Sudah Cukup Main Mainnya
Menikah dengan seorang pria Konglomerat adalah hal aneh yang dilakukan oleh seorang wanita bernama Natalia Faralyn.
Wanita yang kerap dipanggil Nata ini, memutuskan untuk menjalani hidup berkeluarga yang hanya diketahui oleh anggota keluarga suaminya saja.
Kehidupan berkeluarga tidaklah mudah, terlebih dia menikah dengan seorang pria yang hanya berkepentingan politik saja.
Tentu ia menyetujui kesepakatan itu dengan uang. Uang yang sebelumnya begitu sulit ia dapatkan, kini hanya perlu duduk santai dan berakting didepan banyak orang layaknya tak ada apa-apa.
"Setiap harinya, kau akan mendapatkan uang dariku. Jadi kau tidak perlu khawatir akan kekurangan. Kau hanya perlu mengikuti semua perkataanku saja," cakap seorang pria yang tak lain adalah calon suaminya.
Pria bertubuh kekar itu memandang dingin Nata yang berdiri tegak di hadapannya. Nata berdalih menatap ke arah cermin meja rias. Perlahan kepalanya tertunduk ke bawah karena merasa canggung.
"Baโ baik, aku akan mengikuti perkataanmu," balas Nata dengan wajah memerah bak riasan.
Setelah cukup lama berbicara empat mata di sebuah ruangan asing, keduanya pun keluar dari tempat itu. Mereka berjalan beriringan menuju tempat dimana banyak orang tengah menunggunya.
****
Tak terasa satu bulan setelah ia menikah berlalu begitu cepat. Hari-hari Nata kini terasa berbeda dari kehidupan sebelumnya yang serba kekurangan dan hidup sebatang kara.
Di rumah yang mewah bak istana itu, dirinya dilayani dengan sepenuh hati oleh para asisten rumah tangga.
Perlakuan suaminya terhadap dirinya pun tak jauh berbeda dari pasangan suami istri pada umumnya. Namun, ada hal tertentu yang harus Nata ketahui dalam hubungan mereka.
"Haโ Hansen," panggil Nata pada seorang lelaki yang duduk berdampingan dengannya di ruang makan.
Lelaki yang disebut-sebut sebagai Hansen tak lain adalah suaminya sendiri.
"Ada apa?"
"Begini, bukannya aku lancang atau bagaimana. Tapi, kita kan suami-istri, apa tidak masalah jika sampai sekarang kita tidak tidur di kamar yang sama?" tanya Nata sedikit ragu.
Hansen perlahan meletakkan garpu serta sendok yang sedari tadi di genggamnya. Ia kemudian menelan makanan yang sudah penuh di dalam mulut.
"Baiklah, sekarang aku akan menjelaskannya padamu. Kita tidak perlu melakukan hal itu karena kita tidak saling mencintai. Terlebih, aku juga tidak peduli dengan anak atau apalah itu dalam sebuah keluarga," jelas Hansen dengan ketus.
"Aku jadi tidak selera makan, lebih baik kau cepat-cepat memesan taksi. Karena hari ini kita akan tiba secara terpisah," imbuh Hansen dengan wajah dinginnya.
Nata hanya memperhatikan setiap langkah Hansen yang mulai menjauh darinya. Hingga tak terlihat seujung jari pun.
"Tidak aneh jika sejak awal dia menikahiku, hanyak karena ingin mendapatkan beberapa warisan perusahaan dari kakeknya. Bahkan, malam pertama pun tidak kami lalui bersama," batin Nata sembari menatap makanan di hadapannya dengan pasrah.
Seusai mengisi perut di pagi hari, ia lekas memesan taksi seperti yang diperintahkan oleh Hansen. Sampai pada akhirnya, ia pun tiba di sebuah perusahaan besar yang tak lain adalah perusahaan milik suaminya sendiri.
Namun siapa sangka? Tiada satu pun pekerja perusahaan itu yang mengetahui rahasia bahwa Nata adalah istri dari Hansen Gard, sang pemilik perusahaan. Dan mereka telah menikah sejak satu bulan yang lalu. Terlebih, keluarga Hansen menerima Nata karena mereka menduga Nata adalah orang yang berkedudukan tinggi.
"Nata, akhirnya kau sampai juga," sapa Yilan, rekan kerjanya di perusahaan.
"Ah, selamat pagi. Apa aku sedikit terlambat dari biasanya?" tanya Nata memastikan. Lantas, ia segera duduk di meja kerjanya.
Keduanya pun berbincang cukup lama, dan melanjutkan pekerjaan yang semalam tertunda karena hujan deras. Karena terlalu menikmati pekerjaan itu, Nata sampai tak menyadari bahwa jam istirahat makan siang telah tiba.
Sesegera mungkin ia serta Yilan menuju kantin perusahaan sebelum jam istirahat usai.
Nampak keramaian terjadi di kantin tersebut, hingga memancing perhatian sejumlah orang yang berada di sana.
"Wah, sebentar lagi Tuan Hansen akan menikah. Aku jadi sedih karena tidak bisa mengambil hatinya," gerutu seorang pekerja wanita yang juga berada di kantin.
"Apa aku tidak salah dengar? Hansen? Dia memperlihatkan pertunjukan apa di kantin siang hari seperti ini?" gumam Nata sembari mencoba masuk ke dalam kerumunan tersebut.
Tubuhnya seketika terdiam mematung begitu mendapati suaminya tengah menyebarkan rumor bahwa ia akan segera menikah dengan wanita di sampingnya. Wanita dengan wajah yang nampak asing baginya tengah duduk dipangukan Hansen.
Bagaimana hatinya tidak sakit melihat hal itu? Ditambah, akhir-akhir ini sikap Hansen terhadapnya berubah ketus.
Spontan, kakinya berlari menjauh agar sesegera mungkin bisa menenangkan hatinya yang terasa sakit.
"Hansen, kenapa kau lakukan hal ini padaku?!!" ucap Nata dengan wajah yang sudah bercucuran air mata.
Tiba-tiba saja sebuah tangan mendarat tepat dibahu kanannya. Sontak ia terkejut dan langsung mengusap air mata yang membasahi wajahnya itu.
"Kenapa kau ada di sini, Nata? Kaโ kau, kau menangis?" tanyanya dengan raut wajah cemas.
Nata menggeleng pelan, ia berdalih menatap ke arah kiri untuk menghindari kontak mata dengan lelaki di hadapannya.
"Jika ada masalah, katakan saja padaku. Aku siap mendengarkan isi curhatan hatimu," imbuhnya.
"Tidak, Yilan. Aku tidak ada masalah โฆ tadi mataku hanya kelilipan saja, tidak ada hal lain."
"Ya sudah, ayo kita kembali ke kantin. Sepuluh menit lagi waktu istirahat selesai."
"Hmm, iya โฆ."
"Dia tidak mendengar aku menyebut-nyebut nama Hansen, kan?" pikirnya.
****
Hari yang terasa panjang Nata lalui. Di nantikannya hari esok dengan harapan akan datang kebahagiaan. Nampak seorang lelaki mengendarai sebuah mobil yang melaju ke arahnya.
"Nata, masuklah," perintah sosok itu, Hansen.
"Malam ini aku ada sedikit acara dengan rekan kerja, jadi kita tidak bisa pulang bersama," ucap Nata beralasan. Sesekali tangannya berusaha mengusap air mata yang hampir menetes.
"Jangan berbohong. Ada hal lain yang ingin aku jelaskan padamu. Jadi, naiklah sekarang."
Kakinya perlahan masuk ke dalam mobil dengan perasaan ragu. Tapi, bagaimanapun juga, Hansen adalah suaminya.
"Hari ini aku benar-benar minta maaf, Nata. Aku tau saat itu kau ada di sana dan menyaksikan semuanya. Tapi, aku hanya berakting dengan Floryn โฆ semuanya tidak nyata, percayalah," ungkap Hansen sembari menatap dalam wajah Nata.
"Setelah semua yang kau lakukan siang itu di kantin perusahaan, dan sekarang kau bilang padaku bahwa semua itu hanya akting?" batin Nata berusaha menahan air matanya.
"Oh, jadi namanya Floryn? Tapi aku tidak pernah melihat wanita itu bekerja di perusahaan."
"Benar, dia memang tidak bekerja di perusahaanku. Floryn memiliki perusahaan sendiri," lanjut ucap Hansen menjelaskan.
Setelahnya mereka menghentikan obrolan yang dirasa Hansen telah usai. Ia kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai rumah.
"Hansen, dia mengubur dalam-dalam kehidupanku sebelumnya pada keluarganya. Dan itu artinya, tak ada seorang pun yang tau bahwa sebenarnya aku adalah orang miskin yang bahkan sulit untuk makan."
๐ฑ๐๐๐๐๐๐๐๐๐....
๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐, ๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐! ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐!!!๐น๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐ ๐ข๐๐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments