Amanda Yang Mengangumkan

Amanda berjalan perlahan menuruni tangga kedua kakinya berjinjit agar tak memberikan suara berarti, kepalanya sesekali menoleh ke arah kanan dimana kamar Alan berada, saat menyadari suasana aman Amanda berlari kecil menuruni tangga hingga tiba di pijakan terakhir barulah dia bernafas lega.

"Apa yang kau lakukan?" Amanda tertegun saat mendengar suara tegas di belakangnya, dengan pelan Amanda menoleh dan mendapati pamannya yang bersedekap kedua tangannya di lipat di dada dan menatap Amanda dengan tatapan tajamnya.

"He.. uncle, apa yang kau lakukan malam- malam begini?" Amanda bicara dengan nada yang di buat- buat bibirnya cengengesan seperti orang bodoh.

Alan mendengus "Seharusnya aku yang bertanya itu padamu, sedang apa kau mengendap- endap di tengah malam seperti pencuri!"

"Aku.. aku_ akan ke.. minum, ya aku akan mengambil minum." Amanda merasa punya alasan yang kuat sekarang dan dengan berani mengangkat dagunya.

"Apa air minum di lantai atas habis?." Amanda mengerjapkan matanya, benar di lantai atas juga tersedia pantry kecil tepat di dekat kamar Alan, berbagai macam minuman tersedia bahkan minuman beralkohol sekalipun tersedia berjejer bagai pajangan di dalam lemari, belum lagi lemari es besar lengkap dengan camilan di dalamnya.

Alan memang sengaja menyediakan semuanya di lantai dua, agar tak perlu turun ke lantai bawah hanya untuk camilan bahkan minuman, dia juga punya privasi untuk dirinya, apalagi sejak Amanda sering di titipkan padanya, Alan menyediakan semuanya termasuk cemilan kesukaan gadis itu.

Letak kamar mereka yang bersebelahan membuat Amanda dengan mudah mengambil apapun yang dia mau, bahkan pantry itu lebih mirip mini market dengan banyaknya makanan.

"Mu..mungkin pelayan lupa mengganti.. tempat airnya sudah kosong.." Mata Alam memicing tajam, tak percaya.

"Lalu apa yang kau sembunyikan di balik punggungmu?" Alan masih berwajah datar tanpa ekspresi, apa pria itu tak bisa tersenyum, Amanda bahkan merasa seumur hidupnya tak pernah melihat pria itu tersenyum bahkan tertawa, hanya kekehan jahat yang menakutkan yang seringkali dia lihat untuk mengancamnya.

Amanda semakin gugup saat Alan mendekat ke arahnya dan dengan cepat menarik tangannya hingga tas kecil di tangannya terjatuh. "Kau mengambil air dengan menggunakan tasmu!?" Alan mendengus lalu menendang tas kecil yang tergolek di lantai.

Melihat tasnya di tendang begitu saja membuat Amanda berang "Uncle kau keterlaluan!"

"Dengar Amy, tidak bisakah satu malam saja kau diam di rumah!, apa seperti itu kelakuanmu saat di rumahmu!, aku tidak peduli apa yang kau lakukan di rumah orang tuamu, tapi saat kau tinggal bersamaku maka kau harus menuruti apa pun perintahku!" itu dia masalahnya, bahkan dirumahnya sang Daddy justru menyiapkan pengawal saat dia keluar rumah mengikuti kemana pun bahkan hingga ke toilet pun mereka akan menunggu di luar pintu, hanya saat bersama Alan, Amanda merasakan kebebasan tanpa pengawal, tapi rupanya gadis itu semakin terkekang saat bersama Alan di banding dengan pengawalnya.

"Uncle aku hanya akan pergi sebentar, temanku menunggu, kami juga akan membahas tentang tugas..."

"Di tengah malam?!" Amanda bungkam, lagi- lagi alasannya tak masuk akal.

"Masuk ke kamarmu Amy!" Alan berkata dengan tegas, hingga mau tak mau Amanda menurut dan berlari ke arah kamarnya.

Amanda benci pria itu titik.

...

"Amanda!" Amanda mendengus saat mendengar teriakan dari sahabatnya Mina, dia baru saja datang ke ruang kelas dan mendudukan dirinya.

Gadis berusia 19 tahun itu memang masih mengenyam bangku universitas di bidang akademi bisnis, di gadang- gadang akan melanjutkan perusahaan sang Daddy membuat Amanda belajar sangat keras meski sesekali dia nakal dengan membangkang, itu karena dia hanya ingin menjernihkan otaknya dari buku- buku pelajarannya.

"Kau, aku menunggumu tadi malam, dan kau tidak datang." Amanda meringis saat Mina menepuk punggungnya, mereka memang berjanji bertemu di club malam, dia pikir bisa lolos dan pergi seperti malam sebelumnya, dan tak akan peduli meski akhirnya ketahuan, tapi siapa sangka belum juga keluar rumah, Alan sudah menemukannya.

"Aku sedang tinggal di rumah Uncle Alan."

"Sungguh?" Mina berkata dengan antusias,dia tahu saat Amanda di rumah pamannya itu dia selalu tak bisa lolos keluar malam, jika dengan bodyguardnya dia masih bisa melarikan diri meski akhirnya tetap di temukan, atau pilihan lainnya Amanda akan mengajak serta para pengawalnya itu untuk ikut pergi ke club, tapi tidak saat dia dalam pengawasan Alan, pria itu seperti hantu yang akan tahu dimana pun dia berada.

Amanda tahu Mina menggilai pamannya sejak dia mengenalkannya pada Alan, dan Mina langsung terpesona pada paman tampannya, ya..! Amanda akui Alan memang tampan, dan setiap orang yang tahu jika dia keponakan Alan mereka akan memanfaatkannya untuk mendekati pria itu, dulu saat dia masih duduk di bangku sekolah menengah setiap gadis memperlakukannya dengan baik dan ramah hingga Amanda tahu jika mereka hanya menjilatnya untuk mendekati Alan, Amanda membatasi pertemanannya, hingga di bangku kuliah dia hanya berteman dengan beberapa orang saja, termasuk Mina. Dia memang menyukai pamannya tapi tidak terobsesi seperti yang lainnya, sepertinya Mina mengerti jika dia hanya bisa membayangkan pria itu tanpa bisa memilikinya dan itu membuatnya nyaman berteman dengan Mina, meski dia sering melantur tentang pamannya tapi tak terlalu berlebihan hingga mengganggu Amanda, seperti itulah Alan berpengaruh di hidupnya, tapi Amanda sama sekali tak mengerti pada pemikiran para gadis itu yang memuja pamannya bak pangeran di negeri dongeng, baginya untuk apa tampan tapi banyak mengekang dan arogan.

"Bagaimana dia, pasti dia semakin hari semakin tampan.. sudah berapa minggu aku tidak melihatnya." Mina menopang dagunya matanya menerawang membayangkan Alan si super tampan. "Apa hari ini kamu masih pulang ke rumahnya?, bolehkah aku ikut?, aku bisa menemanimu menginap agar tidak bosan.."

Amanda hanya memutar matanya malas.

"Hay, Amy.. bisakah aku bicara sebentar?" Seorang pria menghampiri.

Amanda memperhatikan pria yang kini tersenyum ke arahnya, pria yang manis dengan kaca mata bulat membingkai matanya, meski penampilannya culun tapi Amanda tahu pria ini cukup tampan, dan meski bersembunyi di balik kemeja kotak- kotak dengan kancing menutupi sepenuhnya hingga Amanda kira pria itu sedikit tercekik karenanya dia tahu tubuh pria itu pasti bagus dengan postur tinggi sedikit di bawah Alan, jika di modifikasi pasti dia akan sangat tampan "Ya?"

"A.. aku ingin mengajakmu makan siang?, maukah?" Amanda terkekeh saat melihat pria di depannya bicara dengan gugup, bahkan kosa katanya tidak teratur, persis seperti dirinya jika ketahuan berbohong oleh Alan.

Lagi- lagi dia mengingat paman menyebalkannya itu, cih!.

"Maafkan aku, aku harus segera pulang saat selesai dengan mata kuliahku" Amanda menatap pria di depannya dengan merasa bersalah.

Pria itu menunduk kecewa dia sudah berusaha untuk bicara pada Amanda dengan mengumpulkan keberaniannya, selama ini dia hanya bisa melihat Amanda dan mengagumi gadis itu dari jauh, apalagi setiap hari gadis itu di kawal oleh para bodyguard berbadan besar dan menyeramkan membuat nyalinya ciut "Sekali lagi, maafkan aku Andy" pria bernama Andy itu mendongak dan tersenyum, tiba- tiba hatinya membuncah, saat Amanda mengetahui namanya.

"Ka..kau tahu namaku?" katanya dengan tatapan tak percaya.

Amanda mengangguk "Tentu, aku sering melihatmu duduk di pojok sana.."Amanda menunjuk ke arah pojok ruangan kelas, dan seketika membuat Andy memerah, rupanya Amanda juga sering memperhatikannya.

"Ba..baiklah kalau begitu, aku.. kita bisa makan siang lain kali.." Andy masih ingin bicara dengan Amanda, tapi dosen sudah memasuki ruangan.

Andy pergi ke arah pojok ruangan dimana dia selalu duduk masih dengan senyum di bibirnya, betapa senangnya saat tahu Amanda mengenal bahkan memperhatikannya.

"Kau yakin akan langsung pulang?" Mina menyenggol bahu Amanda dan berbisik karena dosen sudah memulai absensinya.

Amanda mengedikkan bahunya, dan sudah Mina tahu jika Amanda memang menolak ajakan Andy secara halus seperti biasanya.

Bukan hanya Andy saja yang mencoba mendekati Amanda, tapi banyak pria lain sebelum Andy yang mencoba menarik perhatian gadis itu, namun Amanda selalu menolak mereka secara halus berharap dia tak menyakiti siapapun.

Amanda selalu ingat pesan sang Mommy "Jangan pernah memperlakukan orang lain dengan buruk, bagaimanapun mereka juga punya perasaan, kecil, besar, kaya dan miskin jangan pernah meremehkan siapapun.."

Namun yang Mina tak mengerti setiap ada pria yang mendekat Amanda selalu menolaknya, bahkan pria paling tampan di kampus mereka sekalipun.

"Sebenarnya kau mencari pria seperti apa?" Amanda hanya terkekeh matanya mulai fokus menatap mata kuliah yang di terangkan dosennya.

..

Like..

Komen..

Vote..

Terpopuler

Comments

Siti Aminah

Siti Aminah

secara tdk sadar sbnrny amanda ingin sosok sprti pamanny...Alan

2024-01-17

0

Enung Samsiah

Enung Samsiah

pamannya terlalu sempurna ,
jdi kiteria Amy sngt bingung nggk ada yg lbih dri pamnnya

2023-10-25

0

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

ky nya pria seperti alan 😄

2023-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!