"Aku bertanggung jawab atas kamu saat orang tuamu menitipkanmu padaku!" Amanda mendengus sebal saat Alan lagi- lagi mengatakan hal yang sama.
Mommy dan Daddynya memang menitipkannya pada Alan pamannya, karena mereka sedang pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis sekaligus bulan madu entah yang keberapa kalinya dalam satu tahun ini.
Amanda rasa orang tuanya adalah pasangan paling romantis di dunia meski usia mereka tak muda lagi, setiap ada waktu senggang mereka selalu pergi untuk berbulan madu, Dan setiap mereka pergi, mereka selalu menitipkan Amanda pada Alan, tanpa mereka tahu Alan selalu berlaku menyebalkan dan melarangnya ini dan itu, ayolah dia sudah besar usianya sudah 19 tahun dan bisa mengurus dirinya sendiri, tapi Alan selalu melarangnya pergi tanpa pengawasannya atau pengawalnya, dilarang main ke club atau tempat karaoke dimana banyak pria hidung belang di sekitarnya, yang lebih parah Amanda bahkan dilarang pergi meski dengan teman- temannya.
Saat bersama Alan, Amanda selalu tertekan dan dimarahi oleh pamannya itu.
"Apa yang kamu kenakan ini Amy!" Amanda mendengus saat lagi- lagi dia di lempar kasar oleh Alan hingga kini dia tersungkur ke sofa, mereka baru saja tiba di rumah besar keluarga Barnes.
Alan mengemudi seperti kesetanan setelah menyeretnya dari Club malam hingga perjalanan yang harusnya di tempuh dalam waktu satu jam, bisa di tempuh dalam 30 menit saja.
"Kamu berpakaian seperti ja lang!" Alan menatap marah sedangkan Amanda mendengus geli, dia memakai rok mini sebatas paha lalu atasannya tanktop ketat menampilkan lekuk tubuh bagian dada yang menantang sempurna, apalagi jika dia mengangkat tangan ke atas dan berjoget di flor akan nampak terlihat kulit perutnya yang mulus, akibat kain itu tertarik ke atas.
Pakaian ini sangat cocok di pakai ke club memangnya kenapa? memang dia harus memakai apa?
Amanda memberengut dan bangun "Uncle kau berlebihan, aku bisa menjaga diriku sendiri, bagaimana bisa Mommy selalu meminta mu menjagaku.." Amanda berdiri menantang dengan tangan berkacak pinggang, dadanya membusung dengan mata memicing benci "Aku hanya menari, dan tidak mabuk.."
"Kamu membiarkan pria hidung belang itu mengerumuni mu!" Alan semakin frustasi entah bagaimana memberi tahu Amanda jika dia anak kecil yang belum tahu cara menjaga diri.
"Mereka hanya mengerumuni, dan tidak menyentuhku!" Amanda semakin berang dia tak mau kalah dengan pamannya itu, mana mungkin dia diam saja saat dia di lecehkan.
"Tidak kamu bilang!, kamu pikir jika tak ada kesempatan mereka akan melakukannya!" Alan mencengkram pundak Amanda dengan keras hingga Amanda meringis kesakitan, selalu seperti itu Alan selalu berlaku kasar jika dia tidak menurut padanya.
Alan mengerut tak suka, saat melihat Amanda menunduk dengan raut kesakitannya "Masuk ke kamarmu!" desisnya tajam sambil menyentak pundak Amanda hingga dia hampir terjatuh, dan Amanda yang tak ingin berdebat lagi memilih bangun dan menghentakkan kakinya pergi dari hadapan Alan.
Alan menghela nafasnya berulang kali melihat punggung Amanda menjauhinya.
"Sialan!" Alan berusaha menenangkan gejolak hatinya agar tidak bertindak lebih jauh lagi.
Amanda membanting pintu kamar dengan keras hingga membuat orang di sekitarnya berjengit, para pelayan yang mengintip ketakutan pertengkaran mereka mulai membubarkan diri, dengan saling berbisik.
"Kau lihat apa tuan Alan tidak terlalu kasar, pada keponakannya?"
"Ck, siapa suruh terus membantah.. kalau aku pasti akan menurut pada paman tampan sepertinya.." Pelayan itu mulai membayangkan bagaimana rasanya punya paman super tampan seperti majikannya "Aku akan menurut apalagi jika aku di berikan kartu hitam untuk tetap diam, dan hanya menghabiskan waktuku untuk belanja, tidak perlu club atau tempat semacamnya.. berlaku manis kepada pamanku, dan melakukan apapun yang dia perintahkan.."
Pelayan yang satu lagi mendengus geli "Kau membayangkan memiliki paman seperti tuan Alan atau kekasih.." Pelayan itu melanjutkan langkah kakinya mendahului pelayan yang kini terkekeh geli dengan bayangannya sendiri.
Semua pelayan sudah terbiasa dengan perdebatan antara keponakan dan pamannya itu, Tuan mereka yang keras dan dingin selalu saja memarahi keponakannya meski dengan hal kecil seperti saat Keponakannya itu memakai pakaian yang seksii misalnya.
Dan si keponakan selalu membantah dan membangkang tak peduli meski dia sudah dimarahi oleh si paman, baginya hidupnya adalah haknya dan Pamannya itu tak berhak mengurusinya, bahkan meski orang tuanya sendiri telah menitipkannya pada pria itu.
..
"Mom, kapan kalian pulang?" Amanda sedang merajuk dan menghubungi Airin sang Mommy.
"Daddy mu masih ada pekerjaan baby.."
"Tapi aku merindukan kalian.."
"Sungguh?" Amanda mengangguk, dia lupa jika sedang melakukan panggilan telepon, dan itu berarti Mommynya tak bisa melihatnya.
Airin terkekeh "Honey jangan terus membuat uncle mu marah.." Amanda mendengus.
"Dia yang selalu membuatku marah Mom.."
"Percayalah apa yang dia lakukan semua sudah di bicarakan dengan kami.."
"Oh, Mom.. biarkan aku bicara dengan Daddy.." Airin menoleh ke arah Alden yang sedang duduk bersandar di sandaran ranjang, lalu memberikan ponselnya.
"Ya, Honey..?"
"Dad, kau selalu bersamaku kan?"
"Tentu." Airin menggelengkan kepalanya saat melihat Alden tersenyum ke arahnya.
"Aku sungguh bisa menjaga diriku , tidak bisakah aku tinggal di Apartemen saja?"
"Untuk yang itu tidak bisa Honey!, tinggal sendirian tidak baik untukmu"
"Kalau begitu biarkan aku tetap tinggal di rumah kita, ada pelayan disana.."
"Tapi tidak ada yang mengawasimu, Daddy akan bicara pada Alan untuk tidak memarahimu lagi.."
Amanda menggigit jarinya "Tidak perlu, kau sama sekali tidak bersamaku." Amanda dengan kesal mematikan ponselnya, tak peduli meski dia sudah bersikap tidak sopan pada orang tuanya, dia benar- benar tertekan tinggal bersama paman sialannya itu, setiap hari ada saja yang Alan jadikan topik untuk memarahinya.
"Menyebalkan.."
...
"Kau lihat dia akan membenciku sekarang" Alden memberikan ponsel Airin.
"Tidak masalah saat pulang, kita akan membujuknya.."
"Ya, anak itu mulai dewasa dan mulai penasaran dengan kegiatan liar.." Airin terkekeh.
"Dan itu dia lihat dari Daddynya."
Alden mendengus " Kamu lupa sejak menikah aku tidak pernah ke club lagi." Alden menarik Airin dan merapatkan tubuh mereka.
"Itu sebabnya aku percayakan dia pada Alan?"
"Kenapa?" Alden mengecup bahu Airin yang masih terbuka bekas permainan panas mereka. "Aku sungguh tak suka dengan pria sok tampan itu.."
"Aku rasa dia memang tampan.." Alden mengerut tak suka.
"Kamu memuji pria lain di hadapan suamimu.."
"Selain tampan dia juga pria yang baik.."
Alden semakin mendengus tak suka mendengar ucapan istrinya itu.
"Diamlah, atau aku akan memberi hukuman karena memuji pria lain.."
"Tapi, Alan memang pria yang baik, dan aku percaya padanya."
"Astaga.. Alden!" Airin berteriak saat Alden mendorongnya hingga Airin terlentang di ranjang.
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Menghukummu!" Alden mengungkung tubuh mungil istrinya.
"Astaga Alden kita baru saja melakukannya.." Airin menahan Alden yang hendak memberi ciuman padanya, namun sia- sia tenaganya tak cukup kuat untuk menahan sang suami.
"Aku sudah bilang jangan memuji pria lain di depan suamimu,.."
Airin tertawa geli "Baiklah aku tidak akan melakukannya lagi,..hahahaha.. sungguh Al.." Namun Alden sudah tak mendengarkan dan hanya melakukan sesuatu yang menjadi kesenangannya yaitu menghabisi istrinya sampai dia tergolek lemas di bawahnya.
Alden memang pencemburu bahkan pada adiknya sendiri, yang memang tampan seperti kata istrinya.
...
Lanjut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Perlakuan Alan ke Amy bukan seperti paman dan ponakan,Tapi seperti seorang kekasih yg cemburu..😂😂
2024-08-13
0
M akhwan Firjatullah
anaknya Sofia kan si Alan yah astaga kok kalo d gabung jadi ga enak y namanya
2023-08-10
0
Nna Rina 💖
alden masih iri aja ya sm adiknya 😂
2023-05-20
4