Brakk!!
Ceklek!!
"Aku pulang Bu!" Nino yang baru saja pulang langsung menanggalkan tas nya dan terlentang berbaring di bawah kipas angin ruang tengah.
Panas yang terik membuat tubuhnya gerah kepanasan.Terlebih lagi harus mengayuh sepeda federal,membuat nafas nya terengah-engah.
Botol air yang selalu Ibunya bawakan sudah tandas saat di sekolah tadi.Hanya bisa meneguk air liur nya saja saat dari sekolah hingga sampai ke rumah.
Ekonomi lah yang lagi-lagi membuat keluarga mereka harus berhemat.
Suara krann dari air mineral mengalir deras.Hanya mengulurkan tangan nya saja Nino dapat melakukan itu.
Dahaganya sudah sedikit reda.Segelas air menyiram kerongkongan nya yang tadi sangat kering.
Kaki nya melangkah ke kamar,dan menyeret tas yang tadi di gunakan sebagai alas rebahan.Melewati kamar Orang tua nya Nino mengintip Ibunya yang sedang berdiri di depan lemari dan membaca selembar kertas,yang dia ketahui di ambil dari file peninggalan kakek nya.
Perhatian nya tidak fokus kesana karena tubuhnya sangat ingin bertumpu di kasur miliknya.Nino pun melangkah kan kaki,melanjutkan tujuan.
.
.
.
Beberapa jam kemudian.
Ceklek!
"Assalamualaikum Bu!" Kakinya melepas sepatu dengan menginjak bagian tumit masing-masing.
Wanita parubaya itu langsung menyahut suara seseorang yang di cintai nya hingga kini,menua bersama.
"Walaikum salam yah" Diraih nya tangan pria itu kemudian menyalimi takzim.
"Nino sudah pulang Bu?"
"Sudah,ada dikamar."
"Lavina juga sudah pulang?"
"Belum,Dia biasanya akan pulang menjelang petang"
Mendadak wajah istrinya berubah,menunduk,dan memanyunkan bibir nya.Tangan nya diremas remas sendiri karena ragu.
"Kenapa Bu?"
"Ehmmm...Lebih baik ayah membersihkan diri dulu,dan istirahat.Ibu buatkan teh ya?"
Suami nya pun mengangguk,berjalan.Tangan nya membuka kancing lengan kemeja nya.Menuju kamar mandi di sebelah dapur itu.
Sementara itu, wanita itu membuat teh dan membawa nya di ruang tamu.Berjalan ke kamar mengambil selembar kertas dari lemari dan kembali lagi ke sofa ruang tamu untuk menunggu sang suami bersiap setelah mandi.
.
.
.
Setelah mandi,dan berganti baju,mengetahui istrinya menunggu di depan.Ia pun menghampirinya.
"Ini apa Bu?" Di raihnya kertas itu.Ayah Pras mengambil kertas itu dari meja dan membaca perlahan dengan teliti.
Istrinya menunggu komentar.
"Bagaimana yah?"
"Ini wasiat papah?Sejak kapan?kenapa aku baru mengetahui nya?"
Istrinya pun menghembuskan nafas,wajah lesu.Ternyata jawaban nya sama dengan dirinya,Dia juga baru tahu itu setelah kedatangan Kakek Candra pagi tadi.
"Itu disebelah kiri bawah ada tanggal nya.Itu juga di tulis oleh papah,itu tulisan papah.Lihat saja,itu tulisan jaman dulu kan yah?"
Tidak di pungkiri memang tulisan latin tegak bersambung yang sangat indah dan rapih,dan lagi tulisan itu tidak menggunakan pena yang biasa,melainkan pena yang runcing.
Tulisan seperti ini biasa digunakan oleh orang-orang terdahulu jika menurut Ibu Lestari,Anak perempuan satu-satunya William.
"Lalu maksut nya apa Bu?" Ternyata Pras belum paham juga maksut dari isi surat wasiat itu.
"Kakek Candra kemari pagi tadi"
Pras pun mengerutkan keningnya.
Kakek Candra?Seperti nya barubaku membaca nama itu.
Pras pun meneliti nama tanda tangan,di sebelah nama mertua nya.
CANDRA
"Beliau kemari tadi pagi?"
Tari pun mengangguk.
"Dari dulu kakek Candra tahu alamat ini.Beliau tadinya ingin menemui Papah Willi,tapi sayang papah Willi sudah tidak ada,dan beliau sama sekali tidak tahu_"
"_Kakek Candra menagih"
"Papah punya hutang kepadanya Bu?"
Belum juga selesai berbicara tapi suaminya sudah memotong.
"Kakek Candra tidak pernah perhitungan dengan Papah.Kakek Candra menagih janji papah kepada nya.Untuk menjodohkan Cucunya dengan Cucu papah" Saking gemasnya,Lestari berbicara panjang lebar dengan cepat dan lugas.
"Hah,Maksutnya Bu?Beliau ingin menikahkan cucunya dengan salah satu anak kita?"
Lestari mengangguk.
"Siapa?Anak kita masih kecil Bu"
"Bukan Nino,cucu nya Laki-laki.Berarti Lavina"
Keduanya bingung seketika,pasalnya membujuk Lavina itu susah.Cita-citanya akan melanjutkan S2,program biasiswa di kampus sudah dia ikuti semua.
Cerdas, pintar membuat dirinya gila belajar.Memang dirinya menjalin kasih dengan teman sejurusan juga,tapi kekasihnya sangat pengertian dan sama gila nya untuk belajar.
Tanpa mereka tahu,di sebalik tembok anak laki-lakinya mendengar pembicaraan kedua orang tua itu.
Meski masih baru kelas dua SMP tapi Nino tahu arah pembicaraan itu.Makin penasaran lah dia mendekati ke meja dan merebut kertas wasiat itu.
Pras dan Tari pun hanya melihat tanpa mengambil kertas.Nino membaca dari awal hingga keseluruhan surat wasiat itu.
"Ini beneran keluarga Candra Bu? Keluarga Candra teman dekat kakek William?Woah ternyata kakek hebat,punya sahabat seleb tapi tidak pernah bercerita."
Suara sepeda motor terdengar.Semua nya melihat ke arah pintu gerbang.Secepat kilat Ibu Lestari merebut kertas yang Nino pegang,melipat,dan menyembunyikan disebelah dudukannya.
"Sore Bu yah" Lavina melepas sepatunya melangkah ke dalam rumah,sebelum itu menyapa dulu kepada ayah dan ibunya.
"Tumben pada kumpul di sini ramean" Tangan nya mengambil biskuit di toples.
"Kak,kita sedang ber bicara tentang perj_" Mulut Nino di sekap oleh ayahnya,karena belum menemukan titik terang,terpaksa berita ini di rahasiakan terlebih dahulu dari Lavina.
Lavina mengerutkan dahinya.
"Apasih dek?
Ehm...ehm...ehhmmmm
Suara Nino kesusahan karena bibirnya di tutup telapak Pras.
"apasih yah,Bu?
"Bukan apa-apa nak,biasa Nino memang suka bocor mulutnya.Padahal lagi gibahin artis, kami ya yah?" Tari tersenyum kaku.
Merasa ada yang aneh,Lavina memutuskan untuk meninggalkan mereka dan menuju kamar.Mandi lalu mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya.
.
.
.
to be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apakah perjodohan ini akan memutus impian lavina?
2023-05-18
0