Menikahi Calon Ipar ~ 5

Huda tidak bisa menolak ajakan Husna untuk melakukan shalat Maghrib bersama. Dengan bercucuran keringat, dia berhasil mengimami Husna dengan lancar. Ini adalah sholat pertama untuk Huda menjadi seorang imam.

Tangannya pun sampai bergemetar saat Husna mengulurkan tangan untuk menyalaminya.

"Tangan kamu kok gemetaran? Kamu gugup?" tanya Husna.

'Udah tahu pakai nanya!' gerutu Huda dalam hati.

"Gak, kok. Cuma kesemutan aja," kilah Huda.

Keadaan sangat canggung, namun detik kemudian terdengar ponsel Huda berbunyi. Huda sudah tahu siapa peneleponnya. Dengan cepat dia menyambar ponsel yang berada diatas nakas.

Karena Husna terus menatapnya, Huda memutuskan untuk ke balkon.

"Ada apa?" jawab Huda dengan suara kecil.

Entah apa yang sedang diperbincangkan Huda melalui sambungan telepon, Huda akhirnya mengatakan ingin pergi keluar sebentar.

"Mbak aku pergi dulu. Kamu gak usah tungguin aku, jangan lupa kunci pintu kamarnya! Aku punya kunci cadangannya, kok."

Husna hanya menatap heran pada Huda yang terlihat tergesa-gesa.

Sepeninggal Huda, Husna hanya terdiam di dalam kamar. Bahkan rasa laparnya berubah menjadi kenyang saat bayangan Yudha kembali melintas dalam pikirannya. Dengan mata yang berkaca-kaca Husna hanya bisa berdoa semoga Yudha bisa mendapatkan ampunan dan mendapatkan tempat terindah disisi-Nya.

"Ya Allah, aku harus bagaimana? Menikah tanpa saling mencintai. Apakah aku bisa mempertahankan pernikahan ini?"

Husna hanya menatap langit-langit di kamarnya dengan senyum getir. Di tempat yang baru dengan status yang baru membuat Husna harus bisa menyesuaikan diri. Meskipun dia sadar jika semua itu tidaklah mudah. Terlebih Huda yang telah memiliki seorang kekasih.

Tiba-tiba Husna teringat akan sebuah bingkai kecil diatas nakas yang sempat dia lihat tadi.

Namun, saat Husna ingin melihatnya kembali bingkai itu sudah tidak ada. Hanya menyisakan sebuah bingkai Huda dan Yudha.

'Perasaan tadi ada di sini deh. Apa jangan-jangan udah dipindahkan simpan sama Huda, ya?' Husna membatin saat tak mendapatkan foto yang dia cari.

Tangannya pun memilih untuk mengambil bingkai yang menampilkan sosok Yudha.

"Mas, apakah aku bisa menjalani pernikahan yang seperti kamu inginkan? Aku hanya takut jika ternyata aku adalah orang ketiga yang akan menghancurkan hubungan Huda dengan wanita pilihannya. Mas, kamu jahat! Tidak seharusnya kamu meninggalkan permintaan yang sulit untuk kami jalani Mas," ucap Husna dengan mata yang berkaca-kaca.

Tak ada yang akan mengetahui takdir seperti apa yang akan Allah berikan pada hambanya. Seberapapun besar usaha dan pengorbanan, jika Allah berkata tidak, maka semuanya tidak akan terjadi. Jodoh, maut dan Rezeki adalah kuasa milik-Nya.

Mungkin saat ini Allah sedang menguji hamba-Nya dengan sedikit cobaan, namun percayalah jika Allah juga sudah menyiapkan kebahagiaan yang tak akan terduga dikemudian harinya.

Jika Husna sedang merenungi takdir yang menimpa dirinya, berbeda dengan Huda yang sedang merasa bahagia saat bertemu dengan Keisha, perempuan yang juga sedang menjadi selalu menjadi buah bibir karena kecantikan yang tidak yang menandinginya.

"Tuh kan ... molor!"

Huda meminta maaf atas keterlambatannya. Seperti biasa Huda akan menggunakan ketiga sahabatnya untuk menjadi alasannya.

"Mereka lagi mereka lagi. Bisa gak sih kamu itu utamakan aku daripada mereka?" gerutu Keisha, pacar Huda yang lainnya.

"Sorry, Kei. Tapi mereka membutuhkanku. Kan sebelumnya kita juga udah bahas masalah ini dan kamu setuju. Anggap aja kamu sedang menjalin hubungan dengan seorang duda," ujar Huda yang memasang wajah mengiba.

"Iya, iya aku tahu. Maaf udah marah-marah."

Setelah melewati waktu bersama dengan Keisha selama dua jam, akhirnya Huda mengajak Keisha untuk pulang.

"Yah, kok pulang sih Hud? Kan baru aja ketemu setelah satu minggu kamu ngilang. Aku kan masih kangen," ujar Keisha yang bergelayutan manja di lengan Huda.

"Kamu juga harus tahu waktu, Kei. Aku tidak ingin karena kita menghabiskan waktu berdua, kita jadi lupa waktu untuk belajar," bujuk Huda.

Keisha akhirnya bisa tersenyum, meskipun tidak lebar. "Iya, iya. Yaudah kita pulang."

Huda merasa lega saat Keisha tak menuntut apapun darinya. Dari sekian perempuan yang dipacari, hanya Keisha yang tidak pernah meminta ini dan itu. Meskipun suka ngambek, tetapi Keisha bisa memahami Huda, tak seperti pacar lainnya matre.

Sebenarnya Huda juga merasa lebih nyaman saat berada disamping Keisha. Namun, Huda sadar dia tidak akan pernah bersatu dengan Keisha karena keyakinan mereka berbeda.

"Makasih ya kamu udah mau ngertiin aku," kata Keisha saat Huda telah mengantarnya sampai di depan rumahnya.

"Iya Sayang," balas Huda dengan lembut.

Setelah mengantarkan Keisha pulang, Huda pun juga langsung pulang. Badannya serasa remuk. Dari agenda pagi hingga malam sangat menguras tenaganya. Huda menghela napas kasarnya saat mengingat sosok Husna yang pasti ada di kamarnya.

"Gue harus ngapain nanti?" Huda memukulkan tangannya ke setir kemudinya.

"Mas, gue bukan orang baik seperti yang Lo pikirkan. Harusnya Lo pilih orang yang benar-bener bisa menjaga mbak Husna dengan baik, bukan gue! Gue gak bisa, Mas!"

Tanpa disadari oleh Huda, mobilnya telah sampai di depan rukonya. Karena bengkel masih buka, Huda langsung nyelonong masuk kedalam.

"Masukin mobil gue!" Huda melemparkan kunci mobilnya pada Arul.

"Biasakan ucapakan salam sebelum masuk!" tegur Mail.

"Assalamualaikum," kata Huda yang langsung naik ke lantai dua.

"Waalaikumsallam," balas Mail sambil berdecak. Mau heran, tapi begitulah Huda.

"Dim, Lo masukin mobil Huda, gih! Aku mau nutup bengkel dan beres-beres, dah mau jam 11 nih," ujar Arul yang melemparkan kunci mobil Huda pada Dimas.

Dimas hanya membuang napas beratnya, berharap Huda bisa berubah dan segera tobat tidak menaikkan perasaan perempuan lagi.

"Huda ... Huda." Dimas menggelengkan kepalanya.

Sesampainya di kamar, Huda sudah melihat sudah melihat Husna terlelap dalam tidurnya. Bahkan masih dengan balutan hijab yang masih membungkus kepalanya.

Bagi Huda, pernikahannya dengan Husna hanya sebatas status saja. Keduanya sama-sama tidak memiliki perasaan. Terlebih Huda juga sadar jika cinta Husna hanya untuk Yudha saja.

Setelah membersihkan diri Huda pun langsung naik keatas tempat tidur. Jantung sangat berdebar kuat. Meskipun dia sering bergonta-ganti pacar, tetapi dia belum pernah untuk tidur dalam satu ranjang. Bahkan untuk melakukan ciuman saja Huda belum pernah.

"Kamu udah pulang?"

Jantung Huda terasa ingin lepas saat mendengar pertanyaan Husna.

"Kamu belum tidur, Mbak?" tanya Huda gelagapan.

"Udah sih, tapi kebangun pas kamu buka pintu," balas Husna.

"Maaf kalau aku udah bangun tidurmu."

Husna hanya tersenyum tipis sambil melihat arah Huda.

"Lain kali kalau pulang jangan malam-malam. Kan besok kamu harus kuliah. Tuh lihat udah mau jam 11 malam lho," tunjuk Husna pada jarum jan yang menggantung di dinding.

"Iya mbak. Besok nggak aku ulang lagi."

Husna pun melanjutkan lagi tidurnya yang sempat terbangun. Begitu juga dengan Huda yang mencoba untuk memejamkan matanya. Namun, ternyata sangat sulit baginya. Sosok Husna yang terbaring di sampingnya membuat bedanya terus saja bergerumuh.

"Ya Allah jantung! Stop deg degan!" lirih Huda sambil mengusap dadanya.

...****...

Terpopuler

Comments

Risa Risa

Risa Risa

agak aneh sih playboy gonta ganti pacar tp blm pernah ciuman

2023-07-05

0

Pujiastuti

Pujiastuti

walaupun ngak ada rasa cinta, tapi kalau tidur seranjang tetap deg degan ya Huda 😁😁😁

2023-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!