New Priority

..."I don't want to have you, because I don't want to lose you."...

Setelah melewati tangga utama yang ia sebut sebagai tangga kantor kematian, Sean kini terfokus kearah ruang istirahat milik Ayahnya. Tangan kanannya kini mulai mengetuk pintu itu. Menyadari tidak ada jawaban apapun, Sean dengan cepat mendobraknya. Dan wow, pemandangan yang indah kini terpampang nyata dihadapannya.

"Ahh ... Mas, tanggung."

Rahang Sean mengeras, apa-apa Ayahnya ini? Wanita yang baru saja bersetubuh dengan Ayahnya, kini dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Sean, pria itu tidak akan segan menyiksa siapapun yang berani mengkhianati kepercayaan Ibunya. Termasuk Ayahnya sendiri.

Seperti yang karyawan kantor lihat saat ini, kedua makhluk tidak berguna tadi sudah terkapar tidak berdaya. He's Sean, pria berbahaya yang bisa bertarung kapan saja, jika dia menginginkannya.

Selesai membuat Ayahnya babak belur, Sean pergi kearah tempat tinggal pacarnya. Pria itu dengan cepat masuk, tanpa mengucapkan kalimat permisi terlebih dahulu.

"Sayang ...."

Yang dipanggil kini mengalihkan pandangannya kearah Sean. Gadis itu membulatkan matanya tak percaya, untuk apa pria bar-bar nan tampan ini masuk kedalam rumahnya?

"Ngapain kesini? Mau cerita?"

Sean hanya diam. Tanpa ia sendiri sadari air mata yang sedari tadi ia tahan, kini sudah meluncur bebas. Pacarnya, yang akrab disapa sebagai Nabila, kini secara spontan berdiri dan memeluk pria tinggi itu.

"Capek banget, ya? Lain kali cerita, you have me and your friends as a story place. Kata-kata semangat mungkin udah gak ngaruh lagi buat kamu, but please, don't give up."

Sean mengangguk. Finally! Ia menemukan tempat ternyaman, yang akan ia jadikan sebagai rumah barunya. "Don't leave me no matter what. Aku butuh kamu, and will forever remain so." Tangan kanan dari Nabila kini mulai mengusap puncak kepala dari Sean, ia benar-benar menenangkan pria ganas itu.

Ting!

Gea sayang: Bil, gue izin gak pulang. Pacar gue sakit, lo hati-hati dirumah, kalo perlu chat Sean biar dia nemenin lo. Intinya jangan sendiri, gue khawatir!

Nabila menyunggingkan senyumannya. Sean yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi, ia dengan cepat menganalisa suasana hati dari gadisnya itu. "Kamu kenapa?" Tanyanya, yang dibalas gelengan kepala singkat oleh Nabila.

"Hari ini aku nginep, ya?"

"Anjing, kok? Eh ...."

Tangan ramah Sean memukul pelan kepala dari gadisnya itu. Matanya kini memicing, ia takut jika Nabila menyembunyikan hal yang tidak-tidak. Misalnya seperti menyimpan karakter fiksi didalam rumah? Maybe, who knows.

"Mulutnya kaya orang gak berpendidikan. Alesan aku nginep, karena aku tau Ryan mau ajak Gea buat nginep dirumahnya. I'm worry about you. So, aku mau nemenin kamu buat seneng-seneng malam ini."

Bibir cantik yang selama ini Sean perhatikan, kini membentuk senyuman manis. Definisi if you're happy, i'm happy too itu benar adanya. Seperti yang Sean alami saat ini, pria itu ikut memutarkan badannya secara tidak jelas, hingga ia dan Nabila tumbang ditempat.

"Sayang, anterin ke Gramedia, yuk?"

"Wait! What do you say?"

"Anterin ke Gramedia?"

"Nope, I mean the sentence before that."

Nabila termenung. Ia masih berpikir kalimat apa yang Sean maksud. Merasa tidak menemukan jawaban apapun, ia mendekatkan wajahnya untuk sekedar meminta clue.

"Mau aku cium?"

Matanya kini membulat secara sempurna. Ia menepuk pelan bagian dada dari Sean, untuk sekedar menyadarkannya. Yang diperlakukan seperti itu malah asik tertawa. Keduanya memutuskan untuk pergi kearah mall, karena permintaan dari Nabila.

"Please don't come near me yet."

"Uh, why?" Pernyataan yang sangat sensitif bagi sebagian laki-laki. Sean, kini ia harus berpikir keras untuk mencari jawaban.

"Malu ya jalan sama aku?"

Yang dituduh kini mulai merasa panik. Alasan ia berkata seperti itu karena jantungnya sering merasa tidak aman, ketika Nabila mulai mendekatinya. Merasa hubungannya dalam bahaya, ia dengan cepat menyusul langkah dari gadisnya itu.

"Sebagai permintaan maaf, kamu bebas ambil novel yang kamu suka."

Yang diperlakukan seperti itu, malah mendelik kesal. Gadis itu mulai merogoh saku celananya. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang, untuk dijadikan sebagai bukti, jika ia masih mampu membeli sebagian novel yang ada disini

Bukannya merasa tersaingi, Sean justru tersenyum kearah gadisnya itu. Tangan kanannya kini mulai mengusap puncak kepala dari Nabila secara pelan. "Take all the novels you want, and save your money carefully. Now you have me, jangan sungkan buat minta beliin ini itu, aku malah seneng kalo kamu mau ngabisin uang aku."

Imannya kini goyah. Dengan cepat ia pergi untuk menghindari Sean. Matanya berbinar saat melihat beberapa novel yang ia inginkan. Ia kini melihat kearah Sean, yang seakan memerintahkannya untuk mengambil semua novel itu. Nabila hanya menurut, tangannya kini sudah dipenuhi oleh 7 novel. Sean menatap kecewa hal itu. Tolong, ini terlalu sedikit.

"Sean, kamu harus hemat. Jangan mentang-mentang aku pacar kamu, jadi kamu bisa seroyal itu sama aku. You have a future to chase, jadi jangan buang-buang uang kamu buat hal gak guna kaya gini."

"Koreksi, you're my future wife, not my girlfriend. So, I don't mind if my money runs out because you want something to buy."

Nabila menyerah. Gadis itu memukul keras pundak dari Sean, sebagai area pelampiasan karena pria itu sudah berhasil membuatnya kesal.

Yang diperlakukan seperti itu malah asik tertawa, "kalo baper, ya baper aja. Sakit nih badan, kamu pukul-pukul," sinisnya, yang membuat Nabila kini mendelik kesal kearahnya.

Tidak mendapat feedback yang dia inginkan, Sean dengan cepat membayar semua novel itu. Ia membawa semua barang belanjaan, lalu meninggalkan Nabila yang sudah tertinggal jauh di belakang.

Sean menyimpan semua barang itu didalam bagasi mobil. Badannya kini ia sandarkan kearah mobil. Sembari menunggu Nabila yang tidak kunjung tiba, pria itu memilih untuk bermain game.

"Ah, setan. Lemah banget ni team. Kompak kek, anjing!"

Merasa kesal karena terus kalah dalam permainan, Sean berinisiatif menyusul pacarnya itu. Matanya kini menatap tajam kearah Nabila, yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.

"Bagus. Aku udah nunggu kamu, tapi kamu malah asik berduaan sama cowok asing ini."

Tidak ingin ada kesalahpahaman lebih lanjut, pria asing itu kini mencoba menjelaskan semuanya. "Mas-nya pacar dari anak kecil ini? Lain kali jangan ditinggal dong, Mas. Anaknya nangis karena gak tau arah. Saya kasih ice cream baru reda nangisnya."

Yang diberi penjelasan, kini menunduk. Sumpah demi apapun, kali ini ia benar-benar malu dengan situasi ini. "Sean, goblok!"

TBC...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!