Bab 4

Sore hari setelah membersihkan dirinya dan mengganti baju Sefa di suruh mama nya pergi ke minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan untuk memasak, tanpa menolak gadis itu langsung menuruti permintaan mama nya.

Sefa pergi dengan hanya berjalan kaki karena kebetulan jarak minimarket dari rumah nya tidak lah begitu jauh, awalnya semua berjalan lancar sampai Sefa selesai belanja dan menuju kembali ke rumah nya tiba-tiba pikiran mengenai Alan kembali berputar di kepalanya.

Gadis itu menggerutu sepanjang jalan sampai ia kembali ke rumah nya dan mendapatkan pertanyaan langsung dari Merry yang selaku mama nya. Sefa hanya menunjukkan gigi rapi nya tanpa menjawab pertanyaan mama nya itu. Gadis itu segera melangkah dan ingin masuk kedalam kamarnya namun niatnya terhalang oleh ucapan Merry yang menyuruhnya membantu menyiapkan makan malam.

"Kamu udah dewasa Sefa, sudah saat nya untuk belajar masak."

"Tapi ma..."

"Gak ada alasan, setelah nanti selesai mama izinkan kamu bermain piano sepuas mu, gimana?"

"Benarkah? Mama serius kan? Lalu bagaimana dengan..." Sefa menggantung ucapannya karena takut ada yang menguping.

"Siapa yang kau maksud?"

"Pak tua." Bisik Sefa pada mama nya.

Seketika Merry terkekeh mendengar penuturan putri semata wayangnya itu. Sefa memang sering tidak akur dengan papanya karena keinginan mereka bertentangan namun walau seperti itu kedua nya tetap saling menyayangi satu sama lain.

Merry memberikan kode aman pada putrinya itu bahwa ia akan mengizinkan Sefa untuk bermain piano dimana pun tempat nya tanpa ketahuan oleh sang papa. Biar Merry yang akan mengisi si pak tua alias suaminya itu.

Acara masak memasak pun selesai, tanpa ikut makan malam terlebih dulu Sefa telah pamit pada mama nya untuk pergi berlatih dan itu tanpa sepengetahuan papa nya pastinya.

Di tengah gelap nya malam Sefa berjalan keluar komplek menuju pusat keramaian kota, disana ia bisa berlatih di sebuah studio yang telah biasa ia kunjungi karena tidak mungkin untuk datang ke sekolah semalam ini. Terkadang Sefa memainkan alat musik nya di pinggiran jalan sebagai bentuk untuk menghibur para pengguna jalan.

Dari note satu ke note lainnya Sefa mainkan hingga terdengar alunan musik yang merdu nan indah bagi siapa saja yang mendengarkannya. Karena kelihaiannya dalam bermain musik Sefa sempat di tawari untuk mengisi acara dalam sebuah stasiun radio sebagai bintang tamu namun gadis itu masih belum memberikan jawaban yang pasti akan tawarannya itu.

Selesai berlatih kebetulan di luar sana sedang hujan cukup lebat hingga akhirnya mau tidak mau Sefa harus menunggu beberapa waktu lagi untuk pulang ke rumah nya. Ia duduk di depan studio tersebut dengan ponsel yang di genggamnya, karena rasa penasarannya dengan iseng Sefa mencari beberapa akun atas nama Kalandra atau Alan untuk menyelidiki siapa pria itu sebenarnya.

Setelah cukup lama dan hujan pun mulai mereda tapi Sefa belum menemukan titik terang mengenai akun pemilik nama Kalandra itu. Ia menggerutu sendiri dengan kesal "masa sih dia gak pakai medsos satu pun? Rasa nya gak mungkin banget seorang guru gak punya akun medsos apalagi modelan kayak dia." Akhirnya Sefa pun menyerah dengan pencariannya itu.

Ia mulai tidak perduli dengan pria yang bernama Kalandra Ghiffari itu. Sefa kembali beranjak dan mulai melangkahkan kakinya di tengah hujan yang masih gerimis, tidak mungkin jika ia terus menunggu sampai benar-benar berhenti karena itu akan membuat papa nya curiga terhadapnya.

Di tengah percikan air hujan yang mulai membasahi tubuh Sefa, gadis itu berjalan dengan menunduk sampai langkahnya terhenti ketika ia melihat sepasang sepatu di depannya dan kepalanya tidak merasakan rintikan air hujan lagi.

Perlahan Sefa mengangkat kepalanya dan mendongak untuk melihat wajah orang yang telah memayungi nya itu. Terlihat jelas wajah tampan tidak asing di mata Sefa, siapa lagi jika bukan Kalandra.

Ohh apa lagi ini? Apa ini sebuah kebetulan lagi atau memang sedari tadi Alan telah mengikutinya? Begitulah kira-kira yang ada di pikiran Sefa saat ini. Sudah di buat bingung dengan sikap nya dua hari ini di tambah dengan kejadian malam ini yang mungkin akan menambah beban pikiran Sefa.

"Darimana jam segini masih keluyuran di luar?"

"Bukan urusan mu."

Sefa melangkahkan kakinya dan hendak melewati kalandra yang berdiri di depannya, namun pria itu berhasil menarik lengan Sefa dan menahannya untuk tidak pergi.

"Apa kau sengaja untuk bolos sekolah besok?"

"Ha?"

"Dengan hujan-hujanan seperti ini kau bisa saja sakit, pegang ini baru kau boleh pergi." Alan memberikan payung yang di pegangnya pada Sefa sementara ia tidak peduli dengan dirinya yang mulai terkenal tetesan air hujan.

"Tidak, terimakasih aku tidak ingin berhutang budi pada mu." Sefa mencoba mengembalikan payung itu namun di tolak langsung oleh Alan.

Di tengah berisiknya gemercik air hujan yang menetes masih terdengar suara cacing bergemuruh dalam perut Sefa. Hal itu membuat Alan tertawa kecil, ia meraih tangan Sefa dan membawa payung nya sementara dengan sebelah tangannya tidak melepaskan genggaman tangan Sefa.

Alan mulai menuntun langkah menuju sebuah restoran kecil yang berada di dekat sana, tanpa protes gadis itu mengikuti langkah Alan hingga mereka telah benar-benar sampai di restoran itu dan langsung memesan makanan. Sefa membuka mulutnya sebagai aba-aba bahwa ia ingin mengatakan sesuatu, namun sebelum gadis itu benar-benar bicara, Alan telah membuka suaranya terlebih dulu.

"Gak usah banyak protes, makan aja dulu sebelum pulang ke rumah." Celetuk Alan yang seolah tau apa yang ingin di katakan Sefa. Karena merasa lapar kali ini Sefa membiarkan Alan untuk berbuat semaunya selama itu masih dalam hal positif.

Makan malam selesai, Sefa telah menghabiskan ramen yang di pesannya hingga tandas tidak tersisa. Walau itu restoran kecil namun rasa masakannya tidak kalah saing dengan restoran mewah lainnya. Alan pun tersenyum senang melihat Sefa yang makan dengan lahap yang artinya dia menyukai semua itu.

Sefa hendak mengeluarkan uang untuk membayar makanan nya namun Alan telah lebih dulu mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya dan membayar semua makanan yang mereka pesan. "Nanti akan aku bayar sama bekas buku tempo lalu." Alan hanya tersenyum mendengar ucapan gadis itu.

"Kamu gak perlu membayar nya anggap saja itu hadiah pertemuan kita."

"WTF!!" Sefa mengucapkan kata itu dalam batin nya, kini pria itu lebih mirip dengan om-om yang ingin mencuri hati gadis seperti Sefa. "Sepertinya aku harus lebih hati-hati sama nih orang, jangan-jangan benar lagi dia orang yang seperti itu? Arrghh... Sikapnya sungguh sulit untuk di tebak." Gerutu Sefa dalam batin nya.

Setelah melewati perjalanan yang tidak begitu lama, Alan pun menghentikan mobilnya di depan rumah Sefa. Terdengarlah suara mobil yang berhenti di depan rumah nya, Merry bersama dengan Aidan bergegas menghampiri jendela untuk melihat siapa yang datang. Betapa kagetnya mereka ketika melihat Sefa yang turun dari mobil itu, karena setahu mereka putri tunggal nya itu tidak pernah dekat dengan namanya pria.

"Apa ini artinya kita akan segera mempunyai menantu?" Ucap Merry yang senyum-senyum sendiri.

Pernyataan Merry tersebut langsung mendapati tatapan datar dari sang suami.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!