Sugar Baby Kakak Sahabat
Sugar Baby Kakak Sahabat - Part 1
“ Mulai hari ini kamu harus angkat kaki dari sini.”
Ucapan Dian membuat Ara membatu, baru saja kehilangan papa yang sudah mengangkatnya selama sepuluh tahun akibat sakit yang diderita membuat dunianya hancur namun ucapan Dian tentu menambah dunianya tambah begitu kacau.
“ Ma…. Mama nggak serius kan bicara begitu?”
Ara tahu jika Dian sedari dulu tidak menyukainya hanya karena Aditama, mendiang suaminya yang juga papa angkat Ara begitu menyayangi Ara seperti anak kandung, keluarga Aditama mengangkat Ara di sebuah panti dimana dulu Aditama yang notabene adalah donatur tetap di panti tersebut senang dengan Ara karena sifatnya yang penyayang dan juga manis.
Dian dan Aditama sebenarnya memiliki seorang anak, Regina Innara, usianya lima tahun diatas Ara, karena kesibukannya di luar negeri mengembangkan bisnis keluarga membuatnya jarang dirumah dan membutuhkan sosok seorang anak, namun sayangnya Dian tak menyetujui namun apa daya karena Aditama begitu menyukainya maka setuju ataupun tidak setuju Aditama tetap mengangkat Ara menjadi anak dan itulah awal mula Dian tidak menyukai Ara.
“ Kamu lihat wajah saya bercanda? Untuk apa juga saya mempertahankan kamu, suami saya yang begitu menyayangimu sudah tidak ada, dan saya juga sudah muak sama sikap sok manis kamu.”
“ Tahu, lagian tahu diri dong udah numpang nyusahin lagi.” Ucap Regina yang datang dari Belanda sejak tiga hari lalu, saat papanya dinyatakan kolaps dan kebetulan Regina memang ada rencana untuk kembali ke Indonesia karena ada pekerjaan sehingga momennya begitu pas. Regina dan Dian memang 11:12 yaitu sama-sama tidak menyukai Ara.
“ Lalu a…aku harus tinggal dimana?” Ara yang masih syok berkata seperti itu membuat Regina dan Dian berdecih.
“ Emang urusan saya, sana pergi.”
Dian menarik tangan Ara dengan paksa menuju keluar sedangkan Regina membawa tas yang berisi baju dan beberapa barang milik Ara yang dirinya masukkan ke dalamnya secara asal.
Ara dihempaskan ke lantai bersamaan dengan barang-barang yang Regina bawa, pintu ditutup dengan keras, Ara yang masih syok mencoba mengetuk pintu dan meminta bantuan untuk dibuka oleh Dian namun nihil sebesar apapun tangisan dan teriakan Ara tetap saja keduanya tak ada yang mau membukakan pintu untuknya.
Ara mencoba menghubungi Alen, sahabat yang dimilikinya saat ini namun pada panggilan ketiga tidak diangkat, akhirnya Ara mencoba menghubungi Sita, teman wanita yang dimilikinya di kampus.
“ Halo, Ra kenapa?” Ucap Sita diseberang sana.
“ Sita.. tolong aku bisa aku ke kost kamu?”
“ Oke, gw ada di Kost.”
Ara menutup panggilan dan mengambil barang yang berserakan di sebelahnya, memasukkan kedalam tas dan pergi menuju kost Sita.
Sesampainya di kost Sita, Ara menangis sejadi-jadinya dan menceritakan semua yang dialaminya tanpa ada yang ditutupi.
“ Lalu, mengenai biaya semester bagaimana? Waktunya tinggal satu minggu lagi kan?”
Ara menghela nafas, ia menatap kosong ke depan, “ Aku juga lagi mikirin itu sebenarnya, masa iya aku harus cuti dulu sudah tinggal satu tahun lagi bakal sayang banget.”
“ Bener, cuti juga harus bayar uang cuti kan.”
Sita juga bukan anak orang kaya, dirinya bekerja untuk menyambung hidup, dibuang oleh keluarga sendiri karena suatu alasan membuat Sita harus berdiri dikakinya sendiri.
“ Gw juga pengen bantu, tapi lo tahu kan kalo kita juga sebelas dua belas? Uang yang kemaren gw dapet baru aja buat bayar semesteran.”
Ara tersenyum, sangat bahagia ada yang perhatian dengannya.
“ Nggak, aku kesini hanya untuk tinggal sementara saja disini sambil berpikir bagaimana caranya dapat uang cepat untuk bayar semesteran apalagi jangka waktunya tinggal satu minggu lagi.”
Sita nampak berpikir, haruskah ia beritahu saja pekerjaan apa yang selama ini dirinya lakoni, tapi apakah nantinya Ara akan menatapnya seperti sampah?
“ Ra, sebenarnya ada cara cepat untuk dapat bayar semesteran tapi ini agak beresiko.”
“ Beresiko? Pekerjaan apa itu?” Tanya Ara yang masih tak mengerti dengan yang dimaksud oleh Sita.
“ Iya dan sebenarnya itulah pekerjaan gw, tapi gw harap lo nggak memandang gw jijik ya.” Dan tak ada yang dapat dilakukan Ara selain menganggukan kepalanya.
“ Jadi sebenarnya kerjaan gw adalah jadi sugar baby.”
Ara diam mematung, mendengarkan kisah Sita yang baru ini dirinya ketahui, entah memang hanya Aranya saja yang tidak mau tahu tentang orang lain atau memang Sita-nya saja yang terlalu rapi menyembunyikannya, tapi memang tak menampik jika Ara begitu terkejut dengan yang dikatakan oleh Sita.
Meski Ara polos, bukan Ara tidak tahu apa itu sugar baby, hanya saja dia belum pernah menemukan pelaku pekerja tersebut secara langsung, di dunia perkampusan hal seperti ini sebenarnya sudahlah lumrah yaitu menjadi simpanan atau menjadi ayam kampus.
“ Cuma itu satu-satunya cara supaya bisa dapat uang dengan cepat.”
Ara meminta waktu untuk berpikir sambil mengistirahatkan badannya yang sudah begitu lelah, kehilangan papa dan keluarga secara bersamaan cukup menguras emosinya, dan Sita memberi ruang untuk Ara agar mengistirahatkan badannya.
-
Alen saat ini sedang bersama kekasihnya, memang sejak Ara datang sekitar sepuluh tahun lalu Alen adalah orang pertama yang menjadi temannya dan itu saat keduanya bersekolah di bangku kelas lima sekolah dasar, dimasukan disekolah yang sama dan tinggal dilingkungan yang sama membuat keduanya akhirnya dekat dan menjadi sahabat.
Ara yang introvert dan Alen yang sedikit petakilan saling mengisi satu sama lain.
“ Aku nggak suka kamu terlalu dekat dan Ara, aku ini kekasih kamu harusnya kamu lebih banyak waktu sama aku daripada sama Ara, dia hanya sahabat kamu kan, harusnya dia tahu kalau kamu itu punya pacar jomblo sih.”
Alen kesal dengan perkataan Shandy, kekasihnya yang baru dua bulan ini dipacarinya, dia kira sifat Shandy seperti Ara namun rupanya baru keluar sifat aslinya.
“ Jadi ini sifat asli kamu? Aku kira kamu bakal terima kehadiran Ara! Ternyata..”
Alen pergi meninggalkan Shandy yang terus memanggil nama Alen, “ Alen.. Alen kamu mau kemana? Kenapa kamu malah tinggalin aku sih?” Shandy menghentak-hentakan kakinya ke lantai karena kesal ditinggal Alen pergi.
Alen melangkah sekitar delapan Langkah dan berhenti sejenak tanpa menoleh kebelakang, “ Mulai detik ini kita putus.”
Shandy yang mendengar kata putus pun terkejut, dia tak menyangka niat untuk menyuruh sang kekasih agar menjaga jarak sedikit dengan Ara malah berakhir putus, dulu memang Alen pernah bilang kepada Shandy maupun siapapun yang akan menjadi kekasihnya untuk menerima keberadaan Ara disisinya tanpa keberatan dan meskipun awalnya berkata ya, namun hanya bertahan singkat karena selanjutnya mereka keberatan dengan keberadaan Ara dan berakhir diputusin oleh Alen.
Shandy berdiri menghampiri Alen dengan cepat dan menarik tangan Alen, “ Alen kamu nggak serius kan dengan ucapan kamu barusan.”
“ Kenapa? Lo gak suka keberadaan Ara dan itu artinya lo melanggar kesepakatan awal.” Alen berlalu setelah mengatakan hal tersebut namun Shandy masih berusaha menghampiri Alen, “ Tapi waktu kamu terlalu banyak buat Ara, apa aku salah?”
“ Ya, Lo salah, sejak awal gw udah bilang kalau Ara adalah sahabat gw dan dia jauh lebih penting dari gw, dan lo setuju tapi apa ini? Lo seolah lupa sama yang kita sepakati diawal kan? Jadi so lebih baik kita udahan.”
Alen melangkahkan kakinya kembali dan Shandy yang sudah kehabisan tenaga untuk menghampiri Alen hanya mampu berteriak,
“ Alen brengsek.”
To be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
good
2024-01-21
0
Wiek Soen
lanjut
2023-08-02
0
վմղíα | HV💕
KK yunia hadir, sabar ya ara
2023-05-31
1