"Ok makasih, sekarang lo boleh balik." ujar Elina yang merasa puas telah mendapatkan apa yang dirinya inginkan.
Namun kenyataannya, Morgan tak segera meninggalkan tempat itu setelah Elina memintanya. Justru lelaki itu tampak salah fokus dengan satu titik yang tampak menarik perhatiannya.
Ada darah yang tampak mulai mengering di lengan sebelah kiri Elina, dan Morgan tak bisa membiarkan begitu saja.
"Lo udah tau alamat rumah gue, gue juga perlu tahu rumah lo. Gue anterin lo sekarang." ujar Morgan tampak tak ingin dibantah oleh gadis itu.
Hingga Elina yang memang tak berniat menolak segera ikut naik ke atas kendaraan lelaki itu. Elina merasa bahagia, akhirnya masih bisa berduaan dengan Morgan.
Elina yang merasa canggung, meminta izin pada lelaki itu untuk menjadikan jaket yang tengah lelaki itu pakai sebagai pegangan. Karena jika berpegangan dengan cara memeluk lelaki itu, itu bukanlah ide yang bagus. Karena selain merasa canggung dan malu, Elina juga tak ingin lancang.
Bisa saja Morgan memiliki seorang kekasih atau pacar. Mengapa sejak tadi dirinya tak ada terbesit pikiran seperti itu. Elina menjadi muram memikirkan hal itu bagaimana jika benar adanya. Elina pasti akan merasa patah hati.
Saking merasa terhanyut dalam pikirannya yang tiba-tiba membuatnya menjadi tak bersemangat seperti awal-awal tadi. Elina tak menyadari bahwa Morgan membawanya bukan ke arah rumahnya, melainkan sebuah rumah sakit.
Hingga akhirnya Elina tersadar, saat Morgan memberhentikan kendaraannya dan meminta Elina untuk segera turun.
"Ngapain kita kesini?" tanya Elina tak paham dengan situasi yang terjadi.
"Luka lo harus segera diobati." Ujar Morgan dan menarik gadis itu untuk masuk ke dalam rumah sakit.
Elina masih tak paham dengan ucapan Morgan, Elina merasa tak memiliki luka apapun.
Hingga Morgan yang memahami rasa bingung gadis itu memperlihatkan lengan berdarah gadis itu. Bahkan Elina tak menyadari memiliki luka itu.
Astaga .. perhatian sekali Morgan. Elina dibuat semakin berbunga-bunga dengan keperdulian lelaki itu terhadapnya. Akhirnya mereka segera mendatangi tempat di mana Elina bisa segera mendapatkan pertolongan atas lukanya.
Setelah beberapa menit, Elina telah selesai ditangani. Dan mereka segera meninggalkan rumah sakit itu.
"Makasih udah peduli sama gue, bahkan gue aja gak sadar ada luka di tangan gue." Ujar Elina saat mereka kembali melanjutkan perjalanan lagi. Dan dijawab deheman oleh lelaki itu.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, akhirnya mereka sampai di rumah Elina. Elina segera turun dan mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuan dan pertolongan, juga kepedulian Morgan padanya.
"Lo gak mampir dulu, istirahat atau minum gitu." Tawar Elina, dirinya merasa begitu telah merepotkan Morgan beberapa jam ini.
"Lain kali gue mampir, gue balik." Ujarnya yang kemudian melajukan motornya meninggalkan kediaman Elina.
Elina melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya dengan terus tersenyum-senyum sendiri. Harinya terasa bahagia setelah bertemu dengan seorang pangeran dalam kisahnya. Hingga dirinya baru menyadari satu hal, Elina telah meninggalkan mobilnya di tempat kejadian tadi.
"Oh my god!" ujarnya frustasi. Pasti dirinya akan kenal omelan ibu negara lagi jika begini. Kebiasaan Elina sejak dulu yang sulit sekali dihilangkan, adalah sering meninggalkan mobilnya disebabkan otaknya yang suka lupa jika menyangkut kendaraan.
Setelah kejadian Elina bertemu Morgan, sejak saat itu Elina sering mendatangi rumah Morgan. Elina bahkan sering membawakan makanan buatan nya sendiri yang tentu saja ada campur tangan sang mama.
Saking seringnya Elina datang dan main ke rumah Morgan, membuat dirinya menjadi dekat dengan mama Morgan. Morgan hanya tinggal bersama sang mama, karena papanya telah meninggal lima tahun yang lalu.
"El bantuin, Tante." Tawar Elina saat melihat mama dari lelaki idamannya sedang berkutat di dapur.
"Eh iya El, jadi ngerepotin kamu." Tutur Mama Morgan dengan tersenyum.
"Enggak Tan, biasa aja kok." Jawabnya dengan tulus.
Awalnya Morgan merasa biasa saja dengan kedatangan Elina yang begitu sering ke rumahnya. Namun lama-kelamaan, Morgan menjadi paham dengan perasaan gadis itu. Tampaknya gadis yang beberapa waktu lalu dirinya tolong, memiliki perasaan lebih kepada nya.
Hingga hal itu pada akhirnya membuat Morgan merasa tak lega seperti biasanya. Morgan merasa memiliki beban dengan adanya perasaan yang Elina miliki untuknya. Dan pada akhirnya, pikirannya terjawab sudah dengan ikut andilnya sang mama dalam urusan itu.
"Mama suka sama Elina, Gan. Mama pengen kamu sama Elina jadian. Kayaknya Elina juga suka sama kamu." Tutur mama nampak mencoba merayu putranya.
Mama tahu dengan apa ang terjadi pada kedua anak yang masih remaja itu. Terlihat jelas untuknya bagaimana Elina yang selama ini mencoba terus meluluhkan hati Morgan. Namun putranya itu terlihat biasa saja dan seolah tak begitu mempedulikan perasaan Elina.
"Morgan gak mau pacaran Ma. Morgan cuma mau jagain Mama," ujar Morgan beralibi.
"Mama memang kenapa? Mama sehat gini, lagi pula kamu juga gak pernah kenalin Mama ke gadis manapun Gan." Ujar mama yang tahu putranya hanya sedang mencari alasan.
Morgan hanya mampu terdiam mendengar ucapan mama. Karena kenyataannya memang begitu. Dirinya tak pernah mengenalkan siapapun pada sang mama. Morgan memang tak pernah tertarik menjalin hubungan seperti itu dengan siapapun.
Baginya kasih sayang dari sang mama sudah lebih dari cukup, jadi dirinya merasa tak memerlukan siapapun lagi untuk mengisi dan memberi warna dalam kehidupannya.
"Entar diambil orang loh. Gan. Baru deh nyesel kamu." Ujar mama menakut-nakuti putranya itu.
"Itu hak Elina Ma, Morgan gak masalah." Jawab Morgan merasa acuh dengan fakta yang mungkin bisa saja terjadi.
"Kamu tuh kalau dibilangin susah, mama udah makin tua juga pengen ada cucu. Entar siapa yang bakal ngurusin kamu kalau mama udah nyusul papa kamu. Jelas mama tampak geram dengan jawaban putranya itu sejak tadi." Morgan menatap sang mama kala mendengar perkataan itu.
"Ma, jangan ngomong gitu. Mama akan terus sama Morgan, jadi Mama yang bakal terus urusin Morgan."
"Susah banget anak satu ini dibilangin. Mama gak mau tahu, kamu harus jadiin elina menantu Mama. Mama gak mau kehilangan calon menantu sebaik Elina." Jelas Mama merasa perlu memaksa anaknya itu.
Morgan tak dapat membantah apapun lagi. Selama ini dirinya memang tak pernah membantah apapun yang mama katakan dan minta padanya.
"Apa El yang nyuruh Mama maksa Morgan?" tanya Morgan dengan penuh selidik.
"El gak mungkin ngelakuin hal serendah itu, Gan." Tutur Mama dengan lembut dan tersenyum pada sang putranya.
Elina yang begitu menyukai Morgan, sama sekali tak pernah meminta mamanya Morgan untuk membantu menyatukan mereka. Namun sepertinya mama Morgan memahami keinginan gadis itu untuk terus bisa bersama-sama dengan anaknya.
Next ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments