Dewa memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil Papanya . Kembali dia menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya .
Apa yang dikatakan Tama memang benar , kalau dirinya tidak membicarakan masalah ini kepada papa nya , Dewa tidak tahu apa yang akan terjadi kepada dirinya nanti .
Dengan jantung berdebar , Dewa membuka pintu Mobil Aston Martin Vantage Coupe milik pribadinya . Dengan mengatur nafasnya , Dewa menutup kembali pintu mobilnya , dan berjalan menyusuri rumah sakit pribadi milik keluarganya .
" Malam Tuan Dewa ". Tanya satpam yang sedang berjalan .
" Malam Pak " . Dengan irit Dewa berbicara .
Satpam yang bernama Iman pun sudah tidak aneh lagi jika menyapa Anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja .
Dewa berjalan menuju tempat dimana Papanya berada , Ben yang baru saja sampai meneguk salivanya saat dirinya melihat mobil milik Tuan Mudanya . " Bisa perang dunia ini ". Dengan segera Ben berlari melewati beberapa orang dengan berlari .
Dewa yang sudah sampai loby rumah sakit pun sedikit mendapat perhatian khusus , pasalnya dirinya memang jarang kemari . Dewa berjalan dengan angkuhnya dan menulikan pendengarannya saat kaun hawa memuji dirinya .
Dewa telah sampai didepan lift dan segera menekan tombol pintu untuk menutupnya .
Ben yang berada dibelakangnya mengumpat , ketika pintu lift itu tertutup . " Sial " . Ben tidak akan membiarkan ini semua terjadi . Dengan segera Ben menaiki tangga darurat yang terletak tidak jauh dari lift tersebut .
Tinggg ....
Pintu lift berbunyi dan dengan segera Dewa keluar dari dalam lift . Jantungnya semakin beradu cepat , manakala akan tiba menemui Papanya . Selama ini dirinya tidak pernah bertemu dengan Ravendra , jadi wajar saja jika Dewa gugup setengah mati .
Ben yang sedang berlari menaiki anak tangga pun tak kalah cepat , dia tidak ingin amukan Ravendra akan membunuh Anaknya sendiri . Ben sangat tahu persis bagaimana sifat Ravendra .
Dewa yang sudah sampai didepan ruang rawat VVIP , segera membuka pintu kamar tersebut . Dewa sempat berfikir , sedang apa Papanya disini dan di jam seperti ini . Apakah ada kerabat atau klien Papanya yang dirawat disini ? .
Ravendra menoleh saat pintu kamar Acha dibuka , dilihatnya sang Anak yang selama lima tahun ini tidak pernah bertegur sapa . Rindu , ya Ravendra sangat rindu akan Dewa , Anak tunggalnya dengan Sherin .
Dengan berdebar Dewa berjalan kearah Ravendra , diliriknya ranjang pasien yang berisikan Wanita sedang berbaring .
Ravendra berdiri menyambut Anaknya yang sudah datang . " Ada apa Wa , tiba-tiba kamu meminta ketemuan sama Papa ? Mau meminta restu untuk pernikahan diam-diam kamu dengan J***ng itu ? Jangan bermimpi ". Ucap Ravendra dengan tegas .
Dewa menghela nafasnya . " Bukan Pa , bukan itu yang ingin Dewa bahas dengan Papa . Bisa kita bicara di luar Pa ? " . Tanya Dewa dengan pelan .
Ravendra berjalan dahulu melewati Dewa yang masih diam mematung . Dan Dewa pun mengikuti Papanya yang berjalan dengan berada dibelakangnya .
Setelah mereka sampai diluar , Dewa memilih duduk di kursi tunggu dekat kamar pasien tersebut . Ravendra yang masih setia berdiri pun , ikut duduk dengan Dewa .
" To the point aja Wa , untuk apa kamu datang menemui Papa ". Sambil bersedekap tangannya didada Ravendra berkata .
" Dewa .. Dewa habis menabrak orang Pa , dijalan tadi ".
Ravendra duduk dengan tegak saat mendengar itu . " Dimana kamu menabraknya Wa ? " . Kembali Ravendra berucap .
" Dewa lupa Pa , lokasinya dimana ".
" Kamu Minum ? Sampai tidak ingat nama jalannya ? ".
Dewa menganggukan kepalanya pelan-pelan . " Iiiya Pa , Dewa tersulut emosi , saat melihat Renata pemotretan dengan lawan jenisnya . Lalu dewa minum di tempat biasa , tanpa sadar Dewa membawa mobil dengan kecepatan tinggi dan menabrak sepasang Suami dan Istri dijalan tersebut ". Ucap Dewa kepada Ravendra .
Ravendra yang mendengar itu langsung berdiri dihadapan sang anak .
" Apa tadi kamu bilang Wa ? Menabrak sepasang Suami dan Istri ? Iya ? ". Dengan nafas menderu Ravendra berucap . Fikirannya liar kemana mana , apa yang diucapkan Dewa membuat jantungnya beradu cepat . ' Tidak , ini tidak mungkin terjadi pasti bukan Dewa pelakunya ' . Ucap Ravendra dalam hati .
" Iya Pa , Dewa ingin menolongnya . Tetapi saat akan turun dari mobil , Dewa mendengar seorang Perempuan berteriak tepat tidak jauh dari mobil yang Dewa kemudikan . Lantas , nyali Dewa menciut mendengar teriakannya Pa . Lalu Dewa langsung pergi dari tempat kejadian tersebut ".
Ravendra yang sudah tahu kejadiannya pun langsung menarik kerah baju Dewa . Dewa yang merasakan kerah bajunya ditarik pun kaget luar biasa .
" Pa , apa-apaan ini . Kenapa Papa begini , lepasin Pa ".
" Kamu tahu siapa yang kamu tabrak itu Wa ? ". Dengan nafas yang naik turun Ravendra berucap .
Dewa pun yang mendapat pertanyaan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya .
" Tidak Pa , Dewa tidak tahu " . Dengan terbata Dewa menjawab .
Terpancar kilatan kemarahan dari mata dan wajah Ravendra saat ini . Dewa yang berada dihadapannya pun , hanya bisa menelan salivanya .
Ditariknya kerah baju Dewa . " B*****an kamu Wa , Pengecut ". Dengan cepat Ravendra menonjok wajah Dewa dengan keras .
Dewa yang mendapatkan serangan itu pun langsung terjatuh kebelakang . Darah segar mengalir dari sudut bibirnya .
" Pa , kenapa Dewa dipukul ? Apa salah Dewa ? ".
" Kamu tanya saat ini kesalahan kamu apa ? Kamu telah menabrak orang yang selama puluhan tahun ini Papa cari-cari Wa . Yang kamu maksud telah menabrak sepasang Suami Istri tersebut adalah Sahabat lama Papa . Mereka yang kamu tabrak sampai meninggal saat itu juga Wa , B****b kamu Wa ". Dengan nafas terengah Ravendra berucap dihadapan Dewa .
Dewa yang mendengar itupun mendadak menjadi tegang . Bagaimana bisa dirinya menabrak sahabat lama Papanya . Ini semua diluar kendali Dewa .
" Pa , Dewa minta maaf . Dewa bersumpah berniat membantu saat itu juga tetapi mendengar teriakan itu , kembali nyali Dewa menciut ".
Ravendra kembali mencengkram kerah baju Dewa . " Kamu lihat , perempuan yang terbaring lemah didalam tadi ? Dia , Dia adalah anak dari sepasang Suami dan Istri yang kamu tabrak sampai meninggal Wa ".
Badan Dewa menegang mendengarnya .
Ben yang sudah sampai pun kembali berlari menuju lorong rumah sakit tempat Dewan dan Ravendra akan bertemu . Dirinya tidak boleh terlambat sedikitpun . Dengan nafas yang tak beraturan , Ben berlari secepat mungkin .
Dilihatnya dari kejauhan , sang Bos telah mencengkram kerah baju Tuan Mudanya . Dengan segera Ben mendekatinya . " Tuan , jangan seperti ini , Tuan Dewa bisa mati ditangan Anda Tuan ". Ucap Ben yang sudah berada disamping Ravendra .
" Biarkan Ben , biarkan saja dia mati . Dia terlalu pengecut sebagai seorang laki-laki . Kamu diam ditempat jangan sampai kamu kena amukan saya kali ini Ben . Diam dan jangan ikut campur ". Tegas Ravendra berucap .
Dewa yang masih dalam cengkaraman Papanya pun tidak bisa mengelak lagi . Dirinya akan benar-benar dihabisi malam ini oleh sang Papa .
" Kenapa diam Wa ? Kamu kaget ".
" Pa , maafin Dewa . Ini semua musibah ".
" Memang musibah Wa , tetapi jika kamu tidak meninggalkan mereka berdua terkapar dijalan . Tidak akan mungkin Hadi dan Istrinya akan meninggal saat itu juga Wa . Mereka telah kehabisan darah akibat kamu tabrak . Kamu seorang pembunuh Dewa ". Ucapan Ravendra menusuk jantungnya .
Tidak , Dewa bukan seorang pembunuh . Ini murni kecelakaan .
Shiren yang ditelfon Ben pun berlari dengan cepat saat melihat anak kesayangannya berada dalam cengkraman sang Suami .
" Papa , Dewa " . Teriak Shiren
Dewa dan Ravendra pun menoleh saat namanya dipanggil .
Ben menundukan kepalanya saat ditatap tajam oleh sang Bos . Ya , Ben lah yang menghubungi Shiren untuk segera datang kerumah sakit . Jika tidak Ben tidak tahu bagaimana nasib Tuan Mudanya saat ini .
" Pa , apa-apaan ini ? ". Shiren mendekat dan betapa terkejutnya saat dirinya melihat wajah Dewa luka dan darah segar masih terus mengalir disudut bibirnya .
" Tanya sama anak kesayangan kamu ini ". Dengan melepaskan kerah baju Dewa Ravendra berucap . Sebelum kepergiannya dengan gerakan cepat , Ravendra menendang perut Dewa hingga tersungkur kebelakang .
" Papa " . Shiren kembali berteriak dan segera mendekat untuk membantu Dewa .
" Urusan kita belum selesai Wa ". Ingat itu
Dengan cepat Ravendra meninggalkan Dewa dengan Istrinya . Dia tidak yakin akan bisa meredam emosinya di hadapan Shiren sang Istri tercinta .
Ravendra menyugar rambutnya kebelakang . Bagaimana dirinya akan menjelaskan siapa pelaku yang telah menabrak Hadi dan Istrinya itu . Bagaimana mungkin Ravendra berkata jujur jika yang menabrak adalah anak tunggalnya sendiri . Pasti Acha akan sangat terluka jika mengetahuinya .
" Bagaimana aku menjelaskannya Ya Tuhan ". Ucap Ravendra sembari terus berjalan entah kemana .
Bersambung . . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments