Bab 4. Setelah pernikahan

Heru, berdiri di ambang pintu, menuju dapur. Ragu. Perasaannya amburadul. Tidak tau hendak berkata apa nantinya pada, Amy. Takut akan melukai hatinya.

Perlahan kakinya melangkah masuk ke dapur. Amy tengah berdiri membelakanginya. Sepertinya tengah mencuci piring di wastafel. Amy belum menyadari kehadiran suaminya karena asyik mencuci piring.

Saat dia berbalik, Amy, terkejut karena suaminya telah berdiri di ambang pintu tengah memandanginya.

"Ada apa sih, bang?" tegur Amy yang melihat suaminya seolah kebingungan.

"Ah, tidak apa-apa kok dek. Apa sarapan sudah siap?" tanyanya mengalihkan.

"Sudah, bang. Aku ambilkan, ya?" Amy bergegas menyudahi pekerjaannya. Dengan sigap dia mengambilkan piring dan gelas. Menyendokkan nasi ke piring beserta lauknya.

"Adek, tidak makan?" ucap Heru, karena hanya piringnyalah yang diisi, Amy.

"Ntar lagi, bang. Belum lapar," sahut Amy datar. Heru hanya mengeluh dalam hati.

Sejak mereka pindah dari rumah orang tua Heru, karena ingin hidup mandiri. Sekalipun kedua orang tua Heru, keberatan. Tapi Heru bersikeras pindah. Amy dan Heru seperti dua orang asing saja yang kebetulan tinggal satu atap.

Entah siapa yang memulai, kehidupan mereka setelah menikah malah berubah drastis. Tidak seperti kebanyakan orang pasangan pengantin baru, pasti lagi mesra-mesranya. Amy malah sebaliknya, saling acuh dan diam.

Mereka bebicara seperlunya saja. Menyapa saat ada hal yang mendesak dan selebihnya mereka tidak saling peduli.

Namun , jika dihadapan orang atau orang tua masing-masing sikap Amy dan Heru, akan berubah. Mereka akan nampak seperti pasangan yang harmonis.

"Dek, nanti abang akan telat lagi, pulang. Abang, mau lembur lagi," ucap Heru usai sarapan.

Amy, membereskan meja makan, memindahkan piring bekas makan suaminya.

"Iya, bang tidak apa-apa," lagi-lagi Amy tidak protes. Amy, mengikuti langkah suaminya menuju teras. Menyalam serta mencium punggung tangan Heru, lalu menutup pintu dan masuk ke dalam rumah. Seharian dia akan berkurung di dalam rumah. Menunggu kepulangan suaminya yang tidak tentu jadwalnya.

Terkadang Amy heran sendiri, mengapa kehidupan pernikahan mereka jadi begini? Amy tidak pernah membayangkan akan begini jadinya rumah tangga mereka.

Sejak peristiwa malam pertama mereka yang gagal. Suaminya tidak pernah lagi menyentuhnya. Suaminya selalu pulang larut malam dengan alasan lembur.

Awalnya Amy, percaya kalau suaminya lembur. Namun, kalau itu dia lakukan hampir setiap malam, bukankah itu hanya alasan untuk menghindarinya?

Malam ini, Amy sudah terlelap ketika Heru pulang. Dengan langkah gontai Heru, membuka pintu dengan anak kunci yang dibawanya.

Heru menghenyakkan pantatnya di sofa. Dibawah sinar lampu temaram di ruang tamu, Heru melepas sepatunya. Istrinya pasti sudah terlelap.

Heru melenguh dalam hati, entah sampai kapan dia mampu bertahan, bersikap dingin pada istrinya. Rasanya dia sudah lelah mencari alasan, untuk selalu terlambat pulang ke rumah.

Heru sadar sikapnya ini amatlah bodoh. Tidak sesuai dengan janji yang telah ia ikrarkan selama ini. Heru beranjak ke dapur hendak menyeduh secangkir kopi. Iseng dia membuka tudung diatas meja.

Hatinya serasa di remas, saat melihat hidangan masih utuh disana. Yah, hidangan untuk makan malam. Entah, apakah istrinya belum makan malam. Mungkin kelelahan menunggu akhirnya dia ketiduran. Heru memaki dirinya sendiri, karena telah menyia-nyiakan lelah istrinya untuk menyiapkan semua hidangan itu.

Heru, menutup tudung itu. Niatnya yang hendak menyeduh kopi dia urungkan. Heru, malah berbalik ingin melihat istrinya di kamar.

Heru, tertegun melihat posisi istrinya yang tidur. Benar dugaannya, kalau istrinya ketiduran menunggunya. Sebab posisinya yang setengah duduk. Juga sebuah buku yang terkatup di dadanya.

Lagi, perasaan Heru seakan di remas. Perlahan, karena takut Amy akan terjaga, Heru melepas satu persatu bantal yang disandarkan Amy, di kepala ranjang untuk menyangga tubuhnya.

Namun, tindakan Heru, malah membuat Amy terjaga. Amy terkejut, saat merasakan tubuhnya diangkat. Saat dia membuka matanya, wajah suaminya hanya beberapa inci di depannya membuat, Amy, terkejut.

"Eh, abang sudah pulang?" ucap Amy, saat menyadari kalau suaminya telah pulang, dan tubuhnya ada dalam gendongan suaminya.

"Iya, tapi kenapa posisi kamu tidur seperti itu."

"Aku ketiduran, sambil membaca," ucap Amy. Abang sudah makan?"

"Sudah, tadi bersama teman," ucapan yang amat disesali Heru pada akhirnya. Karena dia teringat hidangan diatas meja. " Adek, sudah makan?"

"Sudah," jawaban singkat itu penuh makna rasa kecewa. Heru, merasakannya. Karena dia yakin, istrinya pasti belum makan. Dia sengaja menunggunya karena berharap dirinya cepat pulang. Biar makan bersama.

Amy, menarik selimut. Menyelimuti dirinya hingga ke batas leher. Lalu tidur memunggunginya. Entah, apa yang berkecamuk di hati istrinya, tapi dia melihat tubuh itu sempat berguncang.

"Sudah tidur, dek?" ucap Heru basa-basi

"Hem," sahut Amy tapi tidak mengubah posisi tidurnya.

"Abang, meminta maaf ya, sama kamu," ucap Heru, perlahan.

"Maaf soal apa, bang?" sahut Amy dengan air mata yang mulai merembes disudut matanya.

"Karena abang sering meninggalkan kamu sendiri. Pulang larut malam dan....

"Tidak apa-apa, bang. Abang lakuin semua itu 'kan karena tuntutan pekerjaan abang," ucap Amy, sebelum Heru selesai bicara.

"Tapi, abang merasa bersalah padamu , dek."

"Tenang sajalah, bang. Aku baik-baik saja kok," ucap Amy lirih. Seolah tidak mengerti ke arah mana Heru bicara.

Heru menghela napasnya dalam. Dia tau bara di hati istrinya tengah bergolak.

"Bagaimana, kalau akhir pekan nanti kita berkunjung ke rumah bapak dan ibu," ucap Heru memberi ide. Heru, berharap, Amy, akan merespon rencananya itu. Akan tetapi, Amy menolak rencana itu.

"Maaf, bang. Akhir pekan nanti aku sudah ada rencana."

"Kamu mau liburan kemana? Dan dengan siapa?" cecar Heru kaget. Karena istrinya tidak melibatkannya.

"Bukan mau liburan, tapi aku mau cari pekerjaan," ucap Amy, tenang.

"Apa? Cari pekerjaan dimana? Memang nya uang yang abang beri tidak cukup, untuk kebutuhanmu, dek?"

"Lebih dari, cukup, bang."

"Trus buat apa kamu mencari pekerjaan?"

"Mungkin dengan bekerja, aku bisa menjaga kewarasanku!" dengus Amy.

Heru, tertegun mendengar nada sarkas itu. Seperti dugaannya, istrinya tengah marah besar. Bara yang dia sulut akhirnya akan membakar mereka berdua.

"Kamu, ngomong apa sih, dek?"

"Abang jangan berpura-pura lagi. Sebenarnya, aku di rumah ini fungsinya apa? Kau anggap aku ini apa, dirumah ini, bang?" suara Amy meninggi karena kesal dengan ucapan suaminya yang berbelit-belit. "Abang menyesal telah menikahi aku 'kan? Abang hanya kasihan padaku. Yang sebenarnya abang kecewa dengan apa yang terjadi padaku. Aku tidak menduga kalau cinta abang hanya sebatas selaput dara!"

"Cukup, Amy! Kamu tidak tau sebesar apa aku mencintaimu, dan rasa kecewa di hatiku."

"Hanya karena aku sudah tidak perawan lagi, abang perlakukan aku seperti ini. Kamu jahat, bang. Lelaki pengecut! Tak seharusnya kamu nikahi aku, kalau terpaksa. Sekalipun aku sudah ternoda, aku masih punya harga diri!" sergah Amy kalap, berurai air mata. Hatinya begitu sakit. Tidak menyangka kalau suaminya sangat picik.

"Kalau aku tidak menikahimu, siapa lagi yang sudi menikah denganmu. Seharusnya kamu bersyukur, aku mau menikah denganmu."

"Dasar lelaki pengecut! Munafik! Kamu pikir setelah apa yang menimpaku, aku tidak berhak lagi bahagia begitu. Diluar sana masih banyak lelaki yang tidak sepicik kamu, bang. Kupikir, kamu tulus mencintaiku, ternyata kamu menilaiku sebatas fisik. Aku benci kamu, aku kecewa padamu bang!" Amy melompat dari tempat tidur. Melesak keluar dari kamar.

Amy, bermaksud keluar juga dari rumah. Namun, tiba-tiba diluar hujan turun dengan derasnya.Disertai suara kilat menyambar.

Amy, tersentak kaget. Kejadian kelam malam itu, memenuhi ruang ingatannya. Amy menjerit, sekuatnya. Amy memegangi kedua telinganya, karena suara-suara asing yang bergaung terus di telinganya.

"Amy!" teriak Heru lalu berlari kearah istrinya yang tengah jatuh pingsan.*****

Terpopuler

Comments

The Lucky

The Lucky

miris

2023-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!