Andri dan Julia

Pagi itu setelah Andri kembali dari Masjid yg terletak tak jauh dari rumahnya, terlihat secangkir kopi panas di meja makan. Ternyata Istrinya yang masih mengenakan mukena sedang sibuk mempersiapkan sarapan. Andri mengucapkan syukur dalam batinnya karena istrinya tidak memperpanjang masalah yang semalam, ia memahami kenapa istrinya bersikap seperti itu, karena memang akan seperti itulah hampir semua wanita bila merasakan kejanggalan pada pasangannya.

Sambil menikmati kopinya Andri terngiang bagaimana mereka berdua sampai dititik ini. Mereka memang menikah sangat muda akibat kelalaian yang dilakukan oleh mereka berdua. Namun mereka sepakat untuk tidak lari dari masalah dan tidak membiarkan masalah menjerat hidup mereka. mereka merencanakan membangun rumah tangga yang baik agar anak-anaknya bisa bernasib lebih baik dari mereka.

Ia sebagai kepala keluarga yang masih muda saat itu mutuskan untuk langsung bekerja. Tidak banyak pilihan yang tersedia bila kita hanya memiliki selembar ijazah SMA. Dengan modal postur tubuh yang bagus, menjadi Sekurity adalah pilihan terbaik untuk bisa menanggung hidup seorang istri yang sedang mengandung anaknya, pikirnya saat itu. Apalagi mereka memutuskan meninggalkan rumah induk masing-masing untuk mengurangi beban mental mereka.

Setelah anak kedua lahir, sesuai yang disepakati, walaupun mundur dari rencana sebelumnya, Julia lah yang lebih dulu kuliah. Julia lebih pintar dan cerdas, dan terbukti Julia bisa menyelesaikan kuliahnya hanya dalam waktu tiga tahun. Beban ekonomi Andri bertambah saat itu, namun mereka berhasil melalui masa-masa sulit itu dengan baik. Saat ini Julia sudah bekerja sebagai staff akuntan disalah satu perusahaan swasta. Sekarang mereka sudah hidup dalam kondisi ekonomi lebih baik, bisa mencicil rumah, tak lagi di kontrakam pengap. Tak lagi tidur di kasur samarinda,.Anak-anaknya sudah punya kamar sendiri walaupun masih satu untuk berdua. Dan Akhirnya Andri bisa mengambil kuliah kelas reguler karena Andri ingin menjadi orang yg berilmu bukan hanya mendapat ijasah sarjana semata.

Lamunannya berakhir ketika tangannya di raih oleh Istrinya yang hendak pamit berangkat kerja. Tampak oleh Julia wajah Andri yang sedang melamun. Julia mengisi kursi disamping Andri, tangannya masih menggenggam tangan Andri.

" Aku minta maaf ya Mas atas sikapku semalam! "

" Tak perlu minta maaf, Aku yang salah, memang seharusnya Aku menelponmu balik."

" Ya sudahlah, Aku berangkat duluan ya, Assalamualaikum," Julia mencium tangan Andri lalu bangkit berjalan menuju motornya yang sudah terparkir rapi di teras siap mengantarkan majikannya berangkat.

Andri terdiam, Ia merasa bersalah karena telah membohongi istrinya tadi malam. Julia bisa menyikapinya dengan dewasa, tetap menaruh kepercayaan dan rasa hormat kepada suaminya. Sikapnya justru seperti anak kecil yang kehilangan mainan barunya. Andri beranjak dari kursinya dengan tekadnya melupakan Citra mulai detik ini. Lalu bergegas berangkat bekerja.

Setelah memasuki gerbang kantor. Ia di sambut dengan tepukan di pundaknya oleh Pak Sudarman, Komandannya. Orang-orang di kantor memanggilnya Pak Darman. Sosok yang sangat dihormati dan disegani oleh seluruh karyawan di kantor ini. Beliau sedang bersiap diri untuk pulang setelah shif jaga tadi malam.

"Kemana kau semalam? Katanya kuliah, koq sampai malam belum sampai rumah? "

" Aku di ajak teman nonton teater anak-anak kampus. "

" Siapa yang ngajak? Pasti perempuan cantik! " Andri tak menjawab, matanya hanya memandang Pak Darman.

" Hahahahaha, kau pikir aku tak pernah muda? Aku juga pernah kuliah seperti engkau Ndri, Aku tahu bagaimana kehidupan anak-anak kampus. " Pak Darman menyeringai.

" Nah sekarang kenapa mukamu lecek amat, ribut lagi ama bini semalam ya? " Andri menjawab dengan anggukan enggan. Pak Darman tersenyum lebar, begitulah beliau, senyumnya seakan mengajak Andri bahwa semua persoalan harus di hadapi dengan tenang dan pikiran damai. Andri juga tak sungkan menceritakan semua persoalan hidupnya kepada pak Darman. Laki-laki itu sangat bijaksana dan memiliki wawasan yang sangat luas. Pengalaman hidupnya benar-benar menjadi ilmu yang membentuknya seperti itu.

Andri bahkan berfikir seandainya Pak Darman yang menjadi Manajer di kantor ini, pasti hasilnya lebih bagus dari Manajer yang sekarang atau yang pernah ada. Sayangnya Negeri ini terlalu menghargai selembar kertas, bukan kemampuan seseorang. Itulah sebabnya Andri ingin kuliah, ia tak ingin nasibnya berakhir sama seperti Pak Darman. "Tragis sekali kalau sampai nanti di masa tuanya, satu- satunya keahlianku hanyalah mendorong pintu pagar yang berat ini," Andri membatin.

" Pertanyaannya?, bagaimana mungkin seorang Andri yang rajin Ibadah, sayang sama istri dan anak-anaknya, bisa tergoda nonton teater sama perempuan cantik? Padahal jelas-jelas kamu tak suka nonton teater kan? Kali ini Pak Darman menatap Andri dengan tajam seakan mau menusuk jantungnya. Andri tidak mampu menjawab, mulutnya terbuka tanpa keluar sepatah kata, namun anehnya, yang muncul gambar di otaknya adalah gambar Citra dengan senyum laksana mentari pagi.

"Sudah bang, kalau tuh cewek memang cantik sikat aja, yang penting jangan sampai ketahuan orang rumah hahahaha , " Suara itu terdengar dari belakang, ternyata Irfan, rekan Andri yang bertugas jaga bareng siang ini baru saja datang dan sempat mendengar percakapannya dengan Pak Darman.

" Aku tak terima nasihat dari jomblo tak laku macam kau, playboy dengan rekor buruk, 15 kali ditinggal kawin! "Andri menjawab ketus, namun sorot matanya riang menatap Irfan.

" Sialan kau Bang! " Aku bukan ditinggal, Aku selektif biar nanti berumah tangga tidak puyeng macam Kau ! " Sekarang gantian Irfan yang tertawa meledek Andri.

" Hati-hati Andri, siapa yang bermain api pasti akan terbakar! " Pak Darman berkata tegas. Andri merasakan nada ancaman dalam setiap kata-kata Pak Darman ditujukan kepadanya.

" Aku ingat sejak awal kamu datang kemari, kamu tumbuh dari seorang anak muda yang tak tahu harus berbuat apa, namun perjalanan waktu menjadikan kamu laki-laki yang hebat dan bertanggung jawab. Mampu memimpin keluargamu melewati masa-masa sulit. Kalian berdua bisa bekerjasama walaupun harus jatuh bangun. Apa yang kamu punya saat ini sesuatu yang harus kamu syukuri, kamu seharusnya tidak boleh, membiarkan apapun apalagi wanita lain merusak apa yang telah kalian bangun selama ini. "

Pak Darman benar, tentu saja ia berkata benar. Dialah mentor yang sebenarnya keluarga Andri selama ini. yang membimbing Andri membangun keluarganya dengan fondasi yang paling dasar dan kuat, yakni fondasi agama. Sesuatu yang tak di kenal Andri dimasa remajanya yang liar.

Beliaulah yang memberikan arahan dan bimbingan kepadanya bagaimana menjawab setiap permasalahan yang datang. Untunglah ia mendapat bimbingan dari Pak Darman, mungkin bila ia salah memilih orang yang diajak bicara tentang persoalannya, Rumah tangganya pasti sudah hancur berantakan.

Jadilah siang itu Andri melakukan tugas jaganya dengan pikiran yang semakin kusut. Otaknya tak henti-henti memberikan slide-slide film bergambar Julia, kadang berganti menjadi Citra, muncul juga gambat anak-anaknya. Slide film bahkan memutar kembali gambar -gambar saat Andri dan Julia masih SMA dan terus memutar adegan-adegannya sampai kejadian semalam. Gambar yang muncul diotaknya membuat Andri mengeretakkan geraham dan mengepal kedua tangannya dengan kuat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!