Pagi hari nya Sefa yang baru keluar dari kamar dengan pakaian lengkap dengan tas di bahu nya mendapatkan beberapa pertanyaan dari mama dan juga papa nya mengenai masalah semalam ia pulang dengan siapa.
Gadis itu terdiam menatap kedua orangtuanya dengan tatapan yang datar, bukan menyuruhnya untuk segera sarapan malah di sambut dengan pertanyaan yang tidak masuk akal. Sefa menghela dan mengabaikan pertanyaan kedua orangtuanya, ia lebih baik langsung berangkat ke sekolah daripada harus meladeni pertanyaan aneh orangtuanya itu.
"Woahh akhirnya aku akan segera punya menantu." Ucap Merry.
"Hentikan omong kosong mu Merry! Bagaimanapun juga aku tidak akan membiarkan dia menikah muda, siapa yang berani mendekatinya harus berhadapan dengan ku dulu." Sahut Aidan.
"Hayeuhh.. pikiran mu itu dasar tidak mengerti anak muda." Ucap Merry yang langsung pergi meninggalkan suaminya.
Karena tidak sarapan di rumah, sebelum sampai ke sekolah Sefa mampir ke sebuah toko roti ia mengambil beberapa roti isi kesukaan nya dan satu botol air mineral. Setelah membayar semuanya belanjaannya Sefa melanjutkan perjalanannya menuju sekolah, hari ini dia berangkat cukup pagi hingga bisa dengan santai untuk sampai ke sekolah.
Sefa duduk di halte bus dan memakan roti yang di beli nya sambil menunggu bus datang, di suapan yang ketiga nya bus yang menuju sekolah nya pun tiba, ia segera beranjak dan masuk kedalam bus tersebut.
Gadis itu sengaja duduk di kursi paling belakang dekat jendela, karena tempat itu menjadi favorit nya ketika di dalam bus, Sefa memasang earphone nya dan mendengarkan sebuah lagu yang selalu menjadi penyemangat nya dalam menjalankan aktivitasnya.
Selama perjalanan, Sefa melihat ke arah jendela terlihat beberapa mobil dan motor yang berlalu lalang sampai matanya tidak berkedip ketika melihat satu mobil yang terparkir di depan sebuah toko. Bukan hanya karena mobil nya melainkan ia melihat siapa yang turun dari mobil tersebut bersama dengan seorang wanita yang mungkin usia nya tidak jauh darinya.
"Emang dasar semua cowok sama." Gumam Sefa yang menutup kaca jendela bus.
Tidak lama bus pun berhenti di halte sekolah, Sefa bergegas turun menuju sekolah nya jarak dari halte ke sekolah memanglah tidak begitu jauh, seorang gadis yang selalu bersamanya memanggil namanya ketika dia baru saja turun dari mobil kekasihnya.
Sefa refleks menoleh dan menghentikan langkahnya. Ia menunggu Rania yang berlari kecil ke arahnya. Kedua gadis itu pun berjalan berdampingan menuju kelas mereka, namun di tengah langkahnya lagi-lagi beberapa cowok menyerukan namanya hanya untuk memberikan sebuah kado.
Gadis itu mengerutkan keningnya, pasalnya ia sendiri lupa jika hari ini adalah hari ulangtahunnya. Lantas bagaimana bisa mereka ingat dengan hari ulangtahunnya? Namanya pengemar apa sih yang mereka gak tau?
Sefa sendiri bengong di buatnya, setelah ia menerima banyak kado serta ucapan para cowok itu kembali meninggalkan Sefa yang masih terdiam di tempat dengan tatapan yang sama. Berbagai kado ia terima sampai kue ulangtahun pun ia dapatkan.
"Fa, boleh minta satu gak?" Canda Rania yang menggoda temannya itu.
"Ambil aja, sekalian semua nya juga gak papa." Sahut Sefa yang menyerahkan semua kado pada temannya itu.
"Serius? Semua?"
"Maksud nya bukain semuanya, nanti kamu boleh ambil yang kamu mau." Jelas Sefa yang nyengir kuda.
"Eerghh... Ku kira benar boleh ambil semua."
"Aku gak mau buat mereka kecewa."
"Cieee... Ekhem.. jadi siapa nih?"
"Apaan sih."
Sefa melangkah begitu saja meninggalkan Rania dengan setumpuk kado di tangannya. Dengan pasrah gadis itu pun membawa semua kado itu ke sebuah ruangan yang cukup sepi dan jangan di kunjungi orang-orang kecuali Sefa dan pada saat pelajaran.
Disana terlihat Sefa yang duduk di depan piano dengan jari lentiknya yang memainkan sebuah nada lagu. Bukan sekali dua kali Sefa melakukan itu melainkan hampir tiap hari ia seperti itu sebelum bell masuk berbunyi.
Sementara dengan Rania saat ini masih sibuk membuka kado yang satu persatu sampai dirinya merasa lelah. Tidak hanya itu, ia juga asik memakan kue yang di berikan cowok tadi bahkan tanpa sepengetahuan sefa yang kini sedang sibuk dengan hobi nya.
Mulai dari sepatu, tas, mantel, jam tangan dan aksesoris lainnya Sefa dapatkan dari kado tersebut. Terlihat satu buah barang yang menarik perhatian Rania yaitu sebuah gelang berwarna silver dengan hiasan lonceng kecil dan gantungan bentuk bintang hampir di sekelilingnya.
Rania terus menyelidiki benda tersebut untuk memastikan itu asli atau palsu, setelah di teliti dengan baik tenyata itu benar asli dan bukan hanya sekedar aksesoris semata. Dengan antusias Rania menyerukan nama Sefa dan segera menghampirinya untuk memberikan hal tersebut.
"Gila!! Siapa coba yang punya uang sebanyak itu cuma buat beli gelang ini? Waahhh udah pasti itu orang tampan dan tentunya anak orang kaya." Ucap Rania dengan kehebohannya.
"Wait... Apa kau sehat?" Sefa menempelkan punggung tangannya ke dahi temannya itu untuk memastikan jika dia baik-baik saja, pasalnya Rania sendiri terlahir dari kalangan sangat berada yang berbeda dengan Sefa.
"Ih apa sih fa, orang aku baik-baik aja juga."
"Habisnya kamu sampai lupa diri gitu sih, nemu gelang udah kayak nemu harta karun satu peti aja."
"Masalahnya ini beda loh, woahhh udah pasti nih orang fans kamu garis keras."
"Ehh tunggu... Setahu ku ini gelang di buat secara khusus itu artinya dia benar-benar dari dari keluarga kaya raya tapi siapa?" Sambung Rania sambil berpikir.
"Arsen gak sih?" Ucap Sefa yang tiba-tiba teringat dengan cowok anak pemilik sekolah.
Arsena Putra Dewantara adalah putra dari pemilik sekolah sekaligus pengusaha ternama di kota nya, wajar saja jika Sefa langsung berpikiran gelang itu pemberian dari nya karena hanya dia yang paling unggul dalam urusan kekayaan di banding murid lainnya.
"Kamu lihat dia kasih ini tadi?"
"Tidak, mana mungkin aku lihat satu persatu wajah mereka secara mereka langsung berkerumun."
"Tapi gak mungkin juga sih jika dia kasih ini secara langsung, kamu sendiri tau dia orang nya seperti apa."
"Sudahlah, gak perlu kamu pikirkan sebentar lagi bell ayo masuk." Sefa beranjak dari duduknya dan membawa beberapa isi dari kado tersebut dan menaruhnya dalam loker kecuali satu gelang yang masih misterius.
Kebetulan Sefa dan arsen berbeda kelas jadi cukup sulit untuk dia menyelidiki semuanya kecuali jika Sefa bertanya langsung padanya, tapi mana mungkin? Salib siapa pun dia belum pernah bagaimana bisa ia menanyakan langsung hal itu bagaimana jika itu bukan dari Arsen? Itu akan menjadi hal memalukan untuk nya Sefa terus berkutat dalam pikirannya selama pelajaran berlangsung sampai jam istirahat tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
❥︎𝐦𝐢𝐧🐱 Sheryl ❀シ︎
emak nya udah gak sabar ya pengen punya mantu ☺️
2023-05-10
1