"Arrgghh!!!"Teriak pria itu, memekakan telinga, spaa pun itu
"Arsen?!" panggil orang itu. Arsen tersenyum miring saat nama nya di sebut oleh pria itu.
"Brengsek!"umpat pria itu dengan kesal.
"Sudah ku bulang, jangan pernah bermain denganku."ucap Arsen dengan nada dingin.
Arsen berjalan semakin mendekati Burhan, menjambak rambutnya hibgga membuat pria itu mendongak menatap Arsen.
"Kau hanya sebutir kerikil kecil dan kau sudah berani melawanku!"Arsen berucap dengan santai.
"Beri dia peringatan!" Arsen melepaskan jambakannya kemudian duduk di kursi yang sudah di siapkannya untuknya. Melihat dengan diam, anak buahnya dengan brutal menyiksa Burhan. Teriakan Burhan menggema di ruangan itu.
~_~
Pagi ini Ziana bersiap akan pergi ke kampusnya, tadi malam dosennya di kampusnya dulu. Saat semuanya siap Zia pun berangkat dengan menggunakan scooter pink miliknya.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit, Zia pun sampai di tempatnya dulu menimba Ilmu. Zia menatap tempat itu lama, tempat yang penuh dengan kebahagiaan, kesedihan, dan asem manisnya kehidupan ia rasakan saat ia bersekolah di sini.
Dengan langkah berat, Zia berjalan memasuki gedung kampus dan pergi ke ruang dosen. Zia mengetuk pintu ruang dosen yang betuliskan Nina Rania.
"Masuk!" sahut dari dalam.
Dengan perlaha. Zia membuka pintu dan tersenyum saat seorang wanita paruh baya menyambutnya dengan hangat.
"Apa kabar, mam sangat merindukan mu" ucap Nina yang akrab di panggil Mam sama murid - muridnya.
"Baik, Mam bagaimana, sehat?"
"Seperti yang kamu lihat, Mam sudah semakin tua dan ya... Namanya juga orang tua ya." jawab Nina sambil mengiring Ziana untuk duduk ke sofa.
"Kamu kerja apa sekarang?" tanya Nina.
"Melanjutkan impian mama, Mam. Mam tahu sendiri kan..."
"Iya, Mam ngerti."potong Nina, mengusap tangan Ziana.
"Kalau boleh Zia tahu, ada apa Mam memanggil Zia?"tanya Ziana to the poin.
"Kamu ini masih sama dengan yang dulu ya, tidak pernah berubah tidak ada basa basihnya. Kita ngobrol dulu, baru bahas masalah itu"ujar Nina menggeleng.
"Maaf Mam, tapi Zia benar - benar harus cepat. Toko Zia tidak ada yang jaga"kata Zia jujur.
"Hmm... Baiklah, kalau gitu Mam langsung aja ke intinya ya" Ziana mengangguk.
"Kemaren, bukan sebenarnya orang ini sudah memintamu sejak 3 bulan belakangan tapi Mam terus saja mencoba untuk mengulurnya..."
"Minta apa?"tanya Ziana penasaran, hingga dia pun memotong ucapan dosennya itu.
"Minta mu untuk menjadi pembimbingnya dalam melakukan scripsi dan mereka juga memintamu untuk melakukan fisioterapi pada nenek mereka yang sedang terkena stroke" jelas Nina.
Ziana terdiam memikirkanya.
'Bagaimana aku bisa aku melakukannya, sementara aku harus melakukan misi yang di suruh Ardian' batin Ziana.
"Ziana bagaimana? Apa kamu mau?"tanya Nina.
"Maaf Mam...."
"Mam harap kamu bersedia, karena jika tidak Mam akan dalam bahaya." Ziana mengernyitkan keningnya, dia tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh dosennya itu, apa hubungan diri nya dengan keselamatan dosennya itu.
"Mereka dari keluarga Marfino, Kamu pasti tahu siapa mereka kan" ucap Nina, yang melihat keraguan di mata Ziana.
Deg!
~_~
"Nyonya, dokter fisioterapi itu sudah menyetujuinya dan dia akan datang memeriksamu setiak 3 kali sehari"kata seorang bodyguard kepada Yuni.
"Benarkah? Baiklah persiapkan semuanya sesuai dengan yang aku perintahkan kemarin!" pria itu mengangguk mengiyakan. Kemudian berlalu pergi.
Yuni tersenyum penuh kemenangan, "Aku akan pastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencanaku" gumam Yuni tersenyum.
~_~
Ziana menghela napasnya yang sedikit terasa berat. Bagaimana lagi, ini adalah pengalaman pertamanya menggunakan keahliannya sebagai sebagai seorang fisioterapi.
Ini adalah impian ayahnya, beliau sangat ingin melihat Ziana bisa mejadi orang yang bermanfaat bagi orang lain fan Fisioterapi adalah salah satunya.
Tok... Tok... Tok...
Ziana mengetuk pintu yang ada di hadapannya.
Tak lama pintu besar dan tinggi itu pun terbuka secara perlahan.
"Selamat siang Tuan, saya Ziana ahli fisioterapinya nyonya Yuli" kata Ziana memperkenalkan dirinya.
"Baiklah, ayo silahkan ikuti saya!" pria itu dengan sopan mengiring Zia pergi ke sebuah kamar yang terletak di lantai 2 rumah mewah nan mega ini.
Tok... Tok... Tok...
"Permisi Nyonya, nona Ziana telah datang!"seru pria itu.
"Masuklah!"sahutnta dari dalam.
Dengan pelan pria itu membuka pintu kamar, dan menyuruh Zia untuk masuk ke dalam, sementara pria itu langsung pergi setelah memastikan Zia masuk kedalam kamar.
"Selamar Siang, nyonya" sapa Ziana, berdiri di belakang kursi roda yang saat ini membelakangi Zia.
Kursi roda itu, mulai bergerak dan menghadap kearah Ziana. Seorang wanita paruh baya sedang duduk di atas kursi roda itu.
"Seperti dugaanku, kamu akan tumbuh menjadi wanita cantik"ucap Yuni, Ziana mengerutkan keningnya. Dia tidak mengerti maksud dari perkataan wanita yang ada di hadapannya ini.
"Maksud nyonya?"
"Panggil aku Oma Yun,sayang" ucap Yuni lembut.
"T-tapi.."
"Apa yang akan kita lakukan hari ini?"tanya Yuni dengan semangat.
"Kita akan melakukan pengecekan keadaan Oma terlebih dulu. Saya ingin mengetahui pastinya apa penyakit Oma" Balas Ziana tak kalah lembut, dia mendekati Yuni dan menyalami tangan wanita itu.
"Maaf Oma, tapi saya sudah terbiasa melakukan ini" ucapnya tersenyum.
"Tidak apa - apa nak, karena inilah aku menyukaimul balas Yuni.
"Baiklah, kita akhiri bicaranya aku tidak akan menanyakan apa pun padamu lagi, kita langsung saja mengecek keadaan Oma." Ziana mendorong kursi roda Yuni, membawa wanita itu ke ranjangnya.
"Apa Oma bisa pindah keranjang?"tanya Ziana.
"Maaf nak, aku tidak bisa. Biasanya Bramlah yang membantuku untuk pindah keranjang."ucap Yuni dengan nada sedih.
"Baiklah, Saya akan membantu Oma ya. "
"Maaf saya menyentuh Oma." Ziana pun mulai membantu Yuni untuk pindah.
Yuni tersenyum menatap Ziana. Ziana pun mulai mengecek kondisi Yuni dengan peralatan medis yang di bawanya.
Setelah selesai mengecek,Ziana pun mulai menuliskan sesuatu pada selembar kertas.
"Oma, saya sudah mengecek kesehatan Oma. Dan berdasarkan analisisku, Oma akan melakukan terapi 4 kali seminggu karena ini sedikit serius dan aku juga sudah membuat daftar makanan yang boleh dan tidak boleh oma komsumsi." jelas Ziana.
"Tapi aku tidak suka kalau makanku di batas" ucap Yuni.
"Oma, hanya sebentar saja. Oma pasti bisa, kita akan berusaha ya. Katanya oma mau berjalan kembali"
"Tidak adakah cara lain?"tanya Yuni, Ziana menggeleng.
"Hanya ini salah satu cara yang paling sederhana dan paling mudah Oma"Ziana tersenyum sambil kembali memasukkan kembali perlatannya ke dalam tasnya.
"Apa Oma mau keluar untuk berjalan - jalan?"tanya Ziana setelah meletakkan tas peralatannya di sudut kamar.
"apa kamu mau menemani Oma?"tanya Yuni penuharap.
"Hmm.. Baiklah. Karena tadi Oma tidak terlalu banyak bertanya pada Saya, jadi saya akan menemani Oma." balas Ziana. Yuni tersenyum senang.
Ziana pun membantu Yuni untuk pindah ke kursi roda. Membawa wanita paru baya itu ke halaman belakang.
"Kita di sini saja, mumpung cuacanya tidak panas jadi Oma tidak akan hitam di buatnya."ucap Ziana yang berhasil membuat Yuni tertawa.
"Kamu bisa saja"
"Oiya, nak. Apa kamu bisa membawakan aku jus jeruk, aku sangat haus" lanjut Yuni
"Baiklah, tunggu di sini sebentar dan saya akan membawakamu segelas jus jeruk segar"kata Ziana. Yuni tesenyum mengangguk.
Ziana pun berlalu meninggalkan Yuni di teras taman belakang. Ziana bertanya pada pelayan di mana letak dapur dan dia juga minta izin untuk membuatkan Yuni jus jeruk sendiri.
Setelah jusnya siap, Ziana pun membawanya ke teras dan dia juga membawakan beberapa potong semangka dan jeruk untuk Yuni.
Saat keluar dari dapur, Ziana tidak sengaja menabrak seseorang hingga jus jeruknya tumbah dan mengenai pakaian orang itu.
"Tc, BERANINYA KAU!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments