Keesokan harinya, seperti biasa Sefa bersiap untuk pergi ke sekolah nya setelah liburan semester yang cukup lama. Setelah selesai memakai seragam gadis itu menguncir rambut nya dengan hiasan jepitan kecil di samping kiri dan kanan tak lupa dengan poni lurus yang telah ia rapikan hingga terkesan seperti boneka barbie.
Memiliki tubuh yang kecil dengan wajah yang manis banyak orang luar yang mengira jika Sefa masih anak SMP. Tapi baginya ucapan itu telah biasa ia dengar hingga tak masalah untuknya.
Sekiranya semua telah rapi, gadis itu mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar dengan membawa tas di bahu kirinya. Sefa melangkahkan kakinya menuju ruang makan untuk menemui kedua orangtuanya.
"Pagi ma, pa..." Ucap Sefa menyapa kedua orangtuanya.
"Apa rok mu tidak terlalu pendek?" Tanya papa nya yang telah menjawab sapaan Sefa.
"Ohh ini.. aku terlalu nyaman dengan rok ini, sehingga rasanya tidak tega untuk menggantinya." Sahut Sefa.
"Bukan, tapi kamu sengaja memotongnya lagi jadi lebih minim benar kan?" Ujar papa nya kembali.
"Ehh... Udah sih pa, aku nyaman kok seperti ini."
"Sudah jangan berdebat terus, Sefa habiskan sarapan mu dan cepatlah berangkat sebelum kamu terlambat. Biarkan papa mu mau protes seperti apapun kamu gak perlu menanggapinya." Ucap sang mama yang selalu membela putri nya itu ketika debat dengan papanya.
Setelah selesai sarapan Sefa pamit pada kedua orangtuanya. Ia berjalan menuju halte bus dengan penuh semangat karena ini hari pertamanya kembali ke sekolah.
Ruang yang pertama di masuki Sefa ketika sampai di sekolah bukan lah kelas melainkan sebuah ruangan musik yang lengkap dengan semua alatnya. Entah kenapa rasanya begitu nyaman bagi Sefa saat berada disana.
Gadis itu duduk di kursi depan sebuah piano, jari lentiknya perlahan bermain dengan irama nada yang indah dan berhasil menarik perhatian seseorang ketika mendengar nya. Tanpa Sefa sadari seseorang sedari tadi memperhatikannya dari ambang pintu dengan sebuah senyuman yang di pancarkan nya.
"Nada yang indah." Gumam orang tersebut yang kemudian pergi menuju ruangan lain.
Tanpa terasa bell masuk telah berbunyi, sayang sekali Sefa harus berpisah dengan hobi nya untuk sementara demi mengikuti pelajaran lainnya. "Nanti aku kembali, kau baik-baik lah disini." Ucap Sefa pada piano yang baru saja di mainkan nya.
2 jam pelajaran bahasa telah selesai, kini saat nya masuk kedalam pelajaran seni dimana itu yang menjadi pelajaran favorit Sefa. Semua murid di kerahkan masuk ke ruangan musik untuk praktek, sungguh kesempatan untuk Sefa karena bisa menggali bakatnya kembali.
Namun ternyata dugaan Sefa kali ini salah, karena guru yang datang membawa sebuah alat musik biola dimana itu bukan keahlian Sefa tapi yang namanya belajar mau tidak mau ia harus mengikuti nya dengan baik.
Tunggu... Seperti ada yang ganjal ketika Sefa melihat guru seni yang masuk ke ruangan itu. Sefa langsung memutar pikirannya kilas balik satu hari sebelum ia masuk sekolah. Pertemuan dengan pria asing di sebuah toko buku serta halte bus.
Benar mata elang nya tidak mungkin salah melihat walau menggunakan pakaian yang 100% berbeda namun tetap saja gadis itu masih bisa mengenali sosok pria yang kini telah berdiri di dalam ruangan itu. Sedikit penjelasan pria itu berikan pada semua murid yang berada disana, beruntungnya hampir semua murid menyukai guru tersebut. Ya, hampir, karena hanya Sefa yang masih sibuk dengan pikirannya yang entah berada dimana.
"Kau... Yang di tengah sana bisa perhatikan kedepan sebentar?" Tegur sang guru pada gadis yang masih melamun.
"Aku?" Tanya Sefa yang menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kamu siapa lagi yang melamun disini kecuali kamu."
"Ohh tunggu, kamu bukannya pria yang kemarin di toko buku dan halte bus itu kan?" Tanya Sefa yang secara tiba-tiba.
"Kita belum pernah bertemu sebelumnya dan tolong lebih sopan ketika bicara dengan seseorang yang lebih tua darimu." Sahut pria itu dengan ekspresi seolah tak peduli.
"Ck, menyebalkan sekali jelas-jelas dia pria yang kemarin pake sok gak kenal awas saja kamu." Gumam Sefa di tengah -tengah gemuruh sorakan dari teman-teman nya.
"Makanya jangan sok kenal dan sok akrab sama orang, jelas-jelas dia guru baru disini." Celoteh salah satu siswi di ruangan itu.
Tatapan sinis langsung di keluarkan Sefa pada gadis yang telah mengatainya itu. "Apa lihat-lihat? Gue cantik ya? Emang bawaan sejak lahir." Sambung gadis itu kembali ketika Sefa menatapnya.
"Iya Lo cantik kalo dilihat dari lubang sedotan di atas gunung!" Sahut Sefa yang di akhiri dengan senyuman.
Melihat kedua hadis itu terus berseteru membuat sang guru kembali menegur Sefa. Ohh tidak bukan hanya dia tapi juga keduanya, ia menghampiri kedua gadis itu dan melihat name tag Sefa yang terpampang di dada sebelah kanan nya.
"Hey! Apa yang kau lihat?" Ucap Sefa yang langsung menutup gunung kembar miliknya dengan tangan nya.
"Sefanya Arkhava, jadi itu nama mu?" Tanya guru tersebut di saat pikiran Sefa telah traveling.
"Jika iya lalu kenapa?" Tanya balik Sefa dengan ketus.
"Ku tandai kamu." Sahut sang guru dengan senyuman sinis.
"Baik semuanya kembali perhatikan kedepan." Pria itu kembali melangkah ke depan dan membimbing semua murid nya.
Lain hal nya dengan Sefa yang masih dongkol dengan pria di depan itu. Bisa-bisanya sikap dia berubah dalam satu hari sungguh hal yang tidak bisa di biarkan untuknya.
Sempat terpikir dalam benak Sefa karena ia belum mengembalikan uang orang itu yang menjadikan sikap nya berbeda dari sebelumnya. "Masa cuma gara-gara itu sih?" Gumam Sefa yang masih diam di tempat ketika semua telah berhamburan keluar karena pelajaran telah selesai dan saatnya istirahat.
Langkah guru itu terhenti ketika melihat Sefa yang masih duduk di tempatnya ia berbelok menghampiri gadis itu yang masih berkutat dengan pikirannya.
"Kau tidak lapar?" Tanya sang guru yang menampakkan wajahnya di depan Sefa.
"Astaga!" Ucap Sefa yang kaget karena tingkah gurunya.
"Aku bukan setan kenapa kau kaget seperti itu?"
"Iya tapi kelakuan mu seperti setan wahai pak guru!" Sahut Sefa yang langsung beranjak dan bergegas pergi.
Namun langkah gadis itu terhenti ketika sang guru menyerukan namanya. Ia kembali menghampiri Sefa ketika gadis itu telah berbalik.
"Ini kartu nama ku, kau bisa menemui ku kapan saja." Sahut pria yang masih cukup muda itu yang kemudian pergi meninggalkan Sefa begitu saja.
"Sinting kali ya tuh guru satu, heran bisa-bisanya sekolah elit kayak gini menerima guru modelan kayak dia." Gerutu Sefa yang kemudian melihat kartu nama pria itu.
Kalandra Ghiffari, nama itu yang tertulis dalam kartu nama yang di genggam Sefa. "Cakep juga ternyata namanya, sayang gak sesuai sama kelakuannya." Sambung Sefa yang kemudian pergi ke kantin.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
❥︎𝐦𝐢𝐧🐱 Sheryl ❀シ︎
jodoh mu nak ✌🏻
2023-05-09
1
❥︎𝐦𝐢𝐧🐱 Sheryl ❀シ︎
cie di tandai 😌
2023-05-09
1