Perfect Show Window

Perfect Show Window

BAB 1

"Arhhh!!!!!" teriaknya.

"Kenapa aku?!" pekiknya, "Apa yang sudah mas lakukan padaku?!"

Dengan emosi yang meledak-ledak, Winda meraih selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Di saat itulah, netra Bryan menangkap bercak-bercak lengket yang di atas kasur.

Hati Bryan langsung mencelos, melihat bercak merah yang tercampur dengan noda lainnya disana.

"Jangan bilang... " Bryan menatap nanar pada Winda. "Apa ini adalah kali pertamamu?!"

****

Beberapa bulan sebelumnya.......

"Si*l!" Gadis itu mengumpat perlahan. Sembari berlenggok dengan cepat, ia berjalan melewati kerumunan orang-orang yang memperhatikannya.

Ia malu bukan kepalang saat orang-orang itu menatapnya, seolah-olah ia adalah seekor hewan langka di kebun binatang.

Kontras dari penampilannya yang anggun berbalut kebaya peach dan kemben, ia menyeret sebuah koper besar dengan tangan kanannya. Dan menenteng sebuah tas besar di tangan kirinya.

Kaluna Levronka, seorang gadis berusia dua puluh lima tahun itu adalah seorang desainer muda yang baru saja mendarat setelah melakukan penerbangan yang melelahkan dari Paris.

Jika bukan karena pernikahan kakak laki-laki satu-satunya, Luna ogah meninggalkan Paris. Apalagi saat ini, ia tengah disibukkan dengan persiapan untuk mengikuti ajang mode paling bergengsi di Paris.

Setelah bertahun-tahun menjadi seorang desainer pemula, akhirnya muncul kesempatan baginya untuk menunjukkan kreatifitasnya. Ia dan timnya dipercaya mewakili perusahaannya, untuk berpartisipasi dalam ajang Paris Fashion Week.

Namun tepat di saat tersibuknya, ia terpaksa harus terbang melintasi samudera untuk menyaksikan kakaknya menikah.

Bukannya marah, hanya saja Luna sedikit jengkel. Berita pernikahan kakaknya datang secara tiba-tiba, yaitu dua hari sebelum hari pernikahan. Alhasil ia datang di waktu mepet seperti ini.

Saking mendesaknya, ia bahkan berdandan dan bersiap-siap di toilet bandara.

"Duh... Malunya aku..." Gumam Luna. Ia memalingkan wajahnya yang merah merona, saking malunya diperhatikan oleh setiap orang yang lalu lalang.

Ia hendak mengeluarkan umpatan lainnya, namun dering ponsel menghentikannya.

Dengan tergopoh ia mencari benda pipih itu di tasnya. Saat dirasa sudah diujung jarinya, Luna langsung meraihnya.Luna segera menerima panggilan tersebut tanpa memperhatikan siapa orang yang meneleponnya.

"Hallo!" Sapanya refleks.

"Hallo, Hallo, Dimana kamu?!" Sembur suara di seberang.

Mendengar suara cempreng itu, Luna langsung mengernyit ngilu. Ia tahu benar siapa orang yang menghubunginya bahkan tanpa melihat kontaknya segala.

"Ini baru mendarat ma!" Sahut Luna.

"Apa?! Baru mendarat?!" Sembur suara di seberang lagi, "Acara pernikahannya sebentar lagi!! Ayo cepat kamu kesini!!!"

Belum sempat Luna menjawab, sambungan telepon sudah terputus.

Luna tidak bisa berkata-kata, jika sudah ibunya yang berbicara maka harus dilakukan. Tidak ada sanggahan ataupun penolakan.

Luna kemudian menyeret kakinya yang terasa sangat berat untuk melangkah. Mau tidak mau, Ia harus sampai ke tempat pernikahan kakaknya segera, jika tidak ingin dicoret dari daftar keluarga.

****

Secepat apapun mobil itu berusaha melaju, Luna yakin ia tidak akan tiba tepat waktu. Apalagi mobil yang ditumpanginya tidak bergerak seinci pun sejak beberapa menit yang lalu.

Memang benar, salah satu kelebihan dari kota ini adalah kemacetannya yang hakiki.

'Tapi tidak seperti ini juga kali!!' batin Luna. 'Tidak tahu apa, aku sedang berjuang untuk tetap menjadi bagian dari keluargaku?!'

Karena hal itu, Luna akhirnya telat sekitar tiga jam-an. Ia sudah yakin dan percaya saat ia datang, ibunya yang bak macan betina itu akan langsung menerkamnya.

Namun berbanding terbalik dari apa yang ia bayangkan. Ibu nya tidak menerkamnya sama sekali. Ia menerkam orang lain sebagai gantinya.

"Bagaimana ini jeng?!" Sergah Felicia, ibu Luna dengan lantang bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi?! Kemana Elvina pergi?!"

Di dalam ruangan yang khusus di sediakan untuk keluarga kedua mempelai, seluruh keluarga besar kedua keluarga berkumpul.

Di sanalah Luna yang telat datang, masuk dengan mengendap-endap agar tidak ketahuan. Ia berdiri di pojok ruangan diantara orang-orang yang berkerumun.

"Saya juga tidak tahu jeng!" Ujar seorang wanita paruh baya sepantaran ibu Luna. Mengenakan setelan kebaya yang sama, wanita itu adalah ibu Elvina, Nimas Gayatri. "Saya benar-benar minta maaf, jeng..!"

"Bagaimana bisa dia kabur di hari pernikahannya!!" Seru salah seorang pria, kemungkinan besar itu adalah saudara jauh dari keluarga mempelai wanita. Karena Luna tidak mengenalnya.

"Dia benar-benar membuat malu keluarga kita!" Ujar wanita yang ada di sebelahnya.

Seruan-seruan lain mencuat lebih banyak, hingga Luna mampu menyimpulkan kejadian yang terjadi di depan matanya tanpa harus bertanya pada siapapun.

Pernikahan kakaknya hancur berantakan. Mempelai wanita yang seharusnya menikah dengannya hari ini, kabur dengan pria lain.

Pernikahan kakak laki-laki Luna dan seorang wanita bernama Elvina merupakan sebuah perjodohan. Namun perjodohan itu bukan dilakukan sehari dua hari belakangan.

Karena perjodohan itu adalah perjodohan yang telah ada sejak kakek buyut mereka.

Kedua leluhur mereka memiliki hubungan yang lekat. Tidak hanya hubungan persahabatan, mereka juga terhubung secara bisnis. Sehingga wajar ada pembicaraan mengenai penyatuan dua keluarga.

Namun ternyata, tidak semudah yang dibayangkan!! Meski mereka menginginkan sebuah penyatuan, generasi demi generasi diantara mereka selalu melahirkan keturunan pria. Sehingga sulit mewujudkan keinginan mereka.

Barulah saat kakak laki-laki Luna, Adrian Bagaskara dan Elvina Ethan Bradley lahir. Mereka dapat melakukannya.

Walaupun perjodohan itu adalah ketentuan yang sudah ada sejak lama, Adrian dan Elvina tidak serta merta dijodohkan sejak mereka lahir. Mengingat ada kemungkinan penolakan dari mereka berdua, kedua keluarga memutuskan untuk melakukan perjodohan saat keduanya mencapai batas usia pernikahan.

Tepatnya dua tahun yang lalu saat Luna terpisah jauh di seberang lautan, ia mendengar kisah perjodohan kakaknya itu.

Luna tidak terlalu ambil pusing, dipikirnya perjodohan itu hanya perjodohan biasa yang bisa ditolak jika tidak ada kecocokan. Sehingga ia hanya menggoda kakaknya sembari cengengesan.

Namun ternyata kedua keluarga bersikeras. Bahkan ayah dan ibunya yang selalu membebaskan apapun keinginan kedua buah hatinya, menekan Adrian untuk menikah.

Luna sempat berpikir kakaknya akan memberontak, tapi ternyata takdir mengatakan sebaliknya. Adrian jatuh cinta pada Elvina.

Menurut penuturan Adrian yang selama ini di dengar oleh Luna, Elvina juga mencintai Adrian. Sehingga saat mendengar kabar keduanya menikah, Luna tidak kaget lagi.

Tapi apa ini?! Jika memang penuturan kakaknya benar, lalu apa yang terjadi disini?! Kenapa wanita yang konon mencintai kakaknya itu malah kabur dengan pria lain di hari pernikahannya?!

Apa ini semacam lelucon April mob?!!

Di saat suasana semakin memanas, sekelompok orang masuk ke dalam ruangan. Dengan wajah yang gelap, Adrian masuk bersama dengan yang lainnya.

Melihat kondisi orang-orang yang masuk itu, semua orang menyadari apa yang telah terjadi. Elvina pasti tidak berhasil di temukan.

"Ya Tuhan!!!" Seorang pria tua dengan rambut dan jenggot yang telah memutih sepenuhnya tiba-tiba ambruk, ia adalah kakek mempelai wanita. Maximillian Bradley.

Beberapa orang kemudian memapahnya, menuntunnya menuju ke sofa yang sudah disediakan.

Max benar-benar merasa frustasi, ia malu pada sahabatnya dan juga merasa cemas akan keadaan cucunya yang kabur. Ia tidak bisa menahan rasa stress nya hingga jantungnya seakan mau meledak.

"Aku minta maaf Irwan!" Ujar Max sembari meremas dadanya yang berdenyut nyeri, "Aku benar-benar malu... Aku malu pada dirimu dan keluargamu. Cucuku... Cucuku..."

Dengan nafas yang tersengal-sengal, ia terus berusaha mengucapkan kata-kata pada sahabatnya.

"Sudahlah! Jangan kau pikirkan itu dulu! Kita ke rumah sakit, keadaanmu sepertinya tidak baik!" Ujar Irwan, kakek Luna.

"Pernikahan ini... Perjodohan.. gagal semua!" Lirih Max. Buliran bening tumpah mengalir dengan deras.

Perjodohan ini begitu penting bagi Max yang telah melihat perjuangan orang tua mereka untuk menyatukan kedua keluarga. Bahkan demi bisa menjodohkan anaknya dengan keluarga Bagaskara, ayah Max menerima saat dipaksa untuk menikah lagi.

Max yang menganggap perjodohan ini sebagai wasiat dari ayahnya, sangat menjunjung perjodohan ini sebagai tujuan hidupnya.

Ia telah menaruh harapan besar pada cucunya. Namun ternyata hal yang telah pasti di depan matanya, kini menghilang seolah tidak pernah ada.

Max benar-benar syock. Ia merasa seperti dihantam oleh palu gada saat mengetahui Elvina menghilang.

Irwan yang juga memahami perasaan sahabatnya itu pun merasa sedih. Ia menatap sahabatnya dengan sendu.

"Tidak apa-apa Max.." gumam Irwan, "Adrian dan Elvina mungkin memang tidak berjodoh. Tapi bukan berarti perjodohan ini gagal!"

"Kau dan aku masih memiliki satu cucu lagi, bukan?!" Imbuh Irwan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!