Richard berjalan gontai keluar dari rumah lama Alda. Berbagai cara telah dicobanya untuk mencari informasi tentang Alda setelahnya, ternyata tidak sekali pun mendapatkan titik terang. Alda seolah lenyap ditelan bumi, sulit dicari. Bahkan Richard mulai putus asa dan lelah.
“Honey, kau di mana?”
Terduduk lesu Richard di kursi Pantai Kuta sore itu. Sebelum esok hari memutuskan kembali ke Amerika.
Menatap kosong ke laut lepas menuju sunset. Semua berpasang-pasangan mesra, sebenarnya Richard pun menginginkan hal sama.
“Hai tampan, sendirian saja?” tersenyum gadis asal Albania, berwajah cantik. Manik brown beningnya indah, sedang mengulurkan tangan ke arahnya.
Ada yang bergetar dalam hati Rich, ia tersedak saliva kala melihat gadis berbikini itu yang begitu seksi. Tentu saja sebagai pria normal, dalam diri Richard seketika terbangkitkan.
“Hallo, aku Richard. Siapa namamu cantik?” Richard tebar-tebar pesona, senyumnya merekah kesepiannya terobati. “Duduklah bersamaku?” tapi dipangku.
“Eliza, senang berkenalan denganmu Rich. Kamu tampan sekali,” desis Eliza tersipu malu.
Richard melancarkan jurus rayuannya. Menautkan jarinya perlahan di jari Eliza, sembari mengelus kulitnya lembut. Gadis itu diam, Richard menarik bibir.
“Do you have a boyfriend?” tanya Richard bernada berat ke telinga Eliza.
“No, I'm single. And you?” balik Eliza bertanya, menatap Richard hingga berkontak mata lama.
“Yeah, I'm single too!” jawab Richard menukikan senyum Eliza. Kemudian Richard mengecup pipinya.
Cup!
Eliza terperanjat sembari menggigit bibir. Richard menatap damba ke seluruh tubuh Eliza, terlebih pada dua pegunungan itu yang tersaji di depan mata, sehingga Richard tiba-tiba kehausan parah.
“Do you want to be my girlfriend, heum?” suara parau Richard ditanggapi pelukan dari Eliza.
“Yes, honey.” Eliza langsung mengangguk setuju, malu-malu dengan pipi bersemburat merah.
Siapa yang mampu menolak pesona seorang Richard Louis?
Jangankan Eliza, semua gadis di luaran bahkan rela menunggu jomlonya. Richard merasa beruntung terlahir dari benih premium kedua orang tuanya, Calvien Louis dan Trecy Louis.
Tidak hanya tampan dan cantik. Perpaduan kualitas sempurna itu pun lantas menurun padanya. Sehingga Richard memiliki modal ketampanan wajah dan bola mata yang terbilang indah. Selain tubuh atletisnya, tentu sangat diidolakan para gadis-gadis. Terkecuali Alda yang malah menolaknya mentah-mentah.
"Baiklah Eliza, apa kau mau ikut denganku?" Richard memberikan kode-kode tertentu, berupa tatapannya yang menggoda dan elusan di paha gadis itu.
“Aku sudah tak sabar,” balas Eliza yang paham, karena ia menginginkannya juga.
Setengah jam saling mengenal, dirasa waktu yang cukup bagi mereka berdua. Berbuntut meneruskan kencannya di sebuah hotel yang tak berada jauh dari pantai.
***
“Eumppt …”
Tanpa melepas terjangan bibir, Richard meloloskan semua bikini Eliza. Sama hal nya Eliza menurunkan celana pantai Richard, hingga keduanya polos tanpa sehelai kain.
“Auwh! Aku menyukai ini Rich … ahh!” desis Eliza kian meremas rambut Rich.
Pria itu tengah bermain dan rakus menikmati buah favoritnya bergantian.
“Mm, kau suka honey?” sensual Rich sejenak berhenti, tapi tangannya tetap aktif memainkan dada Eliza. Menyorotkan sinar dambanya pada Eliza yang bernafas memburu.
“I’m yours Rich, i’m yours. Make me more excited …” pinta Eliza kemudian menyambar bibir Rich.
Cenderung liar mencumbu bibir Rich, sedangkan Richard hanya mengikuti pergerakan setiap ciuman Eliza.
Rich mengusap basahan di bibir Eliza. “Kamu yang meminta, aku pasti layani!” ucapnya segera mendorong tubuh Eliza hingga membal di atas peraduan.
Eliza tersenyum manja melebarkan kaki, Rich mendekatkan diri di antaranya. Menyapu ****** *****, ******* habis tak tersisa dan Eliza meracau tidak karuan dengan tubuh bak cacing kepanasan.
“Sekarang waktunya honey …” Richard membalik tubuh Eliza dan mengarahkan miliknya.
Mendorong pinggulnya lebih kencang, tubuh Eliza bergetar. Kedua tangannya mencengkram seprai begitu kuat, pergerakan Richard yang kasar membuatnya hampir terjatuh ke lantai.
Dan … belum sampai di titik haluan. Ternyata milik Richard sudah loyo?
“What’s happened?” Eliza memutar kepala tapi masih di posisi semula, cukup terkejut ia tak merasakan sesuatu memenuhi dirinya saat ini dari Richard.
Richard melepasnya frustasi segera mengenakan kembali celana pantainya, dengan terduduk limbung.
Entah apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Richard tidak tahu, kenapa mendadak di waktu jelang menuju puncak kenikmatan. Miliknya tidak bertenaga dan kembali tidur?
“Kamu tidak Gay, kan?” tanya Eliza pada akhirnya.
Bola mata Richard melotot tajam.
“Hei Eliza, jangan sembarangan, ya! I’m normal. Jaga bicaramu, *****!” murkanya menegak tubuh dan memaki wanita bule itu.
Berusaha menyentuhnya lagi, tetapi Eliza yang kecewa. Dengan kasar menghempas sentuhan dari Richard.
“Don’t touch me!” ketus Eliza marah, “aku bukan ****** dan aku tidak mau berhubungan dengan pria let*y sepertimu, Rich! Bye.”
Eliza meninggalkan Richard begitu saja dalam keadaan terpuruk. Richard menderam keras, menyesali akan ketidakberdayaannya saat ini. Kejantanannya di sepelekan seorang gadis.
Sungguh memalukan!
“Aarrgghh …!” suara erangan Richard terdengar memilukan, ia membanting semua perabot di dalam kamar hotelnya sebagai pelampiasan amarah.
PRANG!
Meninju kaca dengan pukulan keras, hingga pecahan tajam kaca itu berserakan ke lantai.
“Kenapa aku tak normal lagi sekarang, hah?!” murka Richard sembari berteriak emosi.
Meninju tembok hingga tangannya berdarah-darah. Tak menghiraukan rasa sakit itu, yang tak sebanding dengan harga dirinya yang jatuh sebagai seorang lelaki.
Padahal sebelum-sebelumnya ia selalu menjadi juara di atas ranjang dan semua teman kencannya sampai kewalahan mengatasi keganasan seorang Richard.
Sekarang tanpa dia tahu, terjadi perubahan signifikan dalam tubuhnya. Why? Kini dia tidak bisa normal. Lalu apa penyebabnya.
Kendati demikian, Richard tidak mau memeriksakan kelainannya yang terkesan aneh dan tiba-tiba itu ke dokter spesialis.
Lebih memilih menyimpan rapat-rapat aibnya sendiri dari siapa pun. Termasuk para saudaranya, bahkan juga dari kedua orang tuanya.
***
Beberapa tahun berlalu, hingga Richard dan Efrain lulus dari Harvard University. Richard tidak pernah lagi berkencan intim dengan gadis mana pun, hanya sekedar pacaran biasa dan tidak lebih.
Traumatisnya membuat tubuh pria ini secara refleks, menjauh sendiri. Ketika para kekasihnya mengajak ke arah intim. Sampai pada ia, Efrain dan Abelle memegang kendali penuh perusahaan C&L Diamond yang diwariskan oleh daddy-nya, Calvien Louis. Si Raja diamond dari kota Kongo.
“Sekaranglah masa kalian berdikari untuk meneruskan perjuangan Daddy, Nak. Richard mengurus C&L di Amerika , Efrain di Jepang dan Abelle di Kongo. Adik kalian —Abelle, seorang wanita. Jadi, ia tidak boleh jauh-jauh dari Daddy dan Mommy. Apakah kalian bisa membuat bangga Daddy setelah ini putra-putri kesayanganku?” tanya Cal waktu itu meminta janji pada mereka.
Mereka bertiga pun tersenyum saling berangkulan. “Yes Dad. Kami sangat berterima kasih sekali, kami akan selalu membuat daddy bangga di masa tua daddy. Kami berdua sayang Daddy.” Richard dan Efrain lalu memeluk Cal bersamaan, diikuti oleh Abelle.
Lantas Cal melirik kedua anak kembarnya yang lain.
“Untuk Bree dan Heaven, kalian belum saatnya. Nanti Daddy juga akan memberi bagian kalian sendiri. Daddy hanya minta untuk saat ini, contohlah Kakak-kakak kalian yang serius dalam kuliah dan mendapat nilai cumloade?” tatap Cal pada Heaven dan Brylee yang tengah memeluk— mommy-nya, Trecy.
“Tentu saja daddy, kami tidak akan pernah mengecewakan daddy dan mommy. Kami berjanji!” ucap kedua twins itu menyerbu untuk memeluk Cal, sampai tumbang di atas sofa dan mendapat tawa bahagia dari Trecy.
**
Richard memasuki usia matang. Tetapi dia dan Ef terlalu menyibukkan diri berfokus pada kepemimpinannya di perusahaan dan hal ini tentu membuat sang Daddy menaruh bangga.
Hingga suatu hari pernikahan Abelle tiba, dengan teman masa kecilnya Nick. Richard dan Efrain agak terlambat pulang ke Kongo untuk menghadiri pesta pernikahan adik kesayangannya yang manja itu.
“Selamat Bebelle, kau telah resmi jadi Nyonya Fernando,” Richard dan Efrain bergantian memberi selamat pada Abelle.
“Terima kasih buaya buntung!” desis Abelle usil membalas Richard.
Richard cemberut sembari mengerling ke Nick. “Istrimu perlu dihajar Nick. Jangan beri ampun nanti. Awas saja kalau kau tidak berhasil membuat dia menangis!” kecamnya menggelakkan tawa Nick, Efrain beserta saudaranya yang lain akan tingkah konyolnya itu.
“Hmm. Rich!” penuh kesal Abelle merasa dipermainkan.
Namun, pelukan mesra suaminya, Nick. Membuyarkan kekesalan Abelle yang kini berganti senyum malu-malu.
“Aku mau melempar buket bunga pernikahan kami. Tangkap ya!” suruh Abelle menatap pada Richard dan Efrain yang nampak tak berselera.
“Nehi!” tolak Richard dan Efrain, mengikuti logat India Himesh.
“Halah! Tapi aku yakin pasti Rich sebentar lagi akan menyusul, hehe …” kiranya Abelle berfirasat demikian.
Namun, Richard dan Efrain mengacuhkan ucapan adik kembarnya itu. Melenggang pergi begitu saja, menjauhi acara lempar bunga.
Takdir berkata lain, ucapan Abelle seakan keramat. Semakin Richard menjauh, ia malah bertemu dengan wanita yang selama ini ia cari-cari.
Pertemuan manis yang tidak disangka-sangka. Buket bunga yang tidak dikehendaki, malah terjatuh diantara Richard dan Alda.
“Alda?”
Richard terkejut, tubuh keduanya membeku selama beberapa detik. Kerinduan membuncah bercampur haru terutama dirasakan oleh Richard. Jantungnya pun berdegup kencang, dengan mata berkaca-kaca. Memandangi gadis yang ia dambakan selama ini.
Miracle bagi Richard, lain Alda yang merasa apes. Segera menyerahkan buket bunga itu ke Richard kemudian pergi tergesa-gesa menghindarinya.
Rich yang tertegun dalam lamunan, mendadak bodoh di hadapan Alda. Seakan tidak berkutik, nyawa dan nafas kehidupannya terbawa bersama gadis pujaannya itu. Tidak sempat mengejar dan masih membeku di tempat karena syok.
“Kamu kenapa kak Rich?” tanya seorang gadis lain yang tengah menepuk bahunya, hingga Richard sontak menoleh.
“Heave.”
“Wajah kakak pucat, apa kakak sakit?” tanya Heaven tampak cemas.
“No, i'm fine. Adikku sayang, ayo kita makan!” Richard merangkul bahu Heaven dan mengajaknya pergi ke meja prasmanan yang terhidang banyak makanan lezat di atasnya.
“Syukurlah! Kakak Nick kan, dokter. Jika kakak sakit bisa meminta periksa padanya lebih dulu,” cetus Heaven meragu sembari menyentuh kening dan wajah Richard.
“Aku sehat Heave, kau terlalu berlebihan.”
Heaven nyengir, “oia, apa kakak mengenal Kak Dara yang ditolong oleh kakak sewaktu jatuh tadi?”
Rich terdiam heran. Mengapa Heaven memanggil nama Alda sebagai Dara?
“Kakak melamun lagi?” tegur Heaven sambil memindahkan makanan dari meja prasmanan ke atas piring miliknya. Seketika membuyarkan lamunan Richard.
“Dia siapa?” Richard pura-pura tidak mengenali Alda. Aktingnya yang luar biasa membuat Heaven begitu saja percaya.
“Kak Dara itu MUA profesional, Kak. Dia terkenal di Kongo ini dan menjadi langganan para artis. Makanya kak Abelle menggunakan jasanya, kak Abelle cantik, kan? Mirip aku?” bangga Heaven dengan menyangga kedua telapak tangannya ke dagu.
“Cantik-cantik. Semua adikku cantik, si Dara itu tinggal dimana, Heave?” lanjut Richard iseng bertanya.
Heaven mengedikkan bahu. Ekspresi Richard menunjukkan kekecewaan, tertangkap oleh Heaven.
“Jangan sedih, Kakak. Coba tanya kak Abelle, dia pasti tahu alamat kantornya.”
Setelah mendengar itu dari Heaven, mendadak Richard bangkit dari kursi seolah terburu-buru. Tapi cekalan dari Heaven mencegah kepergiannya.
“Mau ke mana?”
Richard bicara asal, “perutku mendadak mulas, Heave. Kau makan saja sendiri!” tolak Richard beralasan.
Kemudian Richard lari terbirit-birit bukan ke toilet, tapi arahnya membelot ke pelaminan untuk menemui Abelle.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Amelia Putri Sholehah
punya anak gak yaa
2023-05-19
0
almacute67
jgn asal celap celup dong rich 😬
2023-05-14
1
Tulip Mekar
uh kasian wkwkw
2023-05-13
1