"Assalamualaikum bune Arsyi pulang" salam Arsyi dari luar
"waalaikumussalam Ar ganti baju dulu bebersih sholat habis itu makan, ibu ada kejutan"
Usai mengerjakan ap yang menjadi kewajibannya menghadap Rabb-nya kini Arsyi duduk didepan tv menunggu ibunya mengambil makan, tadi sempat akan Arsyi bantu tapi ditolak oleh ibunya.
"Dah sini makan dulu, maafin bune ya lama nggak masak kaya gini" ucap Bu Rina saat meletakkan makanannya dan juga milik Arsyi
"nggak papa, selagi itu masakan bune udah enaaak banget makasih bune"
Mereka makan dengan sedikit canda tawa yang menghiasi, makanan yang sederhana belum tentu hilang kenikmatannya karena selagi kita bisa mensyukuri nikmat dari yang maha kuasa maka kita akan merasa cukup dan tidak mengeluh..
_________
Setelah makan tadi Arsyi bertugas mencuci piring setelah itu membantu ibunya menganyam bambu dan akan di jadikan besek nanti malam atau hari esok.
Dari pukul setengah dua hingga pukul empat sore mereka sudah mengahasilkan banyak anyaman, ya memang tangan Bu Rina sudah terlatih jadi sudah sangat cepat.
"udah sore Ar sana mandi dulu biar bune bereskan"
"biar Ar
"shutt nurut sama bune sana mandi"
Sore hari setelah Bu Rina dan Arsyi pulang dari rumah mas Rokhim untuk menanyakan Hp dan saat ini Bu Rina sedang merebus air untuk mengukus ketela tiba-tiba ada yang mengetuk rumahnya, Siapa yang bertamu padahal hujan akan turun lagi, batin Bu Rina.
"Assalamualaikum Mba, gimana kabarnya"
"waalaikumussalam ngapain lagi kesini, mba udah capek kalau kamu datang cuma mau menjelekkan mba dan Arsyi silahkan pulang" jawab Bu Rina terkesan mengusir
Yang datang tadi ialah adik sepupu dari Bu Rina atau anak dari adiknya ibu Bu Rina, sudah sering kali dia datang hanya bermaksud menghina dan memojokkan Bu Rina padahal jika dilihat kehidupannya dan bu Rina tak jauh berbeda namun dia bermodalkan sertifikat sawah dan kebun yang seharusnya jatuh ketangan Bu Rina.
Dulu sebelum kakek dan neneknya Arsyj meninggal beliau meninggalkan warisan yang pastinya jatuh kepada Bu Rina karena Bu Rina anak tunggal, tapi kecemburuan saudara dari kakek Arsyi yang pada saat itu tak bisa sehebat kakaknya akhirnya setelah meninggalnya kakek arsyi mereka mengambil sertifikat itu dan terus menghina Bu Rina.
Bu Rina tak terlalu mempermasalahkannya itu, pikirnya toh hanya sertifikat tanah dan sawah selagi ia masih bisa bekerja memenuhi kebutuhan hidup dia dan Arsyi maka ia tidak akan mengemis untuk sertifikat itu jatuh ketangan ya.
"Jangan berburuk sangka seperti itu mba, saya kesini mau niat baik kok ngga akan lagi seperti itu" jelas ikhsan
"terus kamu mau apa, bertahun-tahun kamu kesini hanya itu tujuan kamu"
"duduk dulu mba, masa ada tamu dibiarkan hanya berdiri"
"mau kamu apa sih San, udah sore mau hujan kalau nggak penting pulang aja mba juga capek mau istirahat" keluh Bu Rina seraya memijat pelipisnya
Sementara didalam Arsyi terus mendengar percakapan Bu Rina dan ikhsan.
"saya lagi butuh uang mba, boleh saya minta nggak banyak cuma 1 juta"
"apa 1 juta nggak banyak? mba bahkan kerja sendiri sedangkan orang tuamu dan kakak-kakakmu kerja semua kenapa nggak minta mereka mbak ngga punya uang sebanyak itu" jelas Bu Rina tak habis fikir, tadi dia datang dan bilang berniat baik sekarang bisa lihat kan niat baik macam apa ini.
"mba nyolot banget, sudah saya bilang itu sedikit kan?bagi saya itu hanya secuil kuku, bilang aja kalau mba ngga mau kasih gitu aja pake berbelit-belit susah emang hutang sama orang MISKIN udah nggak punya apa-apa perhitungan lagi" kata miskin yang diucapkan ikhsan tadi seperti hinaan yang diberikannya kepada Bu Rina
"UPS hidup aja susah apalagi kasih hutang, ya walaupun ke sepupu sendiri tapi kan nggak punya uang kasihan ya padahal pagi sampai pagi lagi kerja begitu terus setiap hari tapi nggak pernah dapat uang, aku sebenarnya kasihan sama kamu mba lihat anakmu dan kamu kurus kering gitu kayak orang-orangan sawa hahaha"
"yaudah aku pulang dulu, rumahmu jelek nanti kalau hujan bisa roboh ini" tambahnya semakin nyinyir
Bu Rina hanya diam saja, tak ada niatan dirinya untuk membalas perkataan itu semua baginya itu adalah angin lalu saja tak lebih dari itu.
Melihat ikhsan pergi dan mulai menjauh beliau masuk kedalam dan mendapati Arsyi yang menempelkan kepalanya ke tembok. Melihat itu beliau tersenyum dan tidak langsung menegur Arsyi, setelah didiamkan cukup lama akhirnya Bu Rina angkat suara
"ngapain Ar disitu?"
"eh bune, lagi dengerin bune hihihi"
"kamu itu, ayo ke dapur sebentar katanya pengen dibuatkan ketela gula"
"ayo bune"
•
•
•
•
Malam hari mas Rokhim datang ke rumah membawakan pesanan handphone Arsyi, bukan handphone bekas tapi handphone baru tapi harganya masih relatif murah.
Handphone 1 jutaan dengan ram 4 dan layar penuh, jadi itu saja sudah lebih dari cukup untuk Arsyi. Sebenarnya teman-temannya sudah memiliki handphone tapi bekas dengan harga 2 sampai 3 jutaan.
"Duduk dulu mas" ucap Arsyi mempersilakan
"nggak usah Ar, ini handphone nya mas tak langsung pulang udah gerimis" tolak Mas Rokhim
"kok buru-buru toh khim nggak istirahat dulu?" sapa Bu Rina yang baru saja datang dari dalam
"nggak usah budhe, ya sudah ini Ar sudah bisa kan?" tanya mas Rokhim
"sudah mas, nanti kalau ada kesulitan tak kesana"
"oh iya Ar ini kartu nya, ini nomor mas kalau ada apa-apa telpon aja di kartu ini sudah ada kuota nya"
"iya mas terimakasih"
"yasudah saya pulang dulu assalamualaikum"
"waalaikumussalam"
Arsyi dan Bu Rina sedang duduk di depan tv dengan Arsyi yang mulai membuka handphone baru miliknya.
Sedangkan Bu Rani memperhatikan Arsyi seraya tersenyum tulus.
"Wahh bagus ya bune, Arsyi suka" ucap Arsyi dengan menunjukan handphonenya
"iya Ar, coba dipasang dulu kartunya tadi bisa kan?"
"bisa bune" Mata Arsyi terfokus pada lubang kecil untuk membuka tempat kartu dengan menggunakan jarum yang tadi sudah sepaket.
Tak lama handphone nya memulai ulang, Arsyi yang memang sudah tahu tak panik ia hanya diam dengan membolak-balikan handphonenya.
Hingga kurang dari lima menit handphone mulai hidup dan sudah bisa digunakan hanya tinggal menyimpan beberapa nomor ponsel yang mungkin ia butuhkan.
Karena di desa ini signal tidak terlalu bagus dan mungkin belum terlalu memadai mengingat desa ini desa pelosok.
Hari beranjak malam, hawa dingin mulai menyeruak ditemani dengan suara serangga yang berasal dari kebun-kebun atau bahkan sawah, juga suara bambu yang terhempas oleh angin membuat malam seakan mencekam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
bunda alfan
bukan tentang mahal atau murah tapi pemberian dari orang spesial juga akan menjadi spresial
2023-06-16
0
Yeniyenul
huehhh situ atuh yang nyolong, gimana sihh
2023-05-17
2
Yeniyenul
iri dengqi😆
2023-05-17
0