di hutan hijau dengan pepohonan yang rimbun. Namun, saat ini ia malah berada di hutan gersang yang berkabut tipis.
"Hanya saja, aku tidak mengerti, kenapa aku bisa berakhir di sini? Seharusnya aku mati saat tentara Eurasia sialan itu meledakkan dirinya sendiri. Apakah aku sengaja direinkarnasikan di sini? Atau semua itu hanya sebuah kebetulan belaka?"
Revi memutuskan untuk berjalan, melewati suasana hutan yang mengerikan. Tidak ada suara apa pun selain desir angin dan langkah kakinya. Namun, Revi yang isinya Rafi tidak bergeming. Ia sudah melewati banyak pertempuran yang telah membuat rekan-rekannya menderita PTSD. Berjalan sendirian di hutan bahkan tidak membuat bulu kuduknya berdiri.
"Kalau aku tidak salah ingat, Revi Greville ini adalah tokoh sampingan di Ashen World. Dia muncul hanya sekali, di chapter 56 saat sang tokoh utama, Ashen, mengunjungi wilayah Aradune yang dipimpin oleh keluarga Greville," Revi menghentikan monolognya karena ia menemukan kolam air. Ia bisa melihat bayangan dirinya sendiri karena malam itu bulan purnama memancarkan cahaya tanpa ada halangan.
"Rambut biru dongker dan mata biru langit. Ini persis seperti deskripsi lukisan raksasa yang terpajang di ruang utama mansion Greville. Saat itu, Ashen bertanya kepada kepala keluarga Greville siapa bocah laki-laki tersebut."
Revi menadah air dari kolam tersebut lalu mengusapkannya pada wajahnya. Ia tidak merasakan dingin yang menggigil, sebaliknya, ia merasa segar kembali. Padahal, jika diukur dengan termometer, air di hutan tersebut suhunya bisa mencapai 5 derajat celsius. Ini pulalah yang membuatnya aneh. Di hutan yang dinginnya seperti musim dingin di dunia asalnya, ia malah merasa nyaman-nyaman saja.
"Kepala keluarga Greville lalu menjawab, 'Namanya Revi. Dia adalah salah satu orang yang paling berharga bagiku. Orang yang selalu peduli padaku. Mendengar dirimu bertanya begitu, aku jadi teringat masa lalu. Aku benar-benar merindukannya.' begitulah kira-kira dialognya."
Revi menatap langit malam yang penuh dengan bintang-bintang, "Sayangnya, masa depan dunia ini tidaklah bagus. Kepala keluarga Greville pernah bilang kalau Revi mati sembilan tahun lalu dari garis waktu utama. Itu artinya, aku memiliki waktu sebanyak itu sebelum alur novel ini dimulai."
Revi mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Aku tidak mau mati untuk yang kedua kalinya. Karena itu, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk bertahan hidup. Aku juga akan mencari tahu mengapa diriku bisa direinkarnasi di dunia ini. Adapun untukmu, Revi Greville, aku, Rafi, bersumpah akan membalaskan dendamu!"
Revi kembali menatap sekitar.
"Tapi pertama-tama, aku harus keluar dari hutan aneh ini ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments