Waktu demi waktu terus bergulir, hari ini hari kelulusan Arsyi di SMA. 3 tahun sudah ia belajar bisnis dan pertanian di handphone kini perjalannya akan dimulai kapalnya akan segera dilayarkan dan akan berdermaga suatu saat nanti saat sudah berhasil membanggakan ibunya.
Tak ada prosesi wisuda seperti di kota hanya ada tasyakuran yang diadakan pihak sekolah dan pihak desa dengan mengumpulkan seluruh warga dan melakukan makan siang bersama dilanjutkan malamnya akan ada pertunjukan tari yang dibawakan oleh adik-adik mereka, kelas 5 dan 6 SD.
Di galeri handphone Arsyi sudah banyak foto-fotonya bersama dengan sang ibu, ralat hanya foto ibunya yang memenuhi galeri handphone foto dirinya hanya 2 per sepuluhnya saja.
Acara demi acara sudah berlangsung, malam pun sudah semakin larut dan pentas pun sudah berakhir sedari tadi.
Besok Arsyi akan membuka kembali celengannya, jika uangnya nanti cukup ia berencana untuk membeli sawah tahunan. Dengan begitu ia bisa belajar di sawahnya sendiri dan akan menabung guna membeli sawah permanen kelak.
Semoga saja cukup, batin Arsyi terus saja berkata demikian.
___________
Pagi harinya Bu Rina tidak pergi ke sawah lantaran warga sibuk membereskan acara bekas semalam karena kemarin tak langsung dibersihkan mengingat hari juga sudah larut.
Sepagi Bu Rina dan Arsyi membantu disana dan pulangnya setiap perorangan mendapatkan buah tangan dari pak kades, tak lupa Arsyi juga mendapatkan hadiah lantaran menjadi siswa terbaik angkatan tahun ini.
Kenapa tak dibagikan kemarin? pasti seperti itu rata-rata pertanyaannya, jadi kalau dibagikan kemarin maka akan sangat ribut suasananya mengingat sangat ramai dengan persiapan dan lain-lain.
7.400 total uang yang berada dicelengan Arsyi ditambah dengan uang sisa tabungannya kemarin 2 juta. maka total uang yang ia punya sudah hampir 10 juta, jika ada waktu luang nanti maka ia akan bertanya ke pak Rozi dan ke pasar untuk mencari siapa yang akan mengambil hasil panennya nanti.
Sebelumnya ia juga akan menentukan tanaman apa yang akan ditanam nanti dengan menyesuaikan musim.
Malam hari Arsyi berada di kamar sedangkan Bu Rina ada di depan tv, Bu Rina tak ingin mengganggu fokus anaknya yang sedang menentukan masa depannya.
Didaam kamar Arsyi menghitung-hitung mulai dari harga bibit, pupuk dan lain-lain. Rencana sawahnya nanti akan ia kerjakan sendiri dengan sang ibu jadi tak perlu membayar jasa terlalu banyak, mungkin hanya membayar orang untuk mencangkul.
Lama mempertimbangkan akhirnya Arsyi memutuskan menanam cabai, karena hanya membutuhkan waktu 70-75 hari dan keuntungannya setelah ia perkirakan harga cabai akan melambung tinggi dibulan masa panennya nanti tak lupa juga cabai bisa berbuah tak hanya sekali.
Disamping itu, dipojok sawahnya akan ia tanam pisang yang nantinya bisa ia jual juga.
"masih banyak bune biar Arsyi bantu" ucap Arsyi keluar dari kamar
"ini masih, ayo kerjakan besok ikut ke sawah kan kamu?"
"iya bune, emm enaknya kapan ya bune Arsyi tanya ke pak Rozi tentang sawah?"
"selonggarnya beliau aja, jangan memburu-burui"
"kira-kira di izinkan nggak ya bune kalau kita cuma belinya tahunan"
"kemarin aja yang tanya-tanya sama pak Rozi, Bu Dikta tahu kan beliau juga mau beli tahunan dan sama pak Rozi juga di izinkan bahkan beliau nggak takut nggak ada lagi yang kerja sama beliau"
"semoga diizinkan ya bune, biar kita bisa memulai bisnis di sawah milik kita sendiri"
"aamiin, bune yakin kalau Arsyi mau bekerja keras pasti Allah mudahkan"
Tak terasa sudah pukul sebelas malam, Bu Rina dan Arsyi sudah mendapatkan satu lingkar besek, lusa mereka akan menjualnya lagi.
•
•
•
•
Pagi pagi sekali Bu Rina dan Arsyi sudah berada di dapur dan mulai memasak untuk sarapan mereka nanti.
Tak lupa Arsyi juga menyirami tanamannya dibelakang rumah, lebih tepatnya disamping dapur yang terdapat sayur-sayuran dan juga beberapa pohon cabai yang menjadi bahan eksperimen Arsyi.
Ditempat lain lebih tepatnya rumah Ikhsan, pagi ini tampak gaduh antara pak Mukhlis selaku bapak Ikhsan dan Bu Heni ibunya.
Lantaran banyak hutang mereka ke pak kades yang sudah jatuh tempo, dan harus dibayarkan paling lambat besok siang. Sedari pagi pak Mukhlis sudah meraung-raung tak jelas sampai beberapa warga berkumpul di halaman mereka untuk menyaksikan apa yang terjadi.
Bukan tanpa alasan pak Mukhlis meraung-raung selain karena hutangnya sudah jatuh tempo maka ia harus siap kehilangan sertifikat tanah dan sawah yang sampai saat ini ia hanya berencana untuk membangunnya tapi tak pernah kesampaian.
Tak lama datang pak kades yang sempat dipanggil salah satu warga yang memang sudah ketakukan dengan aksi pak Mukhlis.
"berhenti pak apa-apaan ini pagi-pagi membuat gaduh desa saja, tak bisakah bapak jangan sampai meraung-raung" teriak pak kades
"atau karena hutang ke pak kades sampai bapak meraung-raung, makanya pak jangan sok-sokan hutang kalau nggak bisa bayar" celetuk salah satu warga
"heh kamu yang ngomong gitu, ada masalah apa hah yang hutang saya kenapa situ yang repot emangnya saya minta uang ke situ buat bayar" hardik pak Mukhlis
"nggak sadar apa ya dari pagi marah-marah aja udah ganggu kita" bisik salah satu ibu-ibu ke ibu-ibu lainnya
"iya emang deh satu keluarga nggak ada yang bener, bahkan satu desa ini cuma keluarga ini yang nggak normal"
"tau tuh orang tujuan hidupnya cuma buat ngurusin kehidupan orang lan, apalagi istrinya manjanya minta ampunn"
"sudah-sudah Bu pak bubar semua" himbau pak kades
Setelah semua warga bubar baru pak kades mulai membuka suara, mengingatkan tentang hutang pak Mukhlis.
"Jangan lupa nanti siang saya kesini lagi sudah harus siap uangnya, masak bisa foya-foya bayar hutang nggak bisa" tanpa menunggu jawaban pak kades langsung pergi.
FYI kalau Bu Heni itu tidak pernah pergi ke sawah, dia hanya dirumah leha-leha layaknya istri seorang pejabat, sedangkan ikhsan kerjaannya hanya ke pasar untuk bermain-main dengan wanita yang datang dari kota dengan berlagak sombong.
Dan hanya pak Mukhlis yang pergi ke sawah, itupun kalau mau kalau tidak mjngkin beliau akan pergi ke warung kopi dan warnet tak jauh dari pasar.
Lantas siapa yang bekerja jika yang disombongkan hanyalah uang hasil hutang-hutangan.
"Udah kita jual aja sih pak tuh sertifikat dua, atau kita jual ke si Rina dengan harga tinggi biar kapok tuh orang kalau mau sertifikat ini"
"ya tapi nanti kalau mereka bisa bayar gimana buk" jelas Ikhsan
"kamu bodoh apa gimana sih, mereka aja lebih miskin dari kita ya yang pasti nggak mampu kalaupun mampu ya biarin aja toh itu juga milik mereka" kini giliran pak Mukhlis yang bicara
"kan gitu enak sekalian kita manfaatin tuh dua orang nggak berguna biar berguna sedikit, kerjaannya cuma bikin besek aja belagu banget"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
bunda alfan
salut banget sama semangatnya kamu
2023-06-16
0
bunda alfan
nggak papa masih beruntung aq saja tidak sempat memotret ayahku😔
2023-06-16
0