Arsen mengemudikan mobilnya debgan kecepatan tinggi, ia mendapatkan telpon kalau adiknya sedang berada di sekolah sendiri tanpa ada pengawal yang menemani.
Arswn sangat marah, dia tidak bisa berpikir jeenih setelah mendengar kabar itu. Bagaimana mungkin adiknya berada di luar tanpa pengawal? Bagaimana nanti jika para musuh Arsen mengetahuinya dan melakukan sesuatu hal yang tidak di inginkan oleh parah musuh - musuhnya.
Menggenggam erat stir mobil, Arsen semakin menginjak pedal gas mobilnya. Hingga....
CITTT...
BRAK...
Arsen, banting stir hingga menabrak tiang listrik yang tidak jauh dari sana.
Arsen mengembuskan nafasnya, untung dia tidak kenapa - kenapa. Dengan kesal Arsen keluar dari mobil. Tidak jauh dari mobilnya dia melihat seorang gadis yang terduduk lemes di aspal.
Dengan langkah lebar, Arsen menghampiri gadis itu. "APA YANG KAU LAKUKAN?"bentak Arsen pada gadis itu.
"KALAU INGIN MATI JANGAN DI SINI, APA KAU TAHU KALAU TINDAKAN MU ITU SANGAT MEMBAHAYAKAN ORANG LAIN!!" bentaknya lagi.
Gadis itu belum juga merespon ucap Arsen, kesabaran Arsen tidak sebesar gunung Himalaya. Jadi, dengan tidak sabaran di tariknya tubuh gadis itu hingga gadis itu berdiri dan menatapnya.
"KAU...."ucapan Arsen seketika terhenti ketika menatap mata sayu milik gadis itu.
"Ziana!.."seseorang datang menghampiri Ziana dan Arsen.
"Apa kamu baik - baik saja?"tanya orang itu, menarik tubuh Ziana dari Arsen dan memeluknya.
Ziana masih diam, gadis itu benar - benar sangat shok dengan apa yang baru saja terjadi.
"Hei nona, urusanku belum selesai dengan temanmu itu." kata Arsen.
"Apa anda tidak lihat, teman saya sedang sangat shok. Berikan kartu nama anda dan kami akan menghubungi anda untuk ganti rugi"kata teman Ziana.
Arsen tiba - tiba teribgat dengan adiknya, dan tanpa pikir panjang dia pun menyerahkan sebuah kartu dan berlalu pergi meminggalkan dua gadis yang sedang berpelukan itu.
Menghentikan taxy yang kebetulan lewat, Arsen melihat sekeliling wilaya itu, menandai setiap sudut tempat itu. Dan tidak lupa dia juga melihat begitu banyak kerumunan manusia mendekat kearahnya.
Setelah kepergian Arsen, Rika membawa Ziana ke cafe yang tempatnya tadi.
"tolong air putihnya!"pinta nya pada pelayang.
"Kamu tenanglah, Zia. Sekarang semuanya sudah baik - baik saja, kamu tenang tidak terjadi apa - apa, ok" ucap Rika.
Ziana, meneteskan air mata. Kejadian hari ini mengingatkannya pada hari dimana dia dan ayah ibunya mengalami ke celakaan. Dan karena ke celakaan itulah Ziana harus kehilangan kedua orang tuanya.
Dan bagainama keadaan Ziana? Dia saat itu koma selama 1 bulan, dan saat dia sadar dia sangat terpukul dengan keadaan yang menimpa keluarganya.
"ini nona, airnya" seorang pelayan menyerahkan segelas air mineral pada Rika.
"Terima kasih." ucap Rika.
"Minumlah ini" Rika menyerahkan gelas itu pada Ziana. Dengan perlahan Ziana meminumnya, kemudian memejamkan matanya. Masa lalunya kembali berkelabat di pelupuk matanya.
~_~
Arsen sampai di tempat adiknya, dia melihat adiknya sedang duduk santai dengan teman - temannya. Dengan langkah lebar Arsen menghampiri adiknya dan memanggil adiknya dengan suara lembut, agar adiknya tidak malu dengan para teman walau dari raut wajah terlihat kalau dia sedang khawatir.
"Iya, ada apa kak?"tanya Sila.
"Apa kelasmu sudah selesai?" Arsen melihat keadaan adiknya.
"sudah kak, kenapa?"
"Kalau begitu, ayo kita pulang."ajaknya.
"Tapi kak, bisakah aku duduk berkumpul dulu dengan para sahabatku" pinta Sila.
Arsen tidak menjawab, dia hanya menatap adiknya itu dan Sila yang mengerti dengan arti tatapan itu pun hanya diam dan menuruti kakaknya.
"Tunggu aku pamitan sama mereka dulu" Sila pun kembali menghampiri para teman - temannya.
"Guys, gue pamit ya. Sampai jumpa besok" Dila melambaikan tangannya. Semua teman Sila mengerti dengan Sila, mereka kmtau bagaimana tabiat kakaknya gadis itu.
"Ayo kak" Sila mengandeng lengan kakaknya. Mereka pun berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
~_~
Ziana yang sudah mulai sadar, langsung meminta minum. Ia langsung berjalan keluar kafe dan berjalan kembali ke tokonya. Dia mengabaikan Rika tang sedari tadi memanggilnya.
Sesampainya di dalam toko, Ziana langsung mencari tasnya dan mengambil obat yang ada dalam botol kecil. Meminumnya dengan tergesa - gesa.
Bayangan kejadian tadi masih telihat sangat jelas di matanya. Ziana menyeka keringat yag membajiri dahinya. Tubuhnya mulai bergetar dan suara sesegukan pun mulai terdengar.
"Mama~ hiks... Hiks..."
~_~
Dengan tubuh tegapnya Ardian melangkah masuk ke dalam ruangannya.
"Apa kamu sudah menemukan sesuatu?" tanya Ardian pada anak buahnya yang saat itu sedang melacak sesuatu.
"Belum pak, datanya sangat susah untuk di lacak" balas anak buahnya.
"Aish..."
"Pak, dia itu bukanlah orang sembarangan, jadi wajar kalau dia itu sangat sulit untuk di retas."kata karyawannya.
Ardi menggeram, dia sudah memikirkan berbagai cara agar dia bisa mendapatkan semua bukti kejahatan dari si mafia itu.
~_~
Arsen duduk di sofa kamarnya, dia menatap keluar melihat bulan yang sedang menerangi malam yang kelam.
Entah apa yang sedang ada di pikirannya, tapi dari raut wajahnya, pria itu seperti sedang terganggu oleh suatu hal.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!"sahut Arsen saat mendengar suara ketukan pintu. Arsen mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekatinya.
"Bos, semuanya sudah siap."
"Tunggulah di bawah, aku akan menyusul"balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari terangnta bulan.
"Baik, bos" Arsen pun mendengar suara langkah yang menjauh dan tak lama terdengar suara pintu tertutup.
Huft~
Arsen menghembuskan napas berat, dengan enggan dia pun beranjak berdiri, bersiap - siap kemudian keluar kamar menyusul anak buahnya tadi ke bawah.
Melihat Arsen ynag sudah turun semua pria yang berpakaian serba hitam itu pun spontan berdiri dan memberi hormat.
"Aku tidak ingin semuanya sia - sia, dan lakukan semuanya dengan bersih!"ujarnya.
"Siap, bos" jawab anak buahnya serempak.
Arsen dan semua anak buahnya oun berlalu pergi meninggalkan rumahnya dan pergi menuju ke markas mereka yang berada di pinggir kota.
Sesampainya di markas, Arsen masuk kedalam dan melihat seseorang yabg sedang duduk dengan tangan dan kaki yang terikat serta mulut yang di lakban.
Arsen berjalan deng berlahan mendekati orang itu, "buka lakbannya!"perintah Arsen.
Salah seorang anak buahnya pun berjalan mendekati pria itu dan tanpa bela kasihan. Anak buahnya Arsen melepaskan lakbannya dengan sangat kuat dan membuat pria itu berteriak keras. Bagaimana tidak, pria itu memiliki kumis dan jenggot. Dengan di tariknya dengan keras hingga sebelah kumis nya ikut tercabut.
"Arrgghh!!!"Teriak pria itu, memekakan telinga, spaa pun itu
"Arsen?!" panggil orang itu. Arsen tersenyum miring saat nama nya di sebut oleh pria itu.
"Brengsek!"umpat pria itu dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments