Lulus

Di sekolah, semua teman-teman Alena ramai membicarakan perihal acara perpisahan. Alena mengetahui tentang rencana perpisahan angkatannya yang akan di laksanakan di sebuah tempat liburan, namun Alena belum turut menanyakan informasi selengkapnya.

"Len. Jadi ikut, kan?" Tanya Rahma.

"Emm. Semoga jadi, Kamu udah ada kebaya?" Tanya Alena.

"Ada. Aku sewa di tempat wedding pernikahan gitu," jawab Rahma.

"Wah, kalau sewa gitu pasti bisa milih, ya? Berapa harga sewanya?" Tanya Alena yang sudab membayangkan bagaimana bagusnya kebaya yang di pakai Rahma nanti di acara perpisahan.

"Bagus, kebetulan dapat yang ukurannya pas. Harganya lumayan sih, 150ribu. Kamu udah ada?" Tanya Rahma.

Alena terdiam sejenak, "kata Ibu sih ada di tempat jahit Bapak dulu, kalau roknya bekas Nenek Aku. Semoga cukup, dan masih layak pakai." Alena mencoba untuk berbesar hati karena tak bisa menyewa kebaya seperti kebanyakan teman-temannya.

"Oh, pasti baguslah kebaya buatan Bapak Kamu, mah. Secara Bapak Kamu kan jago jahit," ucap Rahma, yang ikut merasakan kegelisahan Alena.

"Iya." Alena senang bisa mendapatkan sahabat seperti Rahma yang selalu mengerti perasaanya.

Sore itu, sepulang sekolah. Alena mendatangi kembali rumah lamanya. Lena membuka tempat jahit dimana Ayahnya dulu bekerja, tak sempat mencari, Alena sudah melihat sebuah baju kebaya tergantung di lemari pakaian.

"Wah, ini kayaknya kebaya yang Ibu maksud. Bagus warnanya, gak mencolok." Alena segera mengambil baju itu, dan membawanya ke rumah.

Di rumah Alena segera mencoba kebaya itu, beruntungnya kebaya itu pas di pakai di badan Alena.

"Alhamdulillah, pas. Sekarang tinggal Aku cuci, terus ke rumah Ibu buat ambil roknya."

Selesai mencuci, Alena pergi ke rumah Ibunya dan rok yang di berikan pun ternyata cukup di pakai oleh Alena. Alena merasa bersyukur, karena keperluannya untuk acara perpisahan di lancarkan oleh Tuhan. Kini Alena tak merasa khawatir lagi, Ia sudah tenang dan tak sabar untuk segera mengikuti acara kelulusan sekaligus perpisahan itu.

***

Beberapa hari berlalu, tiba saatnya di acara perpisahan. Pukul empat dini hari, Alena sudah bangun dan bersiap untuk pergi ke tempat dimana setiap bus terparkir yang telah di sesuaikan dengan jarak antar rumah siswa.

Setelah shalat subuh, Alena bergegas berpamitan pada Bibinya.

"Bi. Lena mau pergi ke sekolah, hari ini perpisahan. Tapi tempat perpisahannya gak di sekolah, tapi di..."

"Oh, iya ini bekalnya. Bibi udah kesiangan nih ke pasar, Kamu lancar ya perpisahannya. Kalau udah beres langsung pulang!" Pinta Bi Ai yang memang terlihat terburu-buru hendak berangkat ke pasar.

"Oh, iya, Bi." Alena menatap uang yang di berikan oleh Bibinya.

"Cukup, gak ya? Ah, pasti cukup. Kan kata Rahma, disana nanti di kasih makan. Jadi gak usah jajan," ucap Alena yang di beri bekal sepuluh ribu.

Alena berjalan dengan cepat menuju rumah Ibunya, Ia bermaksud untuk meminta doa dan berpamitan.

"Bu. Alena mau ke sekolah, hari ini kelulusan dan perpisahan." Alena menuturkan.

"Iya. Ini, Ibu cuma ada uang dua puluh ribu. Cukup?" Tanya Ibu Alena.

"Gak usah, Bu. Alena ada kok uang, ini simpan aja, buat bekal Adek sekolah. Alena berangkat sekarang, ya. Soalnya busnya udah nunggu, takut ketinggalan." Alena hendak beranjak namun kembali terhenti karena pertanyaan ibunya.

"Naik apa?" Tanya Ibu Alena.

"Biasa jalan dulu ke jalan besar, terus naik angkot." Alena menjawab.

"Takut kesiangan, Kamu di antar sama Om Uus aja, ya?" Tanya Ibu Alena.

"Emang gak merepotkan, Bu?" Tanya Alena.

"Nggak. Udah Kamu tunggu di luar Ibu panggilkan Om Uus dulu!" Pinta Ibu Alena.

Alena mengangguk, dan menunggu. Setelah itu, Om Uus sudah siap mengantarnya.

"Yuk, Len." Om Uus mengajak Alena.

"Iya." Alena pun berpamitan, dan segera pergi ke tempat parkir bus dengan di antar oleh Om Uus.

Sesampainya di tempat parkir, Alena segera turun dari motor dan naik ke dalam bus.

Saat hendak duduk, Alena ternyata satu bus dengan Ezra.

Ezra memintanya duduk berdampingan, namun Alena memilih untuk duduk bersama Rahma.

Semua penumpang sudah hadir, dan bus pun segera berangkat ke tempat tujuan.

Semua siswa siswi tampak senang, dan tak sabar untuk segera sampai di tempat bermain itu.

Alena mendengar ponselnya berbunyi, Ia pun membuka pesan yang masuk ke ponselnya.

"Nanti disana, jalan bareng sama Aku, ya. Naik semua wahana bareng Aku," tulis Ezra.

Alena tersenyum, Ia membalas pesab Ezra.

"Iya." Alena membalas dengan singkat.

Ini mungkin hari dimana Alena akan menghabiskan waktu dengan Ezra, selepas perpisahan sekolah Alena dan Ezra mungkin akan sibuk dengan urusan masing-masing. Alena yakin kalau Ezra akan melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahan, sedangkan Alena sendiri, Ia sudah memantapkan diri untuk mencari pekerjaan agar dapat segera hidup mandiri dan tak membebani siapapun lagi.

Sesampainya di tempat bermain, semua di minta untuk masuk ke dalam sebuah aula. Disana di umumkan bahwa semua siswa dan siswi lulus seratus persen, semua bersorak. Namun ada yang membuat Alena menangis, ketika pembacaan kelulusan.

"Pak. Lena lulus," ucap Alena dengan lirih.

Rahma yang duduk di samping Alena, mendengar ucapan Alena. Ia segera memeluk erat sahabatnya itu, dan memberi kekuatan agar Alena dapat segera tenang.

Ezra terlihat menatap ke arah Alena, Ia pun merasa sedih melihat Alena yang menangis mengingat ayahnya.

Selesai pengumuman kelulusan, semua siswa dan siswi di perbolehkan untuk menikmati setiap wahana yang ada di tempat bermain itu.

Alena dan semua teman-temannya pergi ke kamar mandi, untuk berganti pakaian. Memakai kebaya, tak semudah yang Alena bayangkan. Ia seakan tak kuat, untuk segera mengganti pakaiannya.

Setelah mengganti pakaiannya, Alena keluar dari kamar ganti dan melihat Ezra yang sudah menunggunya.

"Yuk, Kita main itu!" Tunjuk Ezra ke sebuah wahana yang lumayan ekstrim.

"Serius mau naik itu? Takut, Zra." Alena bergidig melihat ketinggian wahana yang di sarankan oleh Ezra.

"Gak apa-apa, kok. Ada Aku! Ayo!" Ajak Ezra dan keduanya pun mengantri untuk menaiki wahana ekstrim itu.

Ezra dan Alena sudah duduk di wahana, dan Mereka juga semua yang akan menaiki wahana di minta untuk bersiap. Wahana mulai bekerja, dan mengangkat kursi dengan ketinggian kurang lebih lima meter.

"Ya Allah, Zra. Takut!" Seru Alena.

"Pokoknya kalau nanti pas di jatuhin ke bawah, Kamu teriak sekencang mungkin!" Saran Ezra.

"Iya." Alena bersiap, dan tak lama wahan itu pun menjatuhkan kursi penumpangnya semua sontak berteriak karena terkejut.

"Aargghhhh!" Terdengar teriakan yang sangat kencang.

"Alena, teriak!" Ezra berteriak meminta Alena untuk mengekspresikan dirinya ketika wahana itu naik turun menggoncang jantung Mereka semua.

Terdengar suara teriakan kembali, saat wahana itu naik turun berkali-kali.

Setelah wahana itu berhenti, Alena dan Ezra bergegas turun dan mencari tempat duduk dengan kaki yang masih bergetar.

"Duh, gemetaran banget kaki Aku." Alena merasa lemas.

Ezra hanya tertawa, melihat raut wajah Alena yang tampak pucat.

"Aku gak mau ah naik yang ekstrim lagi, naik yang aman aja!" Pinta Alena.

"Ya udah, deh. Emm, Kita masuk ke sana, yuk!" Ajak Ezra, menunjuk pada sebuah wisata rumah hantu.

"Dih. Kok ke rumah hantu?" Tanya Alena yang memang seorang penakut.

"Len. Kapan lagi Kita kesini, mumpung gratis, kan. Kita cobain semua permainan!" Seru Ezra.

Ucapan Ezra ada benarnya juga, lagipula Alena ingin menikmati waktu bersama Ezra yang dimana mungkin tak akan terulang lagi.

"Ya udah, deh." Akhirnya Alena setuju, keduanyapun masuk ke sebuah rumah hantu, Mereka memasuki dan mengelilingi rumah hantu menggunakan kereta yang di sediakan.

Permainan demi permainan keduanya jajaki, sampai akhirnya keduanya merasa lelah dan memilih menonton pertunjukan yang pada saat itu akan di mulai.

"Seneng gak hari ini?" Tanya Ezra. Keduanya tampak duduk di sebuah kursi kayu, menghadap panggung.

Alena mengangguk, Ia tak dapat membohongi dirinya bahwa hari inu Ia sangat bahagia.

"Seneng banget, seru!" Jawab Alena.

Ezra tampak menatap Alena dengan tulus, namun Alena tak menyadarinya. Ezra pun tak mengeluarkan kamernya, dan meminta Alena untuk berfoto dengannya. Alena tak menolak, Mereka mengambil beberapa gambar. Bahkan tanpa sepengetahuan Alena, Ezra memposting foto bersama Alena di sosial medianya dengan tulisan yang romantis.

Setelah puas, waktunya semua untuk kembali pulang. Jam menunjukkan pukul lima sore, dan panitia meminta semua siswa untuk masuk ke dalam bus masing-masing. Setelah semua berada di dalam bus, Mereka pun meninggalkan tempat itu dengan penuh kenangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!