Bab 5 ~ Panggilan Dari Rumah Sakit

Damian menaikan sebelah alisnya. "Dan kemungkinan terburuk adalah menikah denganku?"

Clea menggelengkan kepala. "Tidak. Menikahimu sebenarnya bukan ide yang buruk," jawabnya.

Damian tertegun. "Benar-benar?" tanyanya tidak percaya.

"Mm." Clea mengangguk. "Aku bahkan berpikir untuk mendukungmu jika kau tidak punya uang untuk memulai bisnis. Pemikiran yang konyol, bukan?" Ia tertawa, menertawakan pikiran konyolnya sendiri.

Anak teman ayah, mana mungkin tidak punya uang?

Justru aneh kalau ayah memiliki teman yang kekurangan uang.

Damian tidak bisa menahan senyum. "Kau benar-benar wanita yang baik dan berbudi luhur," pujinya. Tidak banyak wanita yang bersedia mendukung seorang pria untuk memulai. Wanita seperti itu, mungkin ada, namun perbandingannya sepuluh banding seribu. Cukup jarang, sangat jarang, jarang sekali. Atau.. apakah mungkin ia yang jarang menjumpainya?

"Sejujurnya aku tidak begitu kesulitan untuk urusan uang." Selain orang tuanya, ia juga punya kakak ipar yang kaya raya. Meski kakaknya sedikit pelit, namun kakak iparnya tidak. Ia hanya perlu meminta paket merah, maka dia akan mengirimkannya saat itu juga, tanpa ragu. Sungguh terberkati memiliki kakak ipar yang baik hati dan tidak pelit.

"Baguslah," Damian menimpali.

Kemudian mereka bertukar banyak kata lagi yang lebih serius sebelum memutuskan untuk pergi.

Clea dan Damian keluar dari restoran dan mengucapkan salam perpisahan sederhana sebelum keduanya berpisah dan memasuki mobil masing-masing.

Namun Clea tidak langsung pergi seperti Damian. Ia duduk di balik kemudi sebelum akhirnya menjatuhkan kepalanya di setir mobil, frustasi.

Cukup lama pembicaraan berlangsung, berbagai macam pembicaraan dilakukan, berbagai macam solusi di pikirkan, namun setelah sembilan puluh menit berlalu, mereka tetap tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada akhirnya mereka tidak menemukan solusi apapun untuk membatalan perjodohan.

Ia dan Damian sama-sama penurut orang tua.

Baik dirinya atau Damian, tidak ada yang ingin menyakiti perasaan orang tua mereka. Alasan sederhana itu yang membuat mereka berdua kesulitan menemukan solusi yang tepat.

Lelah dengan semua yang terjadi, mereka memutuskan untuk mengakhiri pertemuan dan pulang dengan tangan kosong. Meski Clea tampak tenang di permukaan, namun sungguh hanya ia yang tahu betapa badai sudah memporak-porandakan hatinya, menghancurkan dirinya hingga tulangnya terasa sakit.

Jika sudah seperti itu, ia tidak bisa berbuat banyak.

Pernikahan terdiri dari dua orang, jika hanya satu orang yang berjuang untuk menolak pernikahan, sampai kapanpun tidak akan ada perubahan. Jadi Clea yakin bahwa melawan hanya membuang waktu dan tenaga. Pun sedari awal dalam hati kecilnya ia tidak mempunyai niat untuk melawan. Pada akhirnya dia tetap harus menikah, menjadi istri dan masuk ke keluarga Adelard.

Clea menghela nafas panjang.

Rupanya ada banyak masalah serta kerisauan yang ia sembunyikan tanpa membiarkan seorang pun mengetahuinya. Dan ketika semua itu berhasil ia bungkus dengan senyum, ia cukup puas karena berhasil menipu banyak orang dan mengelabuhi dirinya sendiri.

Hebat. Sangat hebat. Ia tidak akan meremehkan dirinya sendiri yang oleh sebagian orang di anggap egois.

Drt drt.

Getar yang berasal dari benda pipih di dalam tas yang tergeletak di kursi samping kemudi membuat gadis cantik itu tersentak. Lamunannya buyar. Dan lagi-lagi semua itu berhenti tanpa jawaban, tanpa penyelesaian.

Selalu saja. Selalu seperti itu. Berakhir dengan tidak jelas.

Clea menaikan pandangannya. Tangannya masuk ke dalam tas dan mencari keberadaan benda pipih itu. Begitu dapat dan mengetahui siapa yang memanggil, Clea segera menerima panggilannya tanpa ragu. "Halo, ada apa?"

"Gawat, Dok." Suara dari ujung panggilan.

Mata Clea seketika terbuka. "Apanya yang gawat? Katakan dengan jelas! Aku sedang mengemudi," bentaknya. Meski kenyataannya tidak sedang mengemudi, ia memutuskan untuk sedikit membual. "Kau tahu, aku sedang berkonsentrasi, jangan membuang waktu lagi," lanjutnya, sedikit kesal. Ia paling benci berbicara dengan orang yang setengah-setengah. Berbicara kok setengah-setengah, memangnya discon!

"Maaf, Dok," ucapnya, merasa sangat bersalah. "Pasien di paviliun kamar nomor sembilan kembali mengalami kejang. Orang tua pasien ingin Anda datang dan memeriksa." Merupakan suara buru-buru dari seorang perawat bernama Daisy. Ia sudah selesai memasang selang oksigen pada pasien umur tiga setengah tahun yang datang sore ini. Sekarang ia sedang memperhatikan anak itu lekat sembari menghubungi Dokter Spesialis Anak yang bertugas menangani anak ini.

Clea menghela nafas lega. Hanya kejang. Tidak, maksudnya.. "Bukankah sudah kau atasi?" Kejang susulan. Selain sudah berada di rumah sakit, pasien juga dalam pantauan perawat.

Bisa terjadi kejang susulan, selain suhu tubuh yang tidak kunjung turun, mungkin karena si anak sulit minum obat dan tidak meminum obat anti kejangnya sampai akhirnya kejang kembali terulang. Namun itu bukan masalah besar karena kejang yang terjadi pada pasien tersebut merupakan kejang yang di turunkan oleh salah satu anggota keluarga. Bukan kejang yang terjadi secara tiba-tiba ketika suhu tubuh pasien normal.

Daisy menghela nafas panjang, frustasi. "Sudah, namun mereka ingin Anda datang."

Sejenak Clea diam. Bekerja untuk melayani para kapitalis sangat tidak mudah, namun ia menyadari tidak ada pekerjaan yang benar-benar mudah.

"Bagaimana, Dok? Apakah Anda bisa datang?"

"Kalau itu yang mereka inginkan, baiklah, aku akan datang," ucap Clea. Memang ada beberapa anggota keluarga pasien yang seperti itu, yang merasa harus di pantau oleh dokter secara langsung.

Apalagi, mereka tinggal di paviliun.

Dengan bayaran mahal permalamnya, tentu tidak salah kalau mereka menginginkan yang terbaik. Ia bisa mengerti. Dan untungnya ia juga sedang tidak ingin pulang ke rumah. Ada masalah seperti ini, mungkin ini keberuntungan surga karena ia bisa melarikan diri tanpa harus mengarang cerita ataupun berbohong kepada orang tuanya.

Di balik panggilan, Daisy mengangguk. Meski tahu bahwa Clea tidak mungkin bisa melihat anggukannya.

"Lalu, apa kau sudah melihat hasil pemeriksaannya?"

"Sudah," jawab Daisy. "Hasilnya tidak ada penyakit serius, tidak ada kelainan."

"Mm." Clea mengangguk perlahan. "Maka tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Jadi, minta mereka untuk tenang dan awasi dengan ketat. Aku akan tiba sebentar lagi."

"Baik."

Panggilan terputus.

Clea menyimpan ponselnya kembali lalu memposisikan dirinya sebelum memasang sabuk pengaman dan melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!