Dungeon Demon Hunters
...🍀🍀🍀...
Seorang pria dengan rambut gondrong dan berpakaian lusuh, baru saja keluar dari ruang kelas dengan langkah gontai. Wajahnya terlihat lesu dan muram, baru saja dia dimarahi oleh dosennya. Lagi dan lagi Jackson Alharaz selalu mendapatkan cemoohan dari semua orang. Entah itu masalah penampilan, status sosial, ataupun masalah ekonomi. Jackson juga tidak terlalu cerdas, tapi dirinya memaksakan diri untuk kuliah demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di negeri tersebut. Dia hidup seorang diri, alias sebatang kata. Lalu bagaimana dia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya? Ya, dia bekerja serabutan paruh waktu kesana-kemari. Tidak seperti teman-temannya yang berasal dari kalangan Borjuis, mereka asyik bersenang-senang dimasa muda mereka.
"Bagaimana bisa kau dapat nilai E? Astaga! Kau harus meningkatkan nilai mu, jangan seperti DIA yang sudah jelas masa depannya suram. Sudah jelek, miskin, beraninya dia masuk kuliah dengan dirinya yang seperti itu!" ketus seorang pria paruh baya seraya melirik Jackson yang baru saja keluar dari kelas. Langkah Jackson terhenti, jelas ia mendengar semua cemoohan itu ditujukan padanya.
"Tenang saja Dad, aku tidak akan seperti dia. Aku akan meningkatkan nilai-nilaiku, aku tidak akan mengecewakan daddy. Aku tidak mau masa depanku suram seperti dia," ujar seorang pria yang seumuran dengan Jackson, seraya mendelik sinis ke arah Jackson.
"Kalau mau bicara, langsung saja bicara pada orangnya. Jangan menyindir seperti itu! Kalian seperti perempuan," desis Jackson kesal, lalu ia pun melangkah pergi dari sana dengan perasaan marah.
"Huh! Dasar pecundang!" ketus ayah dan anak itu kepada Jackson.
Semua orang memandang rendah Jackson, tapi bukan salahnya juga karena tidak terlahir dari keluarga kaya raya, ataupun memiliki wajah tampan. Tuhan yang menciptakannya seperti ini dan tuhan yang mentakdirkan nasibnya begini.
"Tuhan, kenapa kau sangat kejam padaku hah? Kau yang membuatku seperti ini! Kenapa semua orang terus mencemooh diriku? Setidaknya kalau aku miskin, berikanlah aku ketampanan!" umpat Jackson pada dirinya sendiri, sambil menendang-nendang apa saja yang ada didepannya. Jackson benci dengan hidupnya, dari mulai masalah asmara, pekerjaan, kampus, tidak ada hal yang baik dan patut disyukuri menurutnya.
BUGH!
Tanpa sengaja Jackson menendang kaleng kosong pada seorang pria yang sedang duduk dipinggir jalan.
"Hey! Kau!" sentak pria itu marah, sambil memegang keningnya yang terkena kaleng kosong.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja." Jackson mengatupkan kedua tangannya seraya memohon maaf pada pria itu.
"Pergi kau! Jangan menghalangiku dengan pemandangan wajahmu yang jelek itu!" ketus pria itu dengan tatapan merendahkan pada Jackson.
"Maaf...maaf." Jackson hanya bisa menundukkan kepalanya. Ya, di dunia ini mungkin orang jelek dan orang miskin tidak bisa hidup. Contohnya, manusia sepertinya. Dia hanya dianggap sampah.
****
Sepulang dari kampus, Jackson lantas pergi bekerja paruh waktu disebuah restoran sebagai pramusaji. Dia melakukan pekerjaannya dengan baik, meski tidak banyak bicara.
"Hey Jackson! Cepat cuci piringnya!" ujar seorang pria pada Jackson yang baru saja mengambil piring kotor ke dapur.
"Maaf, ini bukan tugasku. Aku seorang pramusaji," sahut Jackson yang jelas menolak permintaan teman yang bekerja di bagian cuci piring.
"Apa kau bilang? Kau mau melawanku? Aku ini seniormu!" tukas pria itu marah, tangannya berkacak pinggang.
"Lantas kenapa kalau kau seniorku? Kenapa aku harus mengerjakan pekerjaanmu?" tanya Jackson dengan wajah datarnya, ia memberanikan diri menjawab karena lelah selama ini selalu disuruh-suruh melakukan sesuatu yang bukan pekerjaannya.
Pria yang sudah diselimuti emosi itu, menarik baju Jackson, ia mengangkat tubuh Jackson sampai ke atas sampai pria itu kesulitan bernafas.
Jackson dipukuli habis-habisan oleh pria yang tubuhnya lebih besar darinya itu. Beberapa karyawan berusaha melerainya dan membawa mereka ke belakang restoran.
"Erick hentikan! Jack bisa mati!" teriak manager restoran tersebut pada Erick yang terus-menerus memukuli Jackson. Pria itu sudah babak belur, ditendang dan dipukuli oleh Erick tanpa ampun. Jackson bukannya diam saja, ia juga berusaha melawan tapi sayang dia lemah.
Semua orang menatap Jackson dengan kasihan. Ada yang mengejeknya juga melalui tatapan. Dia selalu diperlakukan seperti ini. Orang yang tidak punya uang selalu diinjak-injak.
"Cukup Erick!" sentak seorang pria seraya mendorong tubuh Erick agar menyingkir dari Jackson. "Jack, bangunlah! Pergi dan obati lukamu, hari ini kau pulang saja." titah pria itu pada Jackson.
"Ta-tapi..."
"Pergilah daripada kau membuat masalah!" seru seorang karyawan lainnya pada Jackson. Mereka menganggap Jackson adalah biang masalah.
Dalam keadaan terluka, Jackson pergi dari restoran menuju ke kosannya. Langit siang kala itu tampak cerah, namun tidak secerah hatinya.
"Siall! Kenapa langit begitu cerah seperti sedang menertawakanku?" umpat Jackson kesal.
Ketika pria itu sedang berjalan menuju gang rumahnya, ia melihat seorang wanita tua duduk di tanah tanpa alas apapun. Pakaiannya kumuh, nenek itu memakai tudung berwarna hitam, rambut putihnya terlihat panjang terurai.
"Hey nak!" nenek tua itu tiba-tiba memanggil Jackson dan langkahnya terhenti.
"Anda memanggil saya? Maaf saya tidak punya uang, atau makanan." Kata Jackson cepat, ia berpikir wanita tua itu akan meminta uang atau makanan padanya.
Wanita tua itu tersenyum, lalu meminta Jackson untuk duduk disampingnya. Jackson pun menurut dan duduk di samping wanita tua itu. "Ada apa nek?"
"Ini untukmu..." nenek itu menyerahkan sebuah cermin tua kepada Jackson.
"Ada apa ini nek? Kau ingin aku membeli cerminnya? Maaf, aku tidak punya uang. Sepertinya cermin ini cermin antik, pasti harganya tidak murah!" Jackson menyerahkan kembali cermin itu kepada si nenek, namun sang nenek menolaknya.
"Berikan saja apa yang kau punya, sebab cermin ini sudah menemukan pemiliknya! Kaulah pemiliknya," ucap nenek itu sambil tersenyum di wajah keriputnya.
"A-aku...hanya punya uang 2 dollar nek." jawab Jackson sambil mengambil uang dua dolar di sakunya.
"Berikan itu padaku dan cermin ini jadi milikmu. Katakanlah apa permintaanmu padanya, cermin ini akan mengabulkannya!" seru nenek itu lalu mengambil uang 2 dollar ditangan Jackson.
Jackson tersenyum dan menganggap omongan si nenek itu hanya bualan saja karena ingin punya uang. Lalu ia pun mengambil cermin itu dan pergi ke kosannya.
Nenek itu tersenyum menyeringai melihat kepergiannya. Lalu ia pun menghilang begitu saja entah kemana.
Setibanya didalam rumah kost-annya yang terletak di lantai 5, Jackson langsung pergi ke dapur untuk mengambil kotak obat untuk mengobati luka-lukanya, seraya mengumpat Erick yang memukulnya.
Ketika sedang mengobati luka-lukanya, tanpa sengaja darah di tangannya menetes pada cermin yang ada diatas meja. Kemudian darah itu menghilang seperti ditelan cermin. Jackson tidak menyadarinya.
"Kata nenek itu, aku bisa meminta apapun yang aku mau pada cermin ini. Baiklah akan aku coba." Jackson mengambil cermin itu, kemudian melihat wajahnya disana. 'Wahai cermin ajaib, aku ingin menjadi kaya dan kuat..."
Tidak ada reaksi apapun dari cermin itu dan Jackson pun hanya bisa terkekeh. "Tuh kan! Ini hanya bualan saja, ckckck."
Jackson pun menyimpan cermin ajaib itu ke atas meja, lalu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak sampai setengah jam, Jackson keluar dari kamar mandi menuju ke ruang tengahnya saat mendengar suara gaduh diluar.
Ia melihat cermin itu bercahaya dan diambil oleh sesosok mahluk bertubuh tinggi, berbulu dan hitam. Tubuh Jackson langsung gemetar saat melihatnya, matanya memicing ketakutan "ASTAGA!"
"Ssshhhhh..." makhluk itu mendesis dan mengeluarkan lidahnya yang panjang sampai ke lantai. Jackson lantas berjalan mundur.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Kita_Yama
bentar².....Mom? tapi bukannya yang ngomong sama anak ini pria paruh baya?
2023-07-04
0
mampir
2023-06-23
0
Bila
Darah Jackson ajaib kayaknya, mampir kak 😁😁
2023-05-10
2