Mengetahui

Alan memicingkan matanya menatap gadis yang salah tingkah di depannya, gadis itu menunduk sesekali tersenyum mendongak dan merapikan rambutnya ke belakang telinga dan berusaha bersikap manis.

Kening sang gadis itu mengkerut saat melihat tangan Alan tiba- tiba terulur, pria itu baru saja mendatanginya di sebuah kafe, benar memang kekuatan teknologi memang hebat, Alan langsung tahu lokasinya lewat ponsel Amanda yang dia simpan.

"Eh?" Mina mendongak dan melihat Alan yang masih berdiri dan sepertinya tak ingin repot- repot untuk duduk.

"Kemarikan!" Satu kata yang membuat Mina tertegun untuk sesaat.

Seakan mengerti Mina merogoh tasnya lalu memberikan ponsel Amanda pada Alan.

Dengan tangan bergetar Mina kembali mengeluarkan kartu hitam milik Amanda dan meletakkannya di tangan Alan.

Alan menggeram dalam hati benar- benar Amanda minta di hukum!.

Alan berbalik setelah mendapat apa yang dia mau.

Mina berdiri dengan panik saat melihat Alan menjauh "Uncle Alan?" Alan menghentikan langkahnya "Ba.. bagaimana dengan barang- barangnya"

"Untuk mu, tentu saja itu tidak geratis" Alan melanjutkan langkahnya dengan seringaian di bibirnya, Amanda yang akan membayarnya. Mina makin bergetar saat mendengar suara dingin Alan.

"Te..terimakasih Uncle.." Mina tersenyum senang saat Alan sudah menjauh, tentu saja barang yang dia beli adalah barang- barang mahal dan Mina tidak mungkin rela jika Alan mengambil semuanya.

Beberapa saat berlalu barulah Mina termenung memikirkan apa yang baru saja terjadi, bagaimana Alan tiba- tiba sudah berada disana, rencananya adalah Alan menemukannya di jam 11 malam saat dia sudah berada di rumah, tapi ini baru pukul 10 malam, Mina mengerjapkan matanya apa rencana Amanda sudah terbaca oleh Alan? jika benar, habislah dia.

Amanda memasuki rumah dengan mengendap setelah menyogok penjaga dengan beberapa lembar uang Amanda bisa masuk dengan bebas melewati gerbang, tanpa Amanda tahu sang penjaga sudah menerima perintah dari Alan untuk membiarkan gadis itu masuk, dan Alan sedang melihat gadis itu sekarang mengendap seperti pencuri di rumahnya.

Alan bersedekap menatap gadis itu dari cctv di ruangan kerjanya, membiarkan gadis itu masuk dengan aman hingga memasuki kamarnya.

Amanda menghela nafasnya lega saat dia sudah berada di kamarnya dengan aman, dengan segera gadis itu merebahkan dirinya di atas kasur empuknya.

"Ah, senangnya rencananya berjalan lancar, lain kali aku akan melakukannya lagi.." Amanda tersenyum dan memejamkan matanya, lalu matanya tiba- tiba terbuka "Aku harus mandi sebelum Uncle Alan pulang dan bertanya tentang kepergianku tanpa supir."

Sepanjang kegiatan mandinya Amanda tak lepas tersenyum pengalaman pertamanya memasuki arena balap motor yang sering dia tonton lewat tayangan televisi kini bisa dia lihat sendiri.

Melihat betapa kerennya para pembalap liar itu membuatnya membayangkan ikut bertanding, Amanda bahkan berfikir untuk belajar naik motor agar bisa ikut bertanding bukankah tadi dia lihat ada juga pembalap wanita disana "Pasti akan keren" gumamnya.

Usai membersihkan diri Amanda kembali merebahkan dirinya di ranjang dan menunggu Alan pulang untuk menjawab pertanyaannya.

Semakin lama mata Amanda semakin menyipit, dia mengantuk, tapi Pamannya belum juga muncul untuk menginterogasinya, "Ck, apa dia pergi ke club, dia melarangku pergi, tapi dirinya sendiri pergi ke tempat itu... huaaah.." Amanda menguap "Aku mengantuk." lama menunggu Alan tak kunjung datang dan Amanda pun jatuh tertidur.

Amanda menuruni tangga dan berjalan riang kearah ruang makan, suasana hatinya sedang senang, merasa bahwa dia tidak ketahuan bahkan Uncle nya tak datang untuk bertanya semalam, Amanda merasa sudah menemukan trik baru untuk dia lakukan lagi nanti jika ingin lari.

"Pagi, Uncle.." Amanda menyapa Alan yang sudah rapi dan duduk di meja makan.

"Hmm.." Alan menyeruput kopinya tatapan matanya tak lepas dari layar ponselnya, hingga membuat Amanda mendengus dalam hati.

Amanda mendudukan dirinya lalu menyimpan buku perkuliahannya di sebelahnya "Kamu tidak akan kemana- mana hari ini!" Amanda membeku.

"Apa?"

"Aku sudah mengatakan pada dosenmu jika kamu sedang sakit.." Amanda mengerjapkan matanya tak percaya.

"Apa?" Alan meletakkan ponselnya lalu menatap Amanda.

"Setelah semalaman berkeliaran tentu kamu butuh istirahat." Amanda menelan ludahnya kasar, tatapan Alan memang tenang tapi biasanya pria itu semakin mengerikan saat terlihat tak punya amarah.

"Apa.. maksud Uncle..?" Amanda meremas tangannya di atas paha.

Alan berdehem " Tujuh puluh empat ribu, empat ratus, sembilan puluh dolar" Amanda semakin di buat bingung dengan perkataan Alan "Temanmu memakai uangmu, salah uangku.." Alan meralat ucapannya "...sebesar Tujuh puluh empat ribu, empat ratus, sembilan puluh dolar" untuk kedua kalinya Alan menekankan kata- katanya.

Amanda membelalakan matanya saat menyadari apa yang Alan maksud "Tidak masalah jika itu untuk kamu sendiri Amy, tapi tidak baik jika terlalu boros untuk orang lain."

"Kamu mencoba membodohi aku Amy...?"

"Ck..ck..ck.." Alan berdecak seraya menggelengkan kepalanya "Kamu salah besar.."

"Uncle.." Lidah Amanda terasa tercekat, bagaimana bisa unclenya tahu, apa Mina membocorkan rencananya, tapi mana mungkin Mina berani mengatakannya pada pamannya, kecuali pria itu tahu apa yang dia rencanakan.

"Untuk menggantikan semua uang itu kamu tidak boleh keluar rumah hingga orang tuamu pulang!."

"Apa?!" Amanda berteriak panik, sedangkan Alan sudah bangun dan merapikan jasnya bersiap untuk bekerja.

"Uncle, kau bercanda?" Amanda mengejar Alan dengan berlari kecil berusaha menyimbangi langkah besar sang paman.

"Uncle, aku harus kuliah.." Alan bergeming dan masih melanjutkan langkahnya "Bagaimana dengan kuliahku.." Amanda berkata sekali lagi.

"Sudah ku bilang, aku sudah meminta izin pada dosenmu, jadi tenang dan diamlah dirumah."

Amanda masih mengejar Alan hingga pria itu akan memasuki mobil Amanda segera menahan pintunya "Uncle, kau jangan keterlaluan!"

"Keterlaluan?, bagian mana aku yang keterlaluan?"

"Kau mengekangku!"

"Kau mencoba membohongiku!" Alan terkekeh sinis.

"Seharusnya kamu mengikuti peraturanku Amy, pikirkan kesalahanmu dan jangan mencoba untuk lari, aku sudah menambah jumlah pengawal dua kali lipat, jadi jangan berpikir untuk bisa lolos." Alan menyingkirkan Amanda yang masih linglung dengan mudah.

Amanda menatap mobil Alan dengan tangan terkepal erat, dia semakin membenci pria itu, Amanda membencinya hingga ke tulang, dada Amanda naik turun benar- benar marah. Saat Amanda berbalik dia begitu terkejut melihat para pria bertubuh besar berbaris dengan kepala menunduk, Alan benar - benar menambah jumlah pengawalnya.

"Minggir kalian!" bentaknya. Amanda menyentak keras kerumunan bodyguardnya lalu dengan perasaan dongkol memasuki rumah.

...

Kalau mau tahu berapa rupiah yang di habiskan Mina, cek google aja ya😅

Terpopuler

Comments

🌺°•▪︎MaMia Elf °▪︎•°🌈💦🌟

🌺°•▪︎MaMia Elf °▪︎•°🌈💦🌟

Waahhhh edaann 1 milyar lebih 🤦‍♀️
aji mumpungnya kebangetan nih Mina

2023-07-17

1

%ER%

%ER%

masih memantau sikap alan

2023-05-26

0

Mom Dee🥰🥰

Mom Dee🥰🥰

terimakasih up nya thor 🤗🤗

2023-05-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!