Morgan menatap sekilas pada gadis yang berstatus kekasihnya itu, tapi tak pernah dirinya anggap keberadaannya. "Ck itu bukan urusan lo." Jawab Morgan dengan tanpa bersalah.
Membuat Elina menghela nafasnya dengan berat atas jawaban pria itu yang tampak tak perduli dengan kegusaran hatinya.
"Aku pacar kamu Gan, aku perlu tahu siapa mereka." Tutur Elina menatap sendu ke arah kekasihnya itu.
"Gue gak pernah ngerasa lo cewek gue. Lo inget cewek yang di kampus tadi? Dia pacar gue." Jawab Morgan dengan datar.
Elina kembali menghela nafasnya dengan lelah, masih tetap sama. Morgan tak pernah berubah selalu tak segan mengucapkan kalimat yang bisa melukai hatinya.
"Ya udah, aku mau pulang. Sepertinya kamu butuh waktu sendiri." Ujar Elina yang merasa tak akan bisa berbicara serius dengan Morgan untuk saat ini.
Karena hatinya yang sedang tak baik-baik saja, dan Morgan yang sepertinya tampak emosional karena Elina terlalu penasaran dengan urusan Morgan.
"Hm" Morgan hanya menanggapi dengan deheman.
Elina kemudian mendekat ke arah pria itu. Kala mendapati respon Morgan yang tetap acuh. Padahal dalam lubuk hatinya yang terdalam, Elina ingin Morgan menawarkan diri untuk mengantarkannya.
Namun tak masalah, Elina masih bisa pulang sendiri. Tak perlu diantar oleh Morgan, lagipula pria itu juga tak sedang baik-baik saja emosinya. Elina mencoba memahami itu.
Elina memeluk Morgan yang tengah duduk di hadapannya. "Aku pulang dulu maaf udah buat kamu gak nyaman karena rasa penasaran aku." Tutur Elina masih memeluk Morgan.
Morgan memang tak pernah kontak fisik dengan wanita manapun. Hanya pada Elina, namun itupun Elina yang memulainya bukan Morgan yang berusaha kontak fisik. Dan Morgan tak pernah menolak sentuhan fisik yang Elina lakukan selama itu masih tahap wajar.
Setelah mengucapkan kalimat pamit dan ucapan maafnya, Elina memberikan kecupan hangat di kening Morgan dengan mata terpejam. Meresapi setiap sentuhan yang dirinya lakukan.
Meski hanya dirinya sendiri yang mencintai, namun Elina cukup bahagia Morgan tak menolak kontak fisik dengan nya. Biarlah dirinya yang akan mencurahi pria itu dengan rasa sayang dan cintanya.
Bagi Elina itu sudah cukup untuk membuat hubungan mereka bertahan. Elina mencoba untuk berprinsip hanya memberi dan tak mengharapkan menerima. Perasaannya terlampau dalam kepada pria itu.
Setelah mengecup kening Morgan dengan penuh perasaan, Elina dengan perlahan kembali menegakkan tubuhnya. Netranya menatap pada kekasihnya yang sedang memalingkan wajah darinya.
Seperti itulah kebiasaan Morgan, hingga Elina tak heran lagi. Sudah wajar Morgan akan bersikap seperti itu. Selah pria itu menolak sentuhan dari nya, namun juga tak pernah menunjukkan atau mengatakan penolakan apapun.
"Aku pulang." Pamitnya lagi sembari berbalik melangkahkan kakinya untuk keluar dari pintu utama rumah Morgan.
Tak ada drama sang pria yang tiba-tiba bangkit dan berlari mengejarnya. Kemudian menawarkan akan mengantar atau memaksa mengantar dirinya pulang. Kisah percintaannya tak semanis itu rupanya.
"Konsekuensi mencinta orang yang tak mencintai." gumam Elina pelan sembari terus melangkahkan kaki nya.
Sementara Morgan hanya diam membisu menyaksikan tubuh Elina yang dengan perlahan mulai hilang dari pandangan nya. Karena gadis itu sudah berhasil keluar melalui pintu utama rumah nya.
"Lo gak perlu tau Shella siapa." Tutur Morgan menyeringai.
...***...
Flashback on
BRAKKK
Terdengar suara benturan keras yang membuat atensi orang orang sekitar menatap terkejut ke sumber suara. Tampak seorang gadis tengah berada dalam dekapan seorang lelaki yang sepertinya baru saja menyelematkan gadis itu.
"Are you okey?" tanya sang lelaki pada gadis yang berada dalam dekapannya itu.
Saat ini posisi mereka tengah terbaring di rerumputan dengan saling memeluk erat. Tampak sang gadis gemetaran yang menandakan rasa ketakutan, sebab nyawanya hampir saja terenggut oleh kendaraan roda beroda empat yang sedang melaju dengan kencang.
Dengan masih gemetaran atas rasa takut yang membelenggu dalam jiwanya, gadis itu mendongak untuk melihat siapa manusia baik yang mau menolongnya itu. Dan dengan mata bulatnya yang indah, gadis itu tak berkedip sama sekali kala mendapati wajah tampan yang begitu dekat di depan wajahnya.
Seketika gadis itu merasa terpesona oleh kebaikan hati dan ditunjang dengan paras tampan lelaki itu. Sejak saat itu Elina merasa harus memperjuangkan Morgan untuk selalu menjadi miliknya.
"Ya, gue gak papa." Tutur Elina dengan tersenyum. Matanya masih merasa betah memandangi ciptaan Tuhan yang begitu indah itu.
Hingga gerakan Morgan yang melepaskan dekapan mereka dan membantu Elina berdiri dari posisi berbaringnya tadi. Membuat Elina memutus kontak matanya terhadap lelaki itu.
"Lain kali berhati-hatilah." Ujar Morgan mengingatkan gadis itu, sebelum kakinya beranjak pergi untuk meninggalkan tempat itu.
Elina yang masih belum sepenuhnya sadar dari rasa terpesonanya, merasa gelagapan saat melihat lelaki itu melangkah pergi.
"Wait!" Teriaknya dengan berlari kecil mengejar langkah lebar lelaki itu.
Morgan menghentikan langkahnya kala gadis yang sempat dirinya tolong itu, kini berdiri di hadapannya. Yang tentu saja menghalau jalannya.
Dengan tatapan heran dan penuh tanda tanya, Morgan menatap gadis itu dengan lekat.
"Thanks udah nolongin gue. Dan... gue pengen tau nama lo." Ujar Elina memberanikan diri untuk memulai berkenalan dengan lelaki yang sudah berhasil mencuri hatinya itu.
Lelaki itu tampak mengernyitkan dahinya mendengar kalimat terakhir yang Elina ucapkan. Namun tak urung Morgan akhirnya menyambut uluran tangan gadis itu, meski merasa aneh.
"Gue Elina."
"Morgan."
Elina tersenyum mendengar Morgan memperkenalkan dirinya, nama yang bagus pikir Elina dalam benaknya. Hingga akhirnya Morgan dan Elina berjalan beriringan dengan obrolan ringan yang didominasi oleh Elina yang tampak penasaran dengan Morgan.
Sementara Morgan banyak menanggapi hanya dengan anggukan dan senyuman tipis, karena sejujurnya tak merasa tertarik untuk membahas topik apapun dengan gadis yang baru ditemuinya itu.
"Itu motor gue, gue balik duluan." Ucap Morgan saat mereka telah sampai di tempat di mana Morgan memarkirkan kendaraan roda duanya.
Elina menanggapi dengan anggukan saja, tak lupa bibirnya mengulas senyum manis untuk lelaki itu. Namun Elina kembali menghentikan pergerakan lelaki itu lagi. Ada hal yang perlu dirinya tahu supaya mereka masih bisa bertemu ke depannya.
"Gue mau tahu rumah lo, atau.. no lo mungkin. Lain kali gue pengen balas kebaikan lo." Tutur Elina dengan menahan rasa malunya, demi apapun Elina merasa sangat-sangat malu melakukan semua ini.
Tapi it's ok, demi memperjuangkan perasaannya. Sepertinya Elina merasa memang telah terpesona dan sepertinya juga telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sementara Morgan yang tak ingin dibuat ribet oleh Elina yang kemungkinan akan terus menahan dirinya, sebelum mendapat apa yang diinginkannya. Akhirnya memberikan Elina alamat rumah sekaligus no ponselnya. Morgan sama sekali tak terpikirkan apa yang akan Elina lakukan ke depannya terhadap dua hal yang dirinya berikan itu.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments