..."Berhentilah berharap, pesanmu saja diabaikan, apalagi perasaan."...
Semenjak kejadian kemarin, Sean benar-benar memperketat pengawasan kepada gadis kecilnya. Jika kemarin, ia dan Ryan telat sedikit saja, maka ia pastikan Nabila dan Gea sudah dalam keadaan tidak perawan.
"Sean, pulang sana. I'm okay, dan jangan berlebihan kayak gini."
Sifat seperti inilah yang Sean benci dari seorang Nabila. Gadis itu terlalu meremehkan semua masalah yang ada. Jari besar Sean kini mulai mengusap lembut surai rambut dari gadis kecilnya. Selain berperan sebagai seorang pacar, Sean juga berperan sebagai seorang Ayah. Gea mengatakan jika anak itu sering kali merindukan Ayahnya yang jauh di Amerika sana.
Gadis itu tidak bisa dibentak ataupun dipukul. Wajar saja, keluarganya sangat menyayangi gadis kecil ini. Tapi sayangnya, ia harus berkuliah dinegara bebas seperti Uzbekistan. Kekerasan sudah menjadi hal lumrah disini, maka dari itu Gea meminta Sean untuk terus menjaga sahabat baiknya itu.
Terlihat simple, tapi bisa membuat siapapun merasa iri dengan kehidupannya. Hal ini terjadi dalam kehidupan Gea. Ia terkadang merasa iri dengan kehidupan sahabatnya yang selalu berjalan mulus.Tapi sekali lagi ia katakan, Nabila adalah type orang yang ingin membagikan kebahagiaannya dengan orang lain. Seperti yang gadis itu lakukan saat ini, ia secara sukarela memberikan mainan miliknya untuk memenuhi inner child dari Gea.
"Just take it all, everything is not important, except you."
Kalimat sederhana yang sangat berarti bagi seorang Gea. Sekarang ia mengerti kenapa sahabatnya yang satu ini, selalu diberikan keceriaan dan kebahagiaan yang tiada batas. Menurut Gea, her best friend is really perfect.
Nabila ... Ia adalah alasan kenapa Gea ingin tetap hidup didunia, yang penuh dengan ancaman ini.
"Gea, promise me to always be happy. Whatever happens, the point is you have to be happy first, then me."
Gea tersenyum. Apalagi yang harus ia doakan untuk mendapatkan kebahagiaan? Now, she have Nabila, seorang gadis ceria yang selalu ingin membahagiakan orang-orang di sekitarnya. Look at Sean, mata dari pria itu menatap lembut kearah Nabila. Hanya orang bodoh yang ingin mencelakai gadis baik ini. Nabila Revalian Ketlovy, nama yang indah dengan disertai dengan senyuman dan hatinya yang indah. Apapun alasannya, gadis itu sempurna untuk orang-orang terdekatnya.
***
Ryan. Kini pria itu sedang sibuk memantau keadaan sekitar. Ia merasa direpotkan dalam hal seperti ini. Pasalnya, dirinya tidak tega untuk menembak seseorang. Sean Archie Fernandes adalah otak dibalik penyerangan ini. Bermodalkan wajah polos dan tampan, membuat Sean tidak dicurigai sebagai orang berbahaya di negara sebesar ini. Mata dari Ryan kini menangkap sosok orang berbaju hitam. Ia tersenyum, kali ini misinya sudah selesai.
Kakinya kini melangkah kearah supermarket. Ia membeli beberapa makanan, sebagai hadiah untuk menjenguk sahabat kekasihnya yang sedang sakit. Samar-samar ia mendengar perencanaan fatal, yang bisa membuat nyawa dari pria asing itu lenyap seketika.
"Be careful with the target that you plan to kill. Pawangnya galak, ngamuk dikit, keluarga lo jadi taruhannya." Ryan pergi dalam keadaan puas. Ini yang ia harapkan. Mengancam orang, lalu pergi begitu saja. Langkahnya kini menuju kearah tempat tinggal dari pacarnya. Ryan menekan bel, lalu munculah sosok gadis yang selama ini ia rindukan.
"Ryan, please hug me."
She's Gea. Gadis yang selama ini menjadi support sistem terbaiknya. Tapi sayangnya, Ryan tidak bisa membalas semua perlakuan baik itu, he's too busy. Merasa bersalah? Tentu.
Ia kini mulai memeluk Gea untuk menebus rasa bersalahnya. Tubuhnya mendadak kaku, saat melihat Sean, sahabatnya, yang sedang asik mendengarkan cerita dari seorang gadis cantik bernama Nabila. Ryan tersenyum, ini pertamakalinya ia melihat Sean yang bersikap lembut kepada seorang gadis, selain ibunya. Pretty awesome ....
"Sean, lo harus pulang. Nabila bakal aman sama Gea."
Tangan dari Sean kini mulai tertuju kearah Ryan. Pria itu memberi isyarat, jika Ryan harus diam. Yang diberi perintah kini menurut. Tidak ingin berada di situasi awkward seperti ini. Ia akhirnya memutuskan untuk membawa Gea kedalam kamar.
"Sean, kenapa Gea sama Ryan harus pacaran didalem kamar?"
"Mungkin mereka lagi ada masalah, terus mau selesain masalah itu secara baik-baik." Sean mengambil alibi yang pas. Tapi sepertinya ini belum berakhir.
"Kalo gitu ... ayok kita ngobrol didalem kamar juga, biar Gea sama Ryan gak bisa nguping."
Sean menolak. Bisa bahaya jika nanti ia khilaf. Hormon miliknya bisa dibilang sangat sensitif. Melihat Nabila yang berbaring seperti ini saja sudah membuat adiknya berdiri, apalagi jika masuk ke kandang yang sesungguhnya.
Pemikiran Sean sangat berbanding jauh dengan Nabila. Gadis itu merasa, jika Sean tidak nyaman berada didekatnya. Ia memutuskan untuk menjauhi Sean, yang membuat pria itu kini menatap aneh kearahnya.
"Kenapa ngejauh, sayang?"
"Jujur aja, I make you uncomfortable, right?
Tangan kanan Sean kini mulai memukul pelan kepala dari gadis kecilnya, ia juga mengecup, lalu membawa Nabila keatas pangkuannya. "Listen to me, I just don't want to do something out of my control. Jangan pernah mikir kaya gitu lagi, you're precious to me, and forever will be. You understand now, right?"
Nabila mengangguk. She was truly grateful to have Sean in her life. Dulu, ia selalu berpikir jika Gea adalah satu-satunya orang yang akan hadir didalam hidupnya. But it turned out she was wrong. Entah amalan apa yang Nabila sering ucapkan, sehingga diberi pria royal nan tampan seperti Sean.
Bruk ....
"Makanan dari Ryan. Habisin aja semuanya, sekalian nonton film biar tambah santai."
"Jangan semuanya, dong. Kasian Gea kalo gak kebagian apa-apa."
Ingin rasanya Sean menghajar gadis dihadapannya ini. Akan tetapi niat jahatnya itu ia urungkan, karena ia lebih membutuhkan kehadiran Nabila daripada kehadiran yang lain. That girl had made him into someone who was afraid of losing anything.
"I'm rich, babe. I could buy a supermarket or even a food production plant, if you want. So don't worry about something useless. Habiskan makananmu, dan jangan khawatirkan apapun lagi."
Yang diberitahu malah mengabaikan hal itu. Gadis itu malah berlari-lari kecil, hingga membuat kebisingan kecil diruangan itu. Merasa terganggu, Ryan dan Gea memutuskan keluar kamar, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kedua pasangan itu menggelengkan kepalanya, saat melihat Sean yang sibuk menghadang laju lari dari Nabila.
Sean berhasil menghentikannya, tapi kejadian ini malah membuat dirinya terdiam ditempat. Nabila, gadis itu jatuh tepat dipelukannya, sekilas memang tidak ada yang aneh dengan hal itu. Akan tetapi jika perhatikan baik-baik, tangan kiri dari gadis itu mendarat tepat di bagian benda 'pusaka' milik Sean. Bukannya diam, Nabila malah semakin menggerakkan tangannya, hal itulah yang membuat Sean mati-matian menahan suara mautnya.
"Ohh ... shi*!"
TBC...
Cowok, cowok apa yang sempurna? Yup betul, cowok gepeng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments