Ziana telah menyiapkan 1000 tangkai bungan mawar yang dipesan oleh temannya kemaren. Sesuai alamat yang di tinggalkan oleh temannya itu, siang ini dia akan mengantarkan bunga - bunga itu ke alamat tersebut.
"Semoga tidak ada halangan" ucapnya, karena sedang mengantarkan pesanan bunga. Dengan terpaksa toko bunganya harus di tutup untuk sementara.
Ziana mengantarkan bunga - bunga itu dengan menggunakan mobil bak miliknya. Sesampainya di depan rumah yang ada di alamat.
"Wah rumahnya besar dan mewah sekali..." gumam Ziana, berdecak kagum melihat indahnya rumah yang ada di depannya saat ini.
Tiinnn~
Ziana membunyikan klakson mobilnya dan seketika gerbang nan tinggi itu terbuka secara otomatis. Ziana menjalankan mobilnya memasuki rumah yang luas itu.
Seorang pelayan menghampiri Ziana saat dia menghentikan mobilnya di depan rumah itu.
"Ayo bawa bunga itu kedalam, dan sini biar saya bantu!"pelayan itu mulai mengangkat bunga - bunga itu. Ziana tidak henti - henti nya bercak kagum saat memasuki rumah itu.
Saat melewati ruang tamu, seorang wanita paruh baya menghentikannya.
"Tunggu!" Ziana menoleh.
"Bisakah kamu menatanya sekalian di taman itu, aku sangat suka tatananmu." ucap wanita itu.
"Baik, bu" balas Ziana tersenyum.
"Terima kasih"balas wanita itu diakhiri dengan senyuman.
Ziana melanjutkan langkahnya, dia di bimbing oleh pelayan itu menuju ke taman yang di maksud wanita tadi.
~_~
Seteah selesai menata semua bunga - bunga itu, Ziana pun mendapatkan bayarannya. Dia pun berpamit pergi, saat melewati ruang tamu, dia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria tinggi dan tegap.
"Aw..." desis Ziana, ia pun mendongak melihat wajah orang yang di tabraknya. Untuk beberapa saat mereka terpaku dalam pandangan satu sama lain.
Pria itu memutuskan kontak mata mereka, "Apa kau tidak punya mata?"tanyanya dengan nada sinis.
"Maaf tuan, saya tidak sengaja"
"Tc" pria itu berlalu meninggalkan Zania yang masih berdiri di tempatnya.
"Bukan kah dia Arsen marvino?"gumamnya.
Zania pun tersenyum simpul, dia sangat senang karena bisa masuk ke rumah targetnya dan itu tanpa susah paya.
"pertanda apa ini, kami di pertemukan sebanyak dua kali dan itu semua tanpa di sengaja.
~_~
Malam ini Ziana akan Pergi makan malam berdua dengan sang kekasinya Ardian. Dia berdanda secantik mungkin, dia tidak ingin terlihat cupu di depan pria pujaannya itu.
"Sudah lama Ardian tidak mengajakku makan di luar, dan malam ini adalah malam yang sudah ku tunggu sejak lama" ucap nya tersenyum senang.
Dengan balutan dress selututnya, Ziana keluar dari rumah dan menghampiri Ardi yang sedang berdiri di pintu mobil yang terpakir di depan rumah Ziana..
"Apa kamu sudah lama menunggu?"tanya Zania.
"Tidak, aku juga baru sampai"balas Ardian.
"Aku terlalu gugup, makanya aku butuh waktu yang sedikit lama untuk berdanda" kata Ziana.
Mereka pun meninggalkan rumah Ziana. Malam ini Ardi membawa mobil, tidak swperti malam - malam atau pertemuan mereka sebelumnya Ardi selalu memawa motor CBR nya.
Sesampainya di restoran Ardi membawa Ziana ke meja yang telah di pesannya. Khusus untuk kali ini Ardi memilih meja yang ada di balkon restoran. Dia ingin memperlihat nuansa indahnya pemandangan kota pada malam hari pada Ziana.
"Wah, sayang ini indah sekali" Ziana berdecak kagum.
"Apa kamu menyukainta?" Ziana mengangguk.
"Sangat, aku sangat menyukainya."Ziana memeluk Ardi tanda ucapan terima kasihnya.
Ardi tersenyum, dia membawa Ziana untuk duduk di meja yang telah di pesannya. Memanggil pelayan, menyuruh untuk menghidangkan makanan yang sudah di pesannya tadi saat membooking meja ini.
Ziana benar - benar bahagia malam ini, dia tidak menyangka kalau Ardi bisa seromantis ini.
"Zia... Sayang" panggilnya, merahi tangan Ziana yang ada di atas meja.
Menggenggamnya, lalu mengecupnya lembut. Ziana hanya diam menerima perlakuan tersebut.
"I love you" ucapnya, kembali mengecup tangan yang sedang ada di genggamannya itu.
"Apa kamu tahu Zia... Aku sangat takut kehilanganmu dan aku tidak tahu harus bagaimana tanpa dirimu.." ucap Ardi.
Ziana mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kemana arah pembicaraan Ardi saat ini. Ziana tidak menyela, dia hanya diam menunggu kelanjutan ucapan pria itu.
"Jadi sebelum kamu melakukan misi yang aku berikan padamu, aku ingin kita bertunangan lebih dulu agar, saat kamu dengannya kamu selalu mengingat diriku" lanjutnya.
Ziana sangat kaget mendengar ucapan Ardi, dia masih belum percaya dengan kata - kata yang keluar dari mulut pria itu. Kenaoa pria itu berubah sangat posesive, bukankah selama ini Ardi selalu bersikap cuek padanya dan bisa di bilang selama ini Ziana lah yang lebih agresif mendekati pria itu.
"Apa kamu mau bermengikat hubungan ini bersamaku?"tanya Ardi. Ziana hanya diam, dia masih belum bisa percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Zia..." Ardi menggoyangkan tangan Ziana.
"Bagaimana?"
"Iya aku bersedia" ucapnya.
Ardi tersenyum, dia pun berdiri dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dari dalam saku celananya. Berlutut di hadapan Ziana, mengerluarkan sebuah cincin dari dalam kotak.
Ziana menutuup mulutnya tak percaya, bagaimana bisa Ardi mempersiapkan semua ini . Dengan perlahan Ardi oun menyematkan cincin itu ke jari manisnya.
"Sangat indah" ucapnya, Ardi pun berdiri kemudian mengecup kening Ziana lama.
~_~
Sudah dua hari dari maam lamaran itu, Ziana terus saja menatap cincin itu. Dia belum bisa oercaya jalau sekarang dia sudah terikat dengan pria yang sangat di cintainya itu.
Ting~
Ziana membuka pesan yang masuk kedalam ponselnya.
'Aku sedang ada di cafe sebrang toko mu, ayo kemari lah.'
Ziana tersenyum membaca pesan itu, dengan segera Ziana pun mulai menutup tokonya untuk sementara. Setelah mengunci pintu, Ziana pun hndak pergi dan baru beberapa langkah gafis itu kembali menghentikan langkahnya.
"Oh Astaga, untung belun jauh. Bagaimana mungkin aku meninggalkan dompetku, saat aku ingin pergi makan."gumamnya lirih. Dengan terpaksa Ziana pun kenbali membuka kunci pintu tokonya.
Setelah menemukan dompetnya, Ziana kembali keluar dan mengunci pintunya kembali.
Ziana berjalan dengan perlahan, dia sangat menikmati setiap langkah menuju Cafe. Ziana juga tidak henti - hentinya menetap cincin itu. Mengusap dan bahkan ia juga mengecup nya sesekali.
Tanpa melihat kanan kiri, Ziana menyebrang dengan mata yang fokus dengan cincin pemberian Ardian sang kekasih.
Dari kejauhan, sebuah mobil sedang melaju dengan kecepatan di atas rata - rata kearah nya. Semua orang yang melihatnya berteriak histeris.
Ziana yang kaget mendengar teriakan itu pun menoleh. Membulatkan kedua matanya, dia tidak bisa berbuat apa - apa. Tubuhnya seolah kaku, tidak bisa bergerak.
"ARRRGGHHH..." Ziana berteriak dengan sangat keras saat mobil itu mendekati tubuhnya dan..
BRAKH~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments