Malam hari tepatnya setelah isya Arsyi mulai belajar materi besok bersama ibunya yang menganyam besek. Duduk lesehan di depan tv jadul tak membuat kebahagiaan mereka surut.
"bune Arsyi kan punya celengan dua udah penuh semua, boleh nggak kalau Arsyi mau buka?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Arsyi
"kamu ada pengen sesuatu nak?" bukannya menjawab Bu Rina malah bertanya balik kepada Arsyi karena biasanya jika menginginkan sesuatu Arsyi tak pernah langsung meminta.
"pendaftaran masuk SMA kan sudah dibuka bune dan Alhamdulillah kata pak guru Arsyi dapat beasiswa selama di SMA tanpa dapat biaya sepeser pun, kalau misalkan Arsyi pengen beli handphone boleh nggak bune, bukan untuk kepentingan pribadi nantinya Arsyi pengen belajar bisnis lewat handphone itu bune" ucap Arsyi
"Tapi seadanya uangmu ya Ar, bukannya bune nggak mau nambahi tapi bune juga nabung kalau sewaktu-waktu ada keperluan mendadak kita nggak perlu merepotkan orang lain, Arsyi mau kan beli handphone nya seadanya uang Arsyi dulu" terang Bu Rina
"iya bune Arsyi mau, yang penting bisa untuk belajar jadi Arsyi nggak harus kuliah dan ninggalin bune sendiri nanti"
"nak-" nafas Bu Rina tercekat begitu mulianya hati anaknya sungguh ia memikirkan masa depannya dengan sangat baik.
Bu Rina memeluk Arsyi menumpahkan rasa haru yang ia rasakan, rasa bangga yang begitu besar dan rasa cinta yang tak terungkapkan.
Sedikit information kalau SMA disini sudah negeri ya hanya SMA, untuk pendidikan dibawahnya masih swasta. Dan Arsyi termasuk ke dalam golongan murid pandai dan kecintaan guru karena terkenal akan kepandaiannya.
Sekitar pukul setengah 9 malam Arsyi mengunci pintu rumahnya lalu pergi ke kamar bersama ibunya untuk membuka celengannya, Ia menabung sekitar 2,5 tahun lamanya dan menghasilkan 2 celengan itu.
Selembar demi selembar uang mulai terhitung, entah sudah berapa banyak jepitan uang yang sudah mereka jepit karet.
Menabung 2,5 tahun bukan waktu yang singkat, ini semua akan menjadi bagian kisah yang bisa diceritakan Arsyi kepada anaknya kelak seberapa besar perjuangan ibu dan neneknya.
Hingga tak terasa telah usai mereka menghitung uang, jumlahnya sangat melebihi ekspektasi Arsyi. 3,2 juta bukan uang yang sedikit menurut Arsyi hingga rasa bangga tumbuh dihati kecilnya.
Ada rasa kepuasan tersendiri bagi Arsyi karena bisa menabung dan memanen hasilnya dalam jumlah yang terbilang besar.
"Besok sore kita tanya ke tempatnya mas Rokhim berapa harga handphone, nggak papa kan kalau beli seadanya dulu bukannya bune nggak mau nambahi cuman bune mau kita punya tabungan bukan hanya kamu tapi bune juga, bune nabung supaya kalau kita butuh uang tidak perlu merepotkan orang lain"
"nggak papa bune, uangnya dibawa bune aja Arsyi takut hilang kalau bawa uang banyak"
"yaudah ayo tidur sudah malam besok kamu sekolah terus ujian juga"
Kini mereka tengah berbaring di kasur tak ada ranjang di rumah mereka, bukan tak ingin membeli bagi mereka begini saja sudah cukup nyaman.
"Bune doain Arsyi ya biar bisa nabung lagi yang banyak nanti kita rombak sedikit demi sedikit rumah kita dan doain juga biar Arsyi jadi orang sukses, nanti Arsyi rombak rumah ini biar jadi yang lebih baik dan nyaman untuk ditinggali, terus bisa beliin bune sawah biar bune nggak capek lagi harus ke sawah tiap hari" mendengar penuturan Arsyi ada rasa sesak Bu Rina, begitu mulia cita-cita sang anak
"Arsyi kasihan sama bune, udah capek seharian disawah malemnya masih bikin besek" lirih Arsyi dengan air mata yang mengalir
"hey kan bune sayang Arsyi, cuma Arsyi harta bune paling berharga jadi bune lakuin semua yang terbaik buat Arsyi"
"Allah sayang banget ya bune sama bapak, sampai Allah ambil bapak sebelum bapak lihat Lala kecil tumbuh dewasa"
"Bapak lihat Lala kecil kesayangan bapak ini dari atas sana, bapak lihat kalau Lala kecil pintar dan rajin ini dan bapak pasti bangga banget sama Lala kecilnya ini"
•
•
•
•
Pagi mulai menyapa, tak seperti hari biasanya pagi ini desa Arsyi diguyur hujan meski sudah tak selebar tadi pagi namun masih menyisakan rintik air yang lebih deras dari gerimis.
Bu Rina memutuskan untuk tidak pergi ke sawah karena himbauan pak Rozi selaku pemilik sawah, ia akan mengantarkan putri semata wayangnya pergi ke sekolah.
"Ar sudah hampir setengah tujuh, ayo bune antar saja"
"nggak papa bune Arsyi berangkat sendiri saja"
"kamu ini, nanti berangkat kamu pakai rok biasa dan sandal sampai sana kamu ganti biar bune bawa pulang, kalau langsung pakai seragam nanti basah"
"yasudah ayo bune"
Dua wanita beda usia itu terus menyusuri jalan dan tak lama bertemu dengan kinanti yang berangkat seorang diri dengan seragam lengkap dengan sepatu namun bisa dilihat roknya basah dan kotor.
"Ti, rok mu basah kotor lagi nggak mau ganti dulu nanti kalau basahan terus sakit lho" tegur Bu Rina
"nggak papa budhe udah deket juga dari sekolahan"
"yasudah hati-hati"
Arsyi menyerahkan tas plastik berisi rok yang ia pakai berangkat ke sekolah tadi dan tas plastik satunya berisi sandal.
"bune pulang dulu, belajar yang rajin ya semangat anak bune ujiannya"
"makasih bune, Arsyi masuk dulu assalamualaikum"
"waalaikumussalam"
Setelah melihat Arsyi tak lagi nampak Bu Rina lanjut menuju tempat jualan sayur, berhubung tadi pak Rozi juga memberikan uang bonus kepadanya ia akan membelikan ayam untuk putrinya.
Sudah lama ia dan Arsyi tak makan ayam, meski begitu Arsyi tak pernah meminta ataupun mengeluh macam-macam kepada Bu Rina.
Ditempat tukang sayur tak seramai biasanya dan masih banyak pula sayuran yang masih segar segar, Bu Rina membeli sayur yang bisa ia awetkan di dalam lemari es yang dulu pernah ia beli walaupun bekas masih bagus karena selalu beliau rawat.
"beli apa Bu Rina" sapa Bu sus
"ini Bu cari lauk buat anak" jawab Bu Rina ramah
"pagi-pagi kok udah hujan ya bu, mau ke sawah juga wawang kalau kaya gini"
"hehe iya bu"
"ini pak totalnya berapa" tanya Bu Rina menunjukkan satu ikat kangkung, kacang panjang, satu kilo ayam, buncis, kol, sawi sendok, tempe dan daun bawang.
"38 ribu aja bu" ucap si penjual
"ini pak, terimakasih" sahut Bu Rina memberikan uang pas kepada penjual
"mari Bu sus saya duluan"
"oh iya Bu rina"
Disepanjang perjalanan tak luntur senyum di wajah Bu Rina, tak bisa ia bayangkan bagaimana ekspresi Arsyi nanti jika melihat lauk apa yang dimasak ibunya.
Rencana seperempat ayam akan Bu Rina masak bumbu kecap dan tempe goreng.
"Alhamdulillah ya Allah engkau menitipkan rezeki ini kepada hamba sehingga bisa menyenangkan hati putri hamba, terimakasih ya allah"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
bunda alfan
terharu jadi inget dulu perjuangan aq beli hp baru
2023-06-16
0
Yeniyenul
next kak
2023-05-17
0
Yeniyenul
semngattt acii
2023-05-17
1