Bab 3. Shock

Waktu telah menunjukkan di angka, 21:00, tapi Amy belum juga pulang ke rumah. Kedua orang tuanya telah cemas sejak sore tadi . Tidak biasanya Amy pulang terlambat ke rumah setiap kali dia ada urusan di luar.

Bila harus terlambat pun, Amy akan memberitahu orang rumah akan keterlambatannya. Namun, kali ini tidak ada info apapun.

Naluri seorang ibu itu sangat kuat. Saat melihat rinai hujan yang deras dan tidak kunjung reda setelah dua jam lebih. Perasaan ibu Amy sudah tak tentu arah. Apalagi Amy juga tidak dapat dihubungi.

"Ini sudah malam, pak. Ibu takut sesuatu terjadi padanya."

"Jangan mikir yang gak-gak bu. Kita tunggu saja," sahut pak Dedy berusaha menghibur istrinya. Padahal dalam hati, pak Dedy juga tidak kalah cemas akan putrinya itu.

"Pak, coba kita hubungi, nak Heru, siapa tau mereka bersama."

Pak Heru setuju lalu menelepon calon menantunya itu. Tidak lama, panggilan itu tersambung.

"Syalom, ada apa pak?" tanya Heru sopan kepada calon mertuanya itu. Heru sangat heran, tidak biasanya orang tua tunangannya meneleponnya. Apalagi malam-malam begini.

"Maaf, nak Heru, bapak cuma mau nanya, apa nak Heru ada bersama, Amydia? Tadi Amy ada urusan ke kampus, tapi sampai sekarang belum pulang juga."

"Saya sedang di kantor, pak. Seharian tidak ada kontak dengan Amy. Saya pikir karena dia sibuk mengurus skripsinya. Amy berangkat jam berapa tadi, pak?" ucap Heru merasa cemas juga.

..."Sejak siang tadi, nak. Harusnya sore sudah balik, seperri biasanya. Mana gak bawa motor lagi, karena semalam masuk bengkel....

"Baiklah, pak, akan saya coba tanyakan pada teman yang lain. Siapa tau Amy tak bisa kontak karena signal jelek efek hujan." ucap Heru mencoba menghibur calon mertuanya itu.

"Baiklah, nak Heru. Terimakasih."

"Sama-sama, pak." Heru pun menghubungi beberapa teman mereka yang akrab dengan Amy, siapa tau dari mereka ada informasi tentang, Amy.

Namun, jawabannya nihil. Heru hendak mengabarkan kalau teman Amy, yang dihubunginya tidak mengetahui keberadaan Amy. Ketika panggilan dari pak Dedy datang kembali.

"Halo, pak, apa Amy sudah pulang?" cecar Heru sebelum pak Dedy bebicara.

"Nak Heru, Amy ada di rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan. Hampir saja ponsel di tangan Heru terjatuh mendengar khabar buruk itu.

"Bagaimana keadaannya, pak!" seru Heru cemas.

"Bapak dan ibu belum tau. Ini lagi bergegas hendak ke rumah sakit."

"Iya, pak, saya akan segera menyusul." Heru bergegas keluar dari ruangannya. Rencananya yang hendak lembur terpaksa dibatalkan. Heru segera menuju ke rumah sakit yang disebut orang tua Amy.

Hanya satu yang ia pedulikan saat ini. Bisa segera sampai di rumah sakit. Ingin memastikan apa yang terjadi pada tunangannya itu.

Dari jauh, Heru sudah melihat kedua orang tua Amy duduk di ruang tunggu. Bu Nani tidak henti menangis, sedang pak Dedy tertunduk diam.

"Bagaimana, keadaan Amy, pak? Tanya Heru begitu berhadapan dengan calon mertuanya.

Belum sempat pak Dedy menjawab, sebuah brankar muncul di lorong di kawal dokter dan perawat.

"Amy, bagaimana keadaanmu," cegat Heru, sesaat menuju ruang rawat. Heru, heran melihat keadaan Amy, pandangannya kosong, tak bereaksi dengan sekitarnya.

"Maaf, pak, pasien harus dibawa ke ruang rawat dulu," ucap suster seraya mendorong brankar masuk ke ruang rawat. "Tunggu sebentar, pak. Silahkan menunggu di luar!" perintah suster tegas membuat langkah Heru terhenti di depan pintu. Saat Heru berniat ikut masuk.

"Pak, Bu, sebenarnya apa yang terjadi dengan, Am? Trus, kenapa Amy seolah tidak mengenaliku?" ungkap Heru mengeluarkan tanya yang mengganjal di hatinya.

Mendengar ucapan Heru, tangis bu Nani kian deras. Bahunya sampai berguncang menahan tangis, agar tidak menjadi perhatian orang lain.

"Bu, sudahlah. Tidak guna juga, kalau ibu menangis sepanjang malam. Itu tidak akan mengembalikan keadaan, Amy, seperti dulu," desah pak Dedy.

Mendengar ucapan itu, Heru, makin bingung tak mengerti arah tujuan ucapan pak Dedy.

"Bapak, Ibu, jujurlah pada saya. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi," ucap Heru dengan nada tajam. Heru mulai kesal, sepertinya orang tua tunangannya menyembunyikan sesuatu padanya.

"Amy, Amy, huhuh....," bu Nani tidak bisa melanjutkan ucapannya. Tangisnya malah pecah. "Amy, diperko**," sendat bu Nani lirih beberapa saat kemudian.

Shock! Heru benar-benar shock! Mendengar kata itu. Berulang kali Heru, menyakinkan dirinya kalau kata itu tidak benar. Namun, saat melihat tangis bu Nani yang tidak berhenti juga, Heru, baru percaya apa yang barusan ia dengar.

Heru, makin terguncang saat melihat keadaan Amy, yang seolah mayat hidup. Dia tidak peduli sekeliling. Bahkan saat Heru mendekatinya, Amy, tak merespon. Seolah dia sibuk dengan dunianya sendiri.

Tidak ada senyum diwajah itu lagi. Heru sangat iba dengan keadaan kekasihnya.

"Amy...." sentuh Heru lembut lalu duduk di sisi Amy.

"Tidak! Pergi, tolong....Hentikan!" caracau Amy, tak tentu arah. Heru, memeluk tubuh kekasihnya dengan hati yang hancur lebur. Amy, meronta ketakutan. Namun, tidak bisa melepaskan dirinya dari pelukan Heru.

"Lepaskan aku, aku tidak pantas lagi jadi kekasihmu. Aku sudah ternoda, aku sangat kotor," isak Amy diantara rontaannya. Heru, makinmenguatkan pelukannya. Seolah ingin membalut luka hati kekasihnya.

Tiga bulan kemudian.

"Amy, kamu nampak cantik sekali nak," ucap bu Nani saat melihat putrinya selesai dirias pengantin oleh Mua.

"Iyalah, bu, putri ibu kan juga cantik, makin cantiklah setelah dirias," puji sang Mua. Amy tersenyum sumringah mendengar pujian yang ditujukan padanya.

Hari ini adalah hari paling bersejarah buat Amy. Karena Heru, akan resmi menjadi suaminya. Setelah melewati proses berliku. Amy, sempat memutuskan secara sepihak hubungan mereka karena merasa tak pantas lagi jadi pendamping hidup, Heru.

Namun pada akhirnya, Heru bisa menyakinkan hati, Amy, untuk mau menikah dengannya.

Tamu undangan telah berdatangan, untuk menghadiri acara pemberkatan mereka di gereja. Usai acara pemberkatan, dilanjutkan dengan acara resepsi secara adat. Acara demi acara berjalan lancar dan hikmad.

Hari kini telah berganti malam, tamu undangan telah pulang. Tinggal kerabat dekat yang rumahnya jauh, menginap di kediaman rumah orang tua Heru.

Amy telah di boyong kerumah orang tua, Heru, sesuai dengan adat yang berlaku di daerah mereka.

Malam ini, setelah seharian menerima adat dan ucapan selamat kepada mereka, Amy merasakan lelah yang teramat sangat.

Amy merasa tegang, ketika Heru dengan tatapannya yang intens menatapnya. Amy, tertunduk karena mengerti apa yang diinginkan suaminya.

Napas Amy tersenggal, ketika sentuhan demi sentuhan yang dilakukan suaminya, memicu hasrat liarnya.

Perlakuan lembut Heru, membuat Amy semakin terhanyut oleh gelombang hasrat yang siap menggulungnya, untuk menyatu dalam gairah yang sama menuju puncak kenikmatan yang didamba setiap pasangan yang terikat pernikahan.

Rasanya seluruh tubuh Amy telah luruh dalam bara, bergolak karena cumbuan suaminya. Lalu, tiba-tiba bara itu padam! Amy tersenggal karena segalanya terhenti sebelum mencapai puncak. Tubuh Heru, mengejang dan terjatuh disisi tubuh Amy.

Amy merasakan dirinya seolah terhempas begitu saja, dan bingung.

"Maafkan aku dek, aku tak mampu," bisik Heru seraya matanya memandang plafon.

"Tidak apa-apa, bang. Mungkin karena kita terlalu lelah seharian ini," bisik Amy lirih seraya terbaring disisi Heru, berbantalkan lengan kokohnya. Heru, memeluk dan mencium puncak kepala Amy.

"Iya, bisa saja karena kelelahan," sahut Heru gamang. Heru, menarik selimut menyelimuti tubuh istrinya yang mulai terlelap. Dilihatnya wajah teduh istrinya. Sungguh dia sangat mencintai Amy, karena itulah dia berjuang untuk menikahinya.

Namun, ada apa dengan dirinya tadi. Disaat mencumbu istrinya dia begitu bergairah, tapi disaat dia ingin menuntaskan hasrat itu, tiba-tiba dia kehilangan mood. Bayangan istrinya yang telah menjadi korban pelecehan itu, tergambar jelas dalam benaknya.

Seketika hasratnya padam, berubah dengan rasa kecewa yang sangat dalam. Ada rasa enggan untuk menyatukan dirinya setelah ingat, orang lain telah lebih dulu mengecap madu istrinya. Jadi dia hanya akan mendapatkan sisanya.

Rasa marah yang tak terlampiaskan itulah, yang telah memadamkan hasratnya. Karena dirinya yang masih perjaka, merasa kecewa karena istrinya sudah tidak perawan lagi.*****

Terpopuler

Comments

The Lucky

The Lucky

duh, heruu cobalah menerima istrimu apa adanya

2023-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!