Setelah kedua cucu mereka setuju, Max dan Irwan pun menjadwalkan pertemuan kedua anak muda itu.
Meski merasa keberatan, Luna tidak memiliki pilihan lain. Ia akhirnya merelakan mimpinya demi sang kakek.
Dengan berat hati ia mengajukan pengunduran diri dari perusahaan tempatnya bekerja.
Berulang kali ia menghibur diri. Berusaha mendikte dirinya bahwa ini adalah pilihan terbaik untuknya. "Benar, Mimpi bisa dikejar lagi. Karier bisa dirintis kembali tapi kakek tidak!! Ini pilihan yang benar! Ini pilihan yang benar!!"
Namun sekuat apapun ia berusaha. Sulit baginya untuk membohongi hatinya yang hancur berkeping-keping.
Mimpi yang sudah sejak lama ia idam-idamkan, akhirnya ada di depan matanya. Tapi dalam sehari, semua itu harus ia lepaskan.
Luna menghela nafas berat. Ia kemudian menatap pantulannya di cermin. Gara-gara meratapi nasibnya, ia lupa harus segera berdandan. Ia dijadwalkan untuk makan malam bersama Bryan.
Dengan perlahan ia memoleskan sedikit make up diwajahnya agar terlihat segar. Kemudian ia mengganti pakaiannya dengan yang telah disiapkan.
Setelah menyisir ulang rambutnya yang sedikit kusut, ia berangkat menuju ke tempat pertemuan.
Brads Hotel, sebuah hotel bintang lima milik keluarga Bradley. Yang kebetulan disana lah, Bryan menjabat sebagai general manager nya.
Saat ia datang, ia langsung diarahkan menuju ke meja dimana Bryan berada. Ternyata Bryan sudah menunggunya.
Untuk sesaat Luna linglung. Pria yang ada di depannya sangat jauh berbeda dari pria urakan yang diingatnya.
Terakhir kali bertemu dengan Bryan merupakan tahun terakhir Luna berada di Sekolah Menengah Atas. Saat itu Bryan masih kuliah. Penampilannya acak-acakan dan tidak terawat. Ia terlihat seperti pria paruh baya yang pengangguran saat itu.
Saat melihat penampilan Bryan kala itu, yang ada di benak seorang Kaluna Levronka adalah 'om-om aneh'!
Tapi Bryan yang kini dilihatnya sangatlah berbeda.
Pria itu terlihat tampan dengan setelan jas lengkap. Menyapa Luna dengan ramah, senyumnya tersungging dengan indah.
Bayangan om-om aneh, sirna begitu saja dari kepala Luna.
"Hallo, apa kabar Luna?!" Sapa Bryan. "Lama tidak berjumpa!"
Selama ini mereka hanya saling mengenal wajah dan nama. Tidak pernah sekalipun bertegur sapa, meskipun beberapa kali hadir di acara makan-makan keluarga.
Bagi mereka berdua, antara satu sama lain tidaklah berhubungan. Seperti seseorang yang hanya dilewati saat di jalan.
Namun ternyata takdir mempermainkan mereka. Dua orang yang merasa tidak akan pernah memiliki hubungan, harus duduk bersama untuk melakukan perjodohan.
****
Anak SMA yang tomboy itu ternyata bisa berubah menjadi gadis manis yang sangat cantik. Bagaimana bisa bocah yang terlihat akan memukul setiap kali didekati, berubah menjadi gadis yang anggun dan elegan?! Bryan hampir tidak mempercayai pengelihatannya, jika gadis itu tidak muncul dan menghampiri mejanya.
"Hallo, apa kabar Luna?!" Sapa Bryan. "Lama tidak berjumpa!"
"Hallo, mas Bryan!" Balas Luna.
"Kamu mau pesan apa?!" Bryan menyerahkan daftar menu ke arah Luna.
"Apa aja!" Sahut Luna sekenanya. Ia datang tidak untuk makan. Ada hal penting yang ingin ia sampaikan "Mas pasti lebih tahu daripada saya!"
Mendengar ucapan Luna itu, Bryan langsung memanggil pelayan dan memesan makanan terbaik di restauran nya.
"Bagaimana penerbangan kamu dari Paris?! Apa melelahkan?!" Bryan basa basi.
"Ah, biasa saja sih mas!" Sahut Luna.
"Mmn.. kapan kamu balik kesana?!" Tanya Bryan berusaha mencari topik pembicaraan.
"Ha.. untungnya karena perjodohan ini, saya tidak akan kembali ke paris. Dan menetap disini!" Sahut Luna.
"Oh!" Bryan kaget. Ia tidak menyangkanya sama sekali. Ia langsung terdiam, menyadari kejengkelan tersirat dari kata-kata yang dilontarkan Luna.
Memang benar penampilannya berubah, tapi sifatnya ternyata tidak.
Menyadari kecanggungan Bryan, Luna kemudian berkata. "Apa mas diancam oleh kakeknya mas untuk datang kesini?!"
Bryan terkejut, ia tidak menduga Luna akan menanyainya dengan blak-blakan.
"Benar.." sahut Bryan. Jika saja kakeknya tidak menyebut akan menyerahkan warisannya pada sepupunya, Bryan akan tetap kukuh menolak perjodohan ini meski apapun yang terjadi.
"Saya juga!" Aku Luna.
"Maaf ya, semua ini karena kakakku!" Ujar Bryan.
Jika bukan karena perbuatan tidak bertanggung jawab kakaknya, mereka berdua tidak akan terjebak dalam hal rumit semacam ini. Bryan memang merasa marah, tapi di satu sisi juga mengasihani kakaknya.
Elvina menerima perjodohan dengan Adrian juga karena ancaman yang sama seperti Bryan.
Awalnya Elvina hanya ingin menenangkan hati kakeknya, dengan bertemu Adrian sesuai perintah sang kakek. Ia berniat menolak perjodohan itu di waktu yang tepat. Tapi siapa sangka, Adrian malah jatuh hati padanya. Sehingga Elvina tidak bisa lepas dari perjodohan itu, meski ia memberontak.
Beberapa kali kakeknya mengancam dan menekan Elvina. Sehingga dengan putus asa, Elvina berusaha menyukai Adrian.
Namun pada akhirnya, Elvina yang sudah tidak sanggup lagi nekat kabur dari pernikahannya.
Bryan tidak ingin hal itu terjadi padanya dan Luna, sehingga ia berkata. "Saya tahu kamu disini bukan karena keinginanmu sendiri. Kamu tidak perlu memaksakan diri! Jika kita menolak perjodohan ini bersama-sama, pasti akhirnya kakek kita akan mengerti juga!"
"Apa mas berfikir begitu?!" Tanya Luna.
"Tentu saja, saya yakin jika kita sama-sama menolak, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa!" Sahut Bryan yakin.
"Saya rasa tidak..." Balas Luna. "Jika memang hanya dengan menolak dapat mempengaruhi hati kedua kakek kita, saya rasa hal yang terjadi tempo hari di pernikahan itu tidak akan pernah terjadi!"
"Kalau memang dengan menolak perjodohan ini bisa berakhir, mereka tidak akan repot-repot mengancam kita sampai seperti ini, bukan?!" Imbuh Luna, "Menolak bukanlah jawabannya mas!"
"Lalu... Bagaimana menurutmu?!" Tanya Bryan kemudian.
"Alih-alih menolak, kita lebih baik menerimanya!" Ujar Luna.
"Apa?!" Bryan kaget, "Apa kamu benar-benar ingin menjalin hubungan denganku?!"
"Pfft..." Luna menahan tawa, "Bukan begitu maksud saya mas!"
Bryan mengernyit. Ia tidak mengerti maksud gadis di depannya ini.
'Tadi katanya menerima, sekarang bukan?! Bagaimana sih maksudnya?! Dasar bocah labil!!' batin Bryan.
"Kita bisa berpura-pura menerimanya!" Ujar Luna.
Luna kemudian mengungkapkan idenya. Ia mengajak Bryan melakukan pernikahan show window. Hubungan pernikahan pura-pura di depan orang lain.
Di luar hubungan show window tersebut, mereka bebas menjalani kehidupan pribadi. Bebas berhubungan dengan orang yang mereka cintai. Dan tidak saling mencampuri urusan masing-masing.
Luna menyebutnya 'win win solution'. Dimana kedua kakek mereka akan senang dan mereka mendapatkan keinginan mereka, tanpa harus menyakiti perasaan satu sama lain.
"Aku yakin jika kita menolaknya, kedua kakek kita akan tetap bersikeras! Kita juga akan terus terbelenggu oleh perjodohan ini!" Ujar Luna.
"Selang setahun atau dua tahun setelah menikah, kita bisa bercerai dengan alasan yang tepat. Dengan begitu kita bisa terlepas dari ikatan pernikahan dan juga perjodohan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments