BAB 5

Resah dan gelisah, Bryan tak bisa tidur semalaman. Berpikir Luna salah paham padanya, Bryan dipenuhi oleh kekalutan bahwa Luna akan membatalkan kesepakatan mereka.

"Tidak..Tidak..." gumam Bryan gelisah.

Ia kemudian menggulirkan tangannya, mencari kontak Luna lalu menghubunginya. Namun seperti sebelumnya, Luna juga tidak menjawab panggilannya. Bryan pasrah!! Ia yakin Luna telah salah paham padanya, pasti Luna berpikir Bryan adalah pria br*ngs*k yang suka main perempuan!!

"Ha..." Bryan menghela nafas berat. Ia bingung bagaimana caranya menjelaskan semua ini pada Luna.

Sementara Bryan kebingungan dengan kesalah pahaman yang terjadi, Luna sendiri sedang tidur nyenyak setelah menyantap seblak favoritnya. Ia bahkan lupa pada ponselnya yang tertinggal di mobil kakaknya.

Sebenarnya, Luna tak dengan sengaja mengabaikan Bryan. Hanya saja, ia benar-benar tidak tahu bahwa Bryan menghubunginya semalaman.

Luna menyadarinya setelah pagi menjelang, saat kakaknya mengembalikan ponselnya. Luna begitu terkejut melihat notif pesan dan panggilan yang menumpuk dari Bryan.

Namun ia mengetahuinya terlambat, karena Bryan telah mengunjunginya langsung.

Saking kalutnya, Bryan langsung melaju menemui Luna segera setelah matahari pagi menyingsing. Ia pun muncul di depan Luna dengan gugup.

"Ada apa mas?!" tanya Luna saat melihat Bryan datang menemuinya. "Apa ada masalah?!"

"Oh itu... sa-saya.. saya.. datang untuk menjelaskan! Saya tidak mau kamu salah paham. Wanita yang kemarin malam kita temui di cafe itu, d-dia cuma anak teman bisnis papa! Gak lebih!" Ujar Bryan terbata-bata.

Bryan tiba-tiba blank, padahal semalam ia sudah memikirkan apa yang akan ia katakan di depan Luna. Tapi saat berhadapan dengan gadis itu, semua yang ia susun dalam kepalanya lenyap tak bersisa.

"Terus?!"

"J-jadi.. saya tidak ada hubungan apapun sama dia! Sedikitpun ndak ada!"ujar Bryan lagi.

"Lalu?!"

"Soal kita tidur bareng itu... sebenernya ceritanya..."

"Tunggu mas!" Luna menghentikan ucapan Bryan, "Sepertinya mas salah paham!"

Bryan mengernyit. Dia bingung kenapa Luna menyebutnya telah salah paham. Bukannya itu, Luna yang telah salah paham padanya?!

"Maksud kamu apa?!" Tanya Bryan bingung.

"Hubungan kita itu cuma show window! Hubungan pura-pura. Mas tidak perlu menjelaskan apapun pada saya. Kita kan sudah berjanji tidak akan mencampuri urusan masing-masing?!" Jelas Luna.

Bryan tersentak kaget.

'Benar.. hubungan ini kan hanya show window. Kenapa aku...?!' pikir Bryan.

Hubungan mereka hanya sebatas hubungan yang hanya ditampilkan di depan orang-orang. Sesuatu yang hanya ditunjukkan, bukan dijalani seperti pada umumnya.

Apa kata Luna benar. Seharusnya Bryan merasa lega karena Luna tidak salah paham dan marah padanya. Tapi entah kenapa ia merasa sedih, ia kecewa.

Rasanya sia-sia ia cemas semalaman tanpa alasan, orang yang membuatnya cemas ternyata tidak merasakan apapun tentangnya.

Dengan perasaan aneh yang terus mengganjal di hatinya, Bryan pamit pulang. Hatinya serasa hampa setelah menemui Luna.

Awalnya, Bryan tidak tahu apa yang menyebabkannya merasa seperti itu. Namun beberapa hari kemudian, Bryan menemukan jawabannya.

Hari itu adalah hari pernikahan teman kampus Bryan, ia mengajak serta Luna sebagai partnernya.

Awalnya tidak ada yang salah di acara tersebut.

Luna yang pandai membawa diri, berbaur dengan alami diantara teman-teman Bryan. Mereka juga menyukai sikap Luna yang asyik. Apalagi Luna adalah gadis yang cantik. Tak sulit baginya untuk menarik hati setiap orang yang melihatnya.

Namun, semuanya berubah seketika, saat Luna izin ke toilet.

Luna yang merasa penat dengan keramaian yang ada, pergi ke toilet untuk menyendiri sejenak. Namun belum sempat Luna mencapai toilet, seseorang menarik tangannya dan menyeretnya menjauh dari kerumunan.

Luna yang kaget, tak mampu bereaksi saat tubuhnya diseret mendadak. Barulah setelah beberapa saat berselang, Luna menyadari situasinya.

"Lepas!!" pekik Luna. Ia berusaha melihat orang yang telah menyeretnya. Namun pria itu menariknya dari belakang, sehingga ia tak bisa melihat sosoknya. Tapi ia bisa merasakan bahwa pria itu tinggi jangkung.

"Siapa kamu?!" pekik Luna.

Suara terkikik nyaring keluar dari mulut pria itu, dengan senyum menyeringai ia kemudian membalik tubuh Luna hingga menghadap ke arahnya.

"Hallo Luna~~!! Apa kabar sayang?!" ujarnya.

Melihat pria itu, tubuh Luna meremang seketika. Luna gemetar ketakutan. Ia ingin berteriak, tapi bibirnya kelu mendadak.

"Kenapa tidak mengabariku?!" tanya pria itu dengan seringai mengerikan di wajahnya.

Bayangan masa lalu yang mengerikan dan penuh teror masuk ke dalam benak Luna. Ia merasa pandangannya kabur dan tubuhnya lemas.

Pria itu adalah mimpi buruk Luna selama setahun berada di Sekolah Menengah Atas. Ia juga menjadi alasan kenapa Luna lebih mencintai Paris ketimbang Indonesia.

Vicky Arya Wiguna, pria yang sangat terobsesi pada Luna. Ia membuntuti Luna, menerornya dengan panggilan-panggilan serta pesan-pesan aneh setiap hari. Bahkan mengambil gambar Luna dan menempelnya dengan gambar dirinya sendiri.

Pria itu benar-benar mengerikan!!

"Aku sangat merindukanmu!" bisik Vicky kemudian.

Luna berteriak, namun suaranya tercekat di tenggorokan. Ia benar-benar putus asa, menangis dengan suara isakan yang tertahan.

'Siapapun, tolong aku!!' batin Luna.

Di saat itulah, seseorang yang entah datang dari mana menghantam Vicky hingga tersungkur.

Saat cengkeraman Vicky pada Luna terlepas, orang itu menarik Luna ke dalam pelukannya. Dengan sigap, ia melindungi Luna dalam dekapannya.

"Siapa lu?!" pekik Vicky garang.

"Bukan urusan lu!" jawabnya.

"Dia pacar gue!" teriak Vicky, "Lu jangan ikut campur, b*ngs*t!!"

Vicky melayangkan tinjunya ke arah pria itu. Namun pria itu mengelak dengan cepat, kemudian membalas serangan Vicky dengan jegalan hingga Vicky terjengkang.

Seolah belum puas, pria itu menghantam Vicky dengan tinjunya hingga wajah Vicky berdarah-darah.

Sadar bahwa ia tak mampu melawan pria itu, Vicky akhirnya kabur sembari merintih kesakitan menahan luka di wajahnya.

****

Beberapa kali Bryan melirik ke arah toilet. Ia cemas karena Luna tak kunjung kembali. Padahal sudah agak lama ia pergi ke toilet.

Saat Bryan hendak mengeceknya, Bryan bertemu dengan Arion. Sepupunya!!

"Hey bro!!" sapa Bryan. "Darimana lu?! Kok baru Dateng?!"

Arion adalah anak dari paman Bryan. Arion adalah seorang dokter kardiotoraks muda yang sangat di segani. Ayahnya adalah direktur utama di sebuah Rumah Sakit swasta besar yang sangat terkenal.

Bryan kemudian mendekati sepupunya itu. Namun ia kaget saat melihat penampilan Arion yang ganjil. Tangan kanan Arion dipenuhi oleh noda merah yang menetes, mirib dengan darah.

"Kenapa lu?!" tanya Brian panik. "Tangan lu berdarah?!"

"Ikut gue bentar!" ujar Arion. Ia kemudian meminta Brian mengikutinya.

Brian yang penasaran, akhirnya mengikuti Arion. Di sepanjang perjalanan, Arion hanya terdiam. Ia bahkan tidak menjawab saat Bryan bertanya apa yang sebenarnya telah terjadi.

Mereka akhirnya sampai di parkiran. Menuju ke sebuah mobil sedan hitam, Brian akhirnya melihat seorang wanita cantik yang sangat dikenalnya.

"Luna?!" gumam Bryan. Bryan terkejut saat melihat kondisi Luna yang gemetar ketakutan. Gadis itu menatap kosong lurus ke depan. Tak bereaksi sedikit pun.

"Apa yang terjadi?!"tanya Bryan.

"Aku melihatnya diseret oleh seorang pria tadi!" ucap Arion.

"Siapa?!Siapa pria itu?!"

Arion menggeleng, ia tidak tahu siapa pria itu. Dia belum pernah melihatnya sebelumnya.

"Lebih baik kita antarkan dia pulang terlebih dahulu!" ujar Arion kemudian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!