NovelToon NovelToon

Dungeon Demon Hunters

Bab 1. Cermin Ajaib

...🍀🍀🍀...

Seorang pria dengan rambut gondrong dan berpakaian lusuh, baru saja keluar dari ruang kelas dengan langkah gontai. Wajahnya terlihat lesu dan muram, baru saja dia dimarahi oleh dosennya. Lagi dan lagi Jackson Alharaz selalu mendapatkan cemoohan dari semua orang. Entah itu masalah penampilan, status sosial, ataupun masalah ekonomi. Jackson juga tidak terlalu cerdas, tapi dirinya memaksakan diri untuk kuliah demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di negeri tersebut. Dia hidup seorang diri, alias sebatang kata. Lalu bagaimana dia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya? Ya, dia bekerja serabutan paruh waktu kesana-kemari. Tidak seperti teman-temannya yang berasal dari kalangan Borjuis, mereka asyik bersenang-senang dimasa muda mereka.

"Bagaimana bisa kau dapat nilai E? Astaga! Kau harus meningkatkan nilai mu, jangan seperti DIA yang sudah jelas masa depannya suram. Sudah jelek, miskin, beraninya dia masuk kuliah dengan dirinya yang seperti itu!" ketus seorang pria paruh baya seraya melirik Jackson yang baru saja keluar dari kelas. Langkah Jackson terhenti, jelas ia mendengar semua cemoohan itu ditujukan padanya.

"Tenang saja Dad, aku tidak akan seperti dia. Aku akan meningkatkan nilai-nilaiku, aku tidak akan mengecewakan daddy. Aku tidak mau masa depanku suram seperti dia," ujar seorang pria yang seumuran dengan Jackson, seraya mendelik sinis ke arah Jackson.

"Kalau mau bicara, langsung saja bicara pada orangnya. Jangan menyindir seperti itu! Kalian seperti perempuan," desis Jackson kesal, lalu ia pun melangkah pergi dari sana dengan perasaan marah.

"Huh! Dasar pecundang!" ketus ayah dan anak itu kepada Jackson.

Semua orang memandang rendah Jackson, tapi bukan salahnya juga karena tidak terlahir dari keluarga kaya raya, ataupun memiliki wajah tampan. Tuhan yang menciptakannya seperti ini dan tuhan yang mentakdirkan nasibnya begini.

"Tuhan, kenapa kau sangat kejam padaku hah? Kau yang membuatku seperti ini! Kenapa semua orang terus mencemooh diriku? Setidaknya kalau aku miskin, berikanlah aku ketampanan!" umpat Jackson pada dirinya sendiri, sambil menendang-nendang apa saja yang ada didepannya. Jackson benci dengan hidupnya, dari mulai masalah asmara, pekerjaan, kampus, tidak ada hal yang baik dan patut disyukuri menurutnya.

BUGH!

Tanpa sengaja Jackson menendang kaleng kosong pada seorang pria yang sedang duduk dipinggir jalan.

"Hey! Kau!" sentak pria itu marah, sambil memegang keningnya yang terkena kaleng kosong.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja." Jackson mengatupkan kedua tangannya seraya memohon maaf pada pria itu.

"Pergi kau! Jangan menghalangiku dengan pemandangan wajahmu yang jelek itu!" ketus pria itu dengan tatapan merendahkan pada Jackson.

"Maaf...maaf." Jackson hanya bisa menundukkan kepalanya. Ya, di dunia ini mungkin orang jelek dan orang miskin tidak bisa hidup. Contohnya, manusia sepertinya. Dia hanya dianggap sampah.

****

Sepulang dari kampus, Jackson lantas pergi bekerja paruh waktu disebuah restoran sebagai pramusaji. Dia melakukan pekerjaannya dengan baik, meski tidak banyak bicara.

"Hey Jackson! Cepat cuci piringnya!" ujar seorang pria pada Jackson yang baru saja mengambil piring kotor ke dapur.

"Maaf, ini bukan tugasku. Aku seorang pramusaji," sahut Jackson yang jelas menolak permintaan teman yang bekerja di bagian cuci piring.

"Apa kau bilang? Kau mau melawanku? Aku ini seniormu!" tukas pria itu marah, tangannya berkacak pinggang.

"Lantas kenapa kalau kau seniorku? Kenapa aku harus mengerjakan pekerjaanmu?" tanya Jackson dengan wajah datarnya, ia memberanikan diri menjawab karena lelah selama ini selalu disuruh-suruh melakukan sesuatu yang bukan pekerjaannya.

Pria yang sudah diselimuti emosi itu, menarik baju Jackson, ia mengangkat tubuh Jackson sampai ke atas sampai pria itu kesulitan bernafas.

Jackson dipukuli habis-habisan oleh pria yang tubuhnya lebih besar darinya itu. Beberapa karyawan berusaha melerainya dan membawa mereka ke belakang restoran.

"Erick hentikan! Jack bisa mati!" teriak manager restoran tersebut pada Erick yang terus-menerus memukuli Jackson. Pria itu sudah babak belur, ditendang dan dipukuli oleh Erick tanpa ampun. Jackson bukannya diam saja, ia juga berusaha melawan tapi sayang dia lemah.

Semua orang menatap Jackson dengan kasihan. Ada yang mengejeknya juga melalui tatapan. Dia selalu diperlakukan seperti ini. Orang yang tidak punya uang selalu diinjak-injak.

"Cukup Erick!" sentak seorang pria seraya mendorong tubuh Erick agar menyingkir dari Jackson. "Jack, bangunlah! Pergi dan obati lukamu, hari ini kau pulang saja." titah pria itu pada Jackson.

"Ta-tapi..."

"Pergilah daripada kau membuat masalah!" seru seorang karyawan lainnya pada Jackson. Mereka menganggap Jackson adalah biang masalah.

Dalam keadaan terluka, Jackson pergi dari restoran menuju ke kosannya. Langit siang kala itu tampak cerah, namun tidak secerah hatinya.

"Siall! Kenapa langit begitu cerah seperti sedang menertawakanku?" umpat Jackson kesal.

Ketika pria itu sedang berjalan menuju gang rumahnya, ia melihat seorang wanita tua duduk di tanah tanpa alas apapun. Pakaiannya kumuh, nenek itu memakai tudung berwarna hitam, rambut putihnya terlihat panjang terurai.

"Hey nak!" nenek tua itu tiba-tiba memanggil Jackson dan langkahnya terhenti.

"Anda memanggil saya? Maaf saya tidak punya uang, atau makanan." Kata Jackson cepat, ia berpikir wanita tua itu akan meminta uang atau makanan padanya.

Wanita tua itu tersenyum, lalu meminta Jackson untuk duduk disampingnya. Jackson pun menurut dan duduk di samping wanita tua itu. "Ada apa nek?"

"Ini untukmu..." nenek itu menyerahkan sebuah cermin tua kepada Jackson.

"Ada apa ini nek? Kau ingin aku membeli cerminnya? Maaf, aku tidak punya uang. Sepertinya cermin ini cermin antik, pasti harganya tidak murah!" Jackson menyerahkan kembali cermin itu kepada si nenek, namun sang nenek menolaknya.

"Berikan saja apa yang kau punya, sebab cermin ini sudah menemukan pemiliknya! Kaulah pemiliknya," ucap nenek itu sambil tersenyum di wajah keriputnya.

"A-aku...hanya punya uang 2 dollar nek." jawab Jackson sambil mengambil uang dua dolar di sakunya.

"Berikan itu padaku dan cermin ini jadi milikmu. Katakanlah apa permintaanmu padanya, cermin ini akan mengabulkannya!" seru nenek itu lalu mengambil uang 2 dollar ditangan Jackson.

Jackson tersenyum dan menganggap omongan si nenek itu hanya bualan saja karena ingin punya uang. Lalu ia pun mengambil cermin itu dan pergi ke kosannya.

Nenek itu tersenyum menyeringai melihat kepergiannya. Lalu ia pun menghilang begitu saja entah kemana.

Setibanya didalam rumah kost-annya yang terletak di lantai 5, Jackson langsung pergi ke dapur untuk mengambil kotak obat untuk mengobati luka-lukanya, seraya mengumpat Erick yang memukulnya.

Ketika sedang mengobati luka-lukanya, tanpa sengaja darah di tangannya menetes pada cermin yang ada diatas meja. Kemudian darah itu menghilang seperti ditelan cermin. Jackson tidak menyadarinya.

"Kata nenek itu, aku bisa meminta apapun yang aku mau pada cermin ini. Baiklah akan aku coba." Jackson mengambil cermin itu, kemudian melihat wajahnya disana. 'Wahai cermin ajaib, aku ingin menjadi kaya dan kuat..."

Tidak ada reaksi apapun dari cermin itu dan Jackson pun hanya bisa terkekeh. "Tuh kan! Ini hanya bualan saja, ckckck."

Jackson pun menyimpan cermin ajaib itu ke atas meja, lalu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak sampai setengah jam, Jackson keluar dari kamar mandi menuju ke ruang tengahnya saat mendengar suara gaduh diluar.

Ia melihat cermin itu bercahaya dan diambil oleh sesosok mahluk bertubuh tinggi, berbulu dan hitam. Tubuh Jackson langsung gemetar saat melihatnya, matanya memicing ketakutan "ASTAGA!"

"Ssshhhhh..." makhluk itu mendesis dan mengeluarkan lidahnya yang panjang sampai ke lantai. Jackson lantas berjalan mundur.

...****...

Bab 2. Kedatangan Iblis dan monster

Jack ternganga saat melihat sesosok makhluk yang berdiri didepannya. Mahluk itu berbadan tinggi dan lidahnya menjulur keluar, tubuhnya berbulu hitam lebat. Jack tidak tahu itu hewan apa, mirip beruang tapi mirip ular juga. Tapi yang jelas Jack sangat ketakutan dengan sosok itu.

"Rwaarr..."

Sosok iblis itu menggeram tepat didepan Jack dan sontak saja membuat pria itu ketakutan setengah mati. Jack penakut, dia bahkan takut untuk sekedar menonton film hantu. Sekarang malah ada sosok monster didepannya.

Jack mengambil yang ada disana sebagai senjata, dia mengambil pot bunga dan mengayunkannya pada mahluk itu. Jelas, makhluk itu ingin menyerang dirinya.

"Pergi kau dari sini! Makhluk apa kau, hah?" teriak Jack yang lalu melempar pot bunga itu ke arah monster berbulu itu dan mengenai ekornya. Monster itu menggeram semakin keras, tangan-tangannya yang dipenuhi bulu, dan jari-jari dengan kuku panjang itu berusaha menggapai Jackson.

Selagi makhluk itu diam ditempatnya, Jack berlari dengan sekuat tenaga dan keluar dari kosannya yang berada di lantai atas. Dan diluar sana, terjadi kegaduhan juga ketika ia melihat beberapa orang berlarian karena diserang makhluk-makhluk aneh disana.

"TOLONG! Ack!!!"

"Jangan bunuh aku!"

Suasana kosan itu menjadi suram tapi riuh karena teriakan orang-orang yang meminta tolong, bahkan Jack menatap ke langit yang kini turun tetesan air hujan tapi berwarna merah.

"Kenapa langit tiba-tiba berubah menjadi gelap padahal ini masih siang? Kenapa bisa ada hujan dengan air berwarna merah ini? Apa ini darah? Ya Tuhan..." gumam Jack saat melihat tetesan air dari langit ditangannya yang berwarna merah. Ia mencium bau cairan berwarna merah itu dan baunya amis.

"Darah! Ini darah!" pekik Jack kaget.

Tiba-tiba saja Jack dikagetkan dengan sosok mahluk menyeramkan yang terbang seperti kelelawar, tapi ukurannya besar. Mengarah ke arahnya. Gigi taringnya tajam, cakarnya juga panjang.

"Aarrrrr..." makhluk itu menggeram.

Tepat saat makhluk itu akan menyerang Jack, dengan cepat pria itu menghindar karena refleks. Tapi tubuhnya terjatuh ke lantai.

BUGH!

"Ack!" Jack meringis kesakitan saat merasakan tangannya membentur pintu kosan yang lain.

Inginnya diam berdiam diri, tapi ya mau bagaimana lagi. Rasa takutnya membuat ia harus berlari dan terus berlari mencari tempat aman meski tak tahu dimana tempat aman itu.

Jack pergi ke tangga darurat, ia tidak sendirian. Ada beberapa tetangga yang juga berlari menuju ke bawah dengan tergesa-gesa. Mereka dikejar-kejar makhluk aneh.

"Jack! Kau masih hidup rupanya?" tanya seorang wanita paruh baya pada Jack. Dia adalah tetangga kosannya.

"Apa nyonya meremehkanku?" tanya Jack tidak senang, sebab si wanita paruh baya itu selalu mengejeknya pecundang.

"Aku pikir orang penakut akan mati lebih dulu, tapi nyatanya kau masih hidup. Aku rasa apa yang aku lihat di film-film itu tidak sepenuhnya benar!" cetus wanita paruh baya itu dalam pelariannya. Nafasnya terengah-engah, pertanda dia mulai lelah. Keringat membanjiri wajahnya.

"Tidak semuanya di film itu benar, nyonya Belinda!" seru Jack yang masih sempat-sempatnya kesal pada wanita paruh baya itu.

"Ya, sekarang aku tahu kalau--"

"AHH!!" jerit wanita paruh baya itu.

Jack terbelalak saat melihat sesuatu memakan wanita paruh baya yang tadinya ada disampingnya itu. Makhluk seperti buaya itu melahap nyonya Belinda dengan ganas. Dalam sekali serangan, nyonya Belinda sudah masuk ke dalam tubuhnya. Saat itu pula, tubuh si monster itu berubah menjadi sedikit besar.

"Nyonya Belinda!!" teriak Jack panik. Terlebih jarak diantara dirinya dan mahluk itu sangat dekat. Apakah dia yang berikutnya untuk dimakan? Astaga! Tuhan, apa ini kiamat? Akhir dunia? Pikir Jack dalam hatinya.

"Sekarang giliran siapa?" ucap mahluk berkepala buaya itu dengan mengusap sedikit darah di sudut bibirnya. Darah dari manusia yang ia makan. Jack bisa melihat dimatanya ada angka 5, entah apa maknanya.

ASTAGA! Mahluk ini bisa bicara?

Jack semakin tercengang, terlebih lagi makhluk ini bisa bicara. Ini sangat menyeramkan dari film zombie yang selalu dia tonton di akhir pekan.

"Baiklah, aku harus memakan yang mana dulu? Apa kau mau duluan?" suara makhluk itu menggeram, mengerikan. Matanya menatap Jack yang masih berada dalam posisi duduknya. Semua orang yang ada di tangga darurat bergidik ngeri saat melihat makhluk itu, mereka terkepung di tengah-tengah karena didepan mereka juga ada mahluk lainnya.

"Ibu...aku tidak ingin mati," ucap seorang anak perempuan sambil memeluk ibunya dengan ketakutan. Sang ibu juga sama ketakutannya dengan anak itu.

"Baiklah, aku sisakan kau menjadi yang terakhir! Kalau kau yang paling lemah disini," cetus makhluk itu seraya menunjuk ke arah Jack dengan jari-jari tajamnya. Dia pikir Jack yang paling lemah disana, sedangkan semua orang berusaha melawan.

"Aahhh!!!"

"TIDAK!!"

Suara teriakan demi teriakan menggema ditelinga Jack, bersamaan dengan pemandangan tragis yang ia lihat tepat didepan matanya. Dimana makhluk itu membunuh semua orang di tangga. Darah bercucuran disana, membuat lantai dan tembok yang semula berwarna putih itu berubah warna menjadi merah oleh darah mereka. Makhluk itu tidak punya perasaan, dia menyerang dan memakan manusia secara membabi buta.

'Lebih baik aku melarikan diri selagi makhluk itu memakan mereka' Kata Jack dalam hatinya, dia akan memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri dari makhluk itu. Dia tidak peduli meski harus disebut pengecut. Kalau rasa pengecut itu memang bisa membuatnya bertahan hidup.

"Ibu...ibu...jangan sakiti ibuku!" teriakan seorang anak perempuan menghentikan langkah Jack yang tadinya akan membuka pintu ke arah luar gedung kost tersebut.

"Pergilah nak! Pergi!" teriak sang ibu yang kini sudah berada di cengkraman tangan si monster buaya itu.

Hati nurani Jack tersentil, dia tidak bisa begitu saja meninggalkan ibu dan anak itu disana begitu saja. Hanya dia dan dua orang itu yang masih bertahan hidup.

"IBU!" anak perempuan itu berusaha memukul-mukul monster buaya dengan tangan kosongnya, agar ibunya dilepaskan.

"Sial! Aku tidak bisa membiarkan mereka celaka!" Jack membalikkan badannya, ia naik kembali ke anak tangga menuju ke atas. Disepanjang perjalanannya ke atas, tangga itu sudah bersimbah darah.

Jack menghampiri anak perempuan itu dan memangkunya. Dia juga berusaha untuk menyelamatkan ibunya yang hampir di makan.

"Hoho...jadi kau kembali lagi? Si penakut sok jadi pahlawan!" mahluk itu tersenyum menyeringai, dia menatap Jack dengan meremehkan.

"Lepaskan dia!" teriak Jack sambil mengambil pemukul baseball yang ada disana. Dengan tangan gemetar dia berusaha melawan monster itu.

HAP!

"Nyam...nyam nyam..."

"IBU!" anak perempuan itu menangis histeris saat melihat kepala ibunya dimakan lebih dulu dan dipisahkan dari tubuhnya. Jack langsung menutupi mata anak perempuan itu dengan tangannya.

"Kau sangat kejam!" sentak Jack marah. Pria itu meminta pada si anak perempuan agar bersembunyi lebih dulu. Sayangnya dibelakang anak perempuan itu ada sosok monster ular.

"Akkhh!!"

Anak perempuan itu di patuk oleh ular tersebut dan dalam hitungan detik, anak perempuan tersebut jatuh tak sadarkan diri dengan sekujur tubuh yang membiru. Jack terlambat untuk menyelamatkannya, dia tidak menyelamatkan siapa-siapa.

"Kau memang pecundang Jack! Kau sampah!" umpat Jack sambil meneteskan air matanya, melihat anak perempuan itu sudah tidak bernyawa.

Tanpa Jack sadari, mulut monster buaya itu sudah menganga dibelakangnya dan bersiap melahapnya. Tatapan monster buaya begitu bernafas padanya.

"Fire Arrow~panah api!" teriak seorang wanita yang membuat Jack menoleh ke belakang. Ia melihat mahluk itu yang hampir memakannya dan ada panah api menancap ditubuh makhluk tersebut.

"Bodoh! Bukannya lari, kau malah disini!" teriak wanita itu yang muncul entah dari mana, dia membawa banyak anak panah dan juga alat panahan ditangannya.

"Wow...wanita itu sangat cantik dan keren!" gumam Jack dengan mata terpesona melihat sosok wanita yang menolongnya itu.

Tidak, ini bukan saatnya untuk kagum. Ini saatnya untuk melarikan diri!

...****...

Bab 3. Demon Hunters

Ketika dia hampir dilahap salah satu monster yang memiliki lidah panjang dan gigi bertaring, Jack ditolong oleh seorang wanita bernama Lilian Ashley. Dia adalah seorang pemburu iblis. Dia pun bisa menyerang iblis iblis kelas bawah itu dengan mudahnya, senjatanya adalah panah.

"Sial! Kenapa dia tidak mati?" kata wanita berambut merah dengan satu kuncir kuda itu. Berkali-kali dia menembakkan panahnya, namun monster itu belum lumpuh juga.

Matanya terbelalak saat ia melihat mata si Monster buaya dan tertulis angka 5 disana. Monster itu menggeram dan hendak menyerangnya. Namun si wanita gesit dan pandai berlarian kesana kemari. Menghindar dengan tubuh mungilnya, dia cukup cepat.

"Pantas saja, monster tingkat 5! Dia bukan tandinganku!" geram Lilian, lalu ia pun mendekati Jack yang masih berdiri mematung di sudut lain anak tangga itu. Dia masih menembakkan panahnya ke arah sang monster, di bagian kaki, tangan dan tengah. Api dari panah menyambar tubuh sang monster, tapi perlahan-lahan menghilang.

"Kalian mencoba membunuhku dengan senjata murahan ini? Tidak akan semudah itu!" suara berat dari Monster itu seakan meremehkan Lilian dan Jack. Bahwa mereka tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah.

"Ayo pergi! Sebelum apinya menghilang!" wanita itu menarik tangan Jack, lalu mereka pun keluar dari sana gedung kosan tersebut.

Diluar sana, ternyata terjadi kekacauan yang lebih besar. Semua orang berlarian kesana-kemari mencari perlindungan. Bahkan banyak dari mereka yang menjadi santapan monster-monster itu.

"Ack! Tidak!"

"Tolong!"

Teriakan-teriakan dari orang yang meminta tolong dan menjerit kesakitan itu membuat Jack semakin ketakutan. Tapi jauh didalam hatinya, ia memiliki perasaan ingin menolong mereka.

"Siapa mereka?" gumam Jack saat ia melihat beberapa orang dengan gesit dan memegang senjata yang berbeda-beda, tengah bertarung melawan monster dan menolong mereka yang kesulitan. Jack melihat mereka seperti bukan berasal dari dunia ini.

"Bisakah kau menanyakannya nanti? Sekarang lebih baik kau bantu mereka yang terluka. Buatlah dirimu berguna," cetus Lilian pada Jack, seraya menyerahkan tasnya pada Jack.

"Apa isi tasnya?" tanya Jack polos.

"Apa perlu aku menjelaskan itu? Kau buka saja sendiri!" ujar Lilian ketus, lalu ia pun pergi membantu orang-orang yang diserang monster bersama para rekannya yang lain.

Langit masih menangis darah, menandakan bahwa kota tersebut sedang tidak baik-baik saja. Banyak darah di sepanjang jalanan, darah dari orang-orang tidak berdosa dimana monster melahap mereka.

"Lilian, mana si bodoh itu?" tanya seorang pria dengan rambut perak dan ada ikat berwarna merah di kepalanya. Dia memakai senjata seperti pistol. Wajahnya tampan, tapi terlihat datar.

"Dia sedang menolong orang yang terluka! Dengan kekuatan seperti itu, dia masih belum bisa bertarung!" cetus Lilian sambil melayangkan anak panahnya pada beberapa monster yang menyerang manusia. Ada diantara mereka yang langsung mati menjadi abu, tapi ada juga yang harus di tebas lehernya.

"Dia terlihat bodoh! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan darah spesial?" tanya pria itu meremehkan Jack. Dia dengan gesit menembaki para monster itu, sampai hampir semua monster di jalanan habis karenanya.

"Monster tingkat 5?" pria berambut perak itu tercengang saat melihat monster buaya dengan mata angka 5 tengah berjalan ke arahnya dan Lilian dengan santai.

"Sial! Rupanya dia sudah berhasil meloloskan diri dari jebakan panahku. Jim, apa kau bisa menanganinya?" Liliana menatap pria berambut perak yang dipanggil Jim itu. Tangannya sibuk memanah dan ia juga belum bisa mengalahkan monster tingkat 5.

"Serahkan padaku! Kau kalahkan mereka!" ujar Jim datar, lalu ia pun berjalan mendekati monster buaya itu dan mengarahkan pistol ke arahnya. Dan dimulailah pertarungan itu.

Disisi lain, Jack melakukan tugasnya. Ia berusaha menolong orang yang terluka dengan peralatan yang diberikan oleh Lilian.

"Huhuhu...ini sangat sakit." Anak laki-laki menangis meringis kesakitan.

"Tenang, ini hanya tergores saja! Jangan menangis," ucap Jack pada seorang anak laki-laki yang tangannya berdarah.

Dengan lembut, Jack mengoleskan obat dan menutup luka ditangan anak laki-laki itu dengan perban.

"Terimakasih sudah menyelamatkan anakku, tuan!" ujar wanita paruh baya itu kepada Jack.

"Sama-sama, sekarang lebih baik kalian pergi ke tempat yang aman." Jack tersenyum dan meminta mereka yang berada didekat jalanan, untuk pergi dan bersembunyi ke tempat yang aman.

Beberapa warga yang ada di jalanan di arahkan ke tempat aman. Mereka memasuki sebuah geraja dengan sihir perlindungan di sana. Dimana ada seorang pria berambut panjang, menjaganya. Jack yakin pria itu orang baik, sebab dia memiliki lambang yang sama dengan Lilian. Ada syal terikat ditangan Lilian dan pria itu, syal berwarna ungu. Tapi berbeda titik. Syal milik Lilian memiliki titik 2, sedangkan milik pria ini titiknya ada 4.

Pertarungan itu pun berakhir ketika monster tingkat 5 berhasil dikalahkan oleh Jim dan seorang pria berambut hitam kelam, dia membawa senjata pedang. Namun, jalanan dan beberapa rumah tampak kacau akibat ulah monster.

"Orang-orang itu, mereka hebat sekali...siapa mereka?" sedari tadi Jack berdecak kagum melihat orang-orang dengan kekuatan tidak biasa, seolah mereka dari dunia lain. Dan mereka memakai syal berwarna sama dengan logo naga.

Sling!

Pria berambut panjang tadi, lantas mengarahkan tangannya ke langit dan terlihat ada kubah berwarna hijau disana. Kubah itu melindungi orang-orang yang selamat dari monster. Namun, monster-monster itu masih ada diluar kubah berwarna hijau itu.

Setelah keadaan dirasa sudah aman, Jim, Lilian, pria berambut panjang dan juga 3 orang temannya yang lain menghampiri Jack. Mereka menatap Jack dengan tajam, lalu Jim menarik baju Jack dengan kasar.

"Kau terlihat bodoh, tidak terlihat kuat sama sekali." Jim menatap Jack meremehkan.

"Bagaimana bisa memiliki kekuatan jurus darah?" gumam pria berambut panjang itu tidak percaya. Dia menatap tajam pada Jack sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"A-aku tidak paham apa yang kalian bicarakan. Tapi siapa kalian?" tanya Jack gelagapan, berhadapan dengan orang-orang ini membuatnya tertekan.

"Kau mau melihatnya Aaron?" tanya Jim seraya melihat ke arah pria berambut panjang yang dipanggil Aaron. Sementara Jack bingung, kenapa orang-orang ini mengatakan hal yang tidak ia mengerti.

Tiba-tiba saja Jim mengambil belati dari saku celananya dan mengiris salah satu jari tangan Jack. "Ah! Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila?!" pekik Jack kaget dan saat ini tangannya mengeluarkan darah.

Jim mendorong Jack keluar kubah, darah ditangannya menetes ke tanah. Kemudian para iblis itu berjalan mendekatinya dengan sempoyongan seperti orang mabuk. Tak lama kemudian para monster itu ditebas si pemilik rambut hitam dengan mudahnya.

"Kyakkk!!" Jack berteriak saat melihat beberapa kepala Monster menggelinding ke arahnya.

"Sial! Ternyata benar si penakut ini pemilik darah spesial!" umpat Aaron dan meludah ke arah Jack.

Setelah monster di jalanan musnah, Jack dibawa oleh mereka semua ke sebuah ruangan bawah tanah. Dimana ada banyak orang dengan pakaian aneh juga disana, seperti pakaian pemburu. Gaya mereka juga aneh-aneh dan terlihat galak pada Jack.

"Tutupi lukamu dengan ini, atau monster itu akan berdatangan lagi karena ulahmu!" ujar Lilian seraya menyerahkan sapu tangan kepada Jack.

"Terimakasih cantik!" ucapnya sambil tersenyum lebar.

PLAK!

BUGH!

Tiba-tiba saja kepalanya di pukul dan tubuhnya di tendang sampai ke bawah oleh salah seorang diantara mereka ini. Jack sampai kesulitan bergerak.

"Sa-sakit lepaskan aku!"

"Jim, jangan terlalu galak padanya. Kita harus menyambutnya dengan baik," ucap seorang pria yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Jack dari atas sana. Pria itu memiliki rambut berwarna merah sama seperti Lilian.

"Ka-kalian siapa? Kenapa kalian menyiksaku seperti ini? Apa salahku?" tanya Jack tidak paham. Dia menahan sakit karena kaki Jim yang menginjak punggungnya.

"Kami adalah Demon Hunters," jawab si pria yang memiliki rambut merah itu pada Jack, sambil tersenyum menyeringai.

"Demon Hunters? A-apa itu?" gumam Jack bingung.

"Pemburu iblis, atau monster. Dan selamat karena darahmu, para monster iblis itu muncul didunia ini." celetuk Aaron.

"Da-darahku?"

Kemudian Lilian menjelaskan secara singkat, kenapa Demon Hunters bisa datang kesini. Ya, Demon Hunters itu datang dari dunia lain saat mengetahui dari ramalan, bahwa iblis dan monster akan muncul karena pemilik kekuatan jurus darah telah terlahir. Pemilik kekuatan jurus darah itu ada Jack.

"Aku? Pemilik kekuatan jurus darah?!" teriak Jack kaget dengan apa yang didengarnya itu dari Lilian. Terdengar keren tapi juga menyeramkan. Tapi yang terpenting, apakah ini hal yang baik?

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!