Ketukan langkah kaki terdengar mendekati sebuah cafe yang masih buka. Cafe itu nampak ramai pengunjung meskipun malam sudah larut.
Terlihat seorang wanita memasuki Cafe yang tengah ramai dengan beberapa kertas di tangannya.
"Permisi ...."
"Ah, ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai restoran dengan ramah.
"Aku ingin melamar pekerjaan di sini, aku sangat memerlukan pekerjaan yang bisa menghidupi ku nantinya. Tolonglah, Pak ... " tangkas nya dengan raut wajah memelas.
"Hmm, baiklah. Aku akan coba menghubungi pemilik Cafe ini, dan jika diperbolehkan, maka kau bisa bekerja di sini," cakap nya yang kemudian meraih ponsel yang berada di atas meja.
Wanita itu, Natalia Falaryn. Sembari menunggu sang pemilik Cafe tiba, ia duduk pada sebuah kursi yang kebetulan sedang kosong.
Terlihat jarum jam berwarna merah yang terus berputar hingga membuat waktu berlalu. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya orang yang dinanti-nanti nya pun tiba.
Seseorang yang familiar dimata Nata terlihat berjalan mendekatinya. Keduanya sontak terkejut lantaran tak sengaja bertemu di Cafe saat larut malam.
"Na-- Nata? Kenapa kau ada di sini?" tanya lelaki itu dengan raut wajah keheranan.
"Yilan? A-- aku sedang melamar pekerjaan di Cafe ini. Sudah sejak tadi aku menunggu pemilik Cafe, tapi dia tidak datang juga. Jangan bilang, bahwa kau ... " tebak Nata pada seorang lelaki yang ternyata adalah Yilan.
"Yah, memang begitu kenyataannya. Tidak ku sangka kita bertemu di sini setelah cukup lama kau keluar dari kantor," celetuk Yilan sembari berusaha duduk di sebelah Nata.
"Memangnya, ada masalah apa sampai-sampai kau keluar dari perusahaan tempatmu bekerja? Aku kira ada sesuatu hal yang terjadi padamu," lanjut ucapnya.
"Maaf, aku tidak bisa menceritakannya padamu. Hmm, ngomong-ngomong, apa kau akan menerima ku bekerja di sini?" Nata bertanya seraya menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
Tawa kecil terpampang pada wajah Yilan. Sedangkan Nata nampak terdiam lantaran merasa bingung akan sikap pria yang duduk di sampingnya.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Nata berusaha mencairkan suasana.
"Tidak, tidak. Tadi, kau bertanya padaku, apakah aku akan menerimamu bekerja di sini atau tidak?"
"Hmm, begitulah. Memangnya kenapa?"
"Kau ini ada-ada saja! Mana mungkin aku tidak akan menerimamu sebagai karyawan di Cafe ku? Bekerjalah mulai besok," ujar Yilan sontak membuat Nata terkejut kagum.
Tak lama setelah perbincangan keduanya usai, Nata memutuskan untuk segera pulang sebelum malam semakin larut. Jangan pikir ia pulang menggunakan taksi online, karena Yilan tidak mungkin membiarkan seorang wanita yang dekat dengannya mengalami hal berbahaya di tengah malam.
******
Semburat mentari pagi masuk melewati celah jendela hingga menyoroti wajah Nata yang tengah tertidur lelap. Ia kemudian terbangun dari tidurnya begitu mendengar suara dering alarm berbunyi sangat nyaring.
"Sudah jam berapa ini?" pikirnya seraya berusaha meraih jam tersebut.
Jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 07.00 waktu setempat sontak membuatnya membuka mata lebar-lebar. Ia berlari terbirit-birit menuju kamar mandi yang berada di ruangan yang sama dengan kamar tidurnya.
Setelah cukup lama disibukkan oleh sabun mandi serta gelembung sabun, akhirnya ia pun selesai.
Sebuah taksi online nampak berhenti di depan gedung apartemen tersebut, lantaran menunggunya datang.
"Untungnya taksi online yang ku pesan sudah datang," ucap Nata sembari berlari kecil mendekati taksi tersebut.
Mobil berwarna hitam berkilau mendadak berhenti tepat dibelakang taksi kuning itu. Lantas Nata menghentikan tangannya untuk membuka pintu taksi tersebut.
"Nata!" seseorang yang baru saja keluar dari mobil berwarna hitam itu tiba-tiba saja berteriak memanggil namanya.
Mendengar ada yang menyebut-nyebut namanya dengan lantang, Nata pun berdalih menatap sekeliling untuk mencari orang yang memanggilnya.
"Ha-- Hansen?!!! Kenapa dia ada di sini?!!"
Dengan sigap, Nata kembali membuka pintu taksi yang sempat terhenti lantaran mendengar ada seseorang yang memanggil-manggil namanya.
**GREP!**
Namun, tangannya berhasil diraih oleh Hansen yang dengan cepat berlari ke arahnya.
"Lepaskan tanganku!!" perintah Nata dengan mata yang sudah membendung air mata.
"Nata, dengarkan dulu penjelasanku! Semua yang kau lihat tidak seburuk itu!!" tegas Hansen yang dengan erat berusaha menghentikan tangan Nata.
Terlihat senyuman licik yang terlintas diwajah seorang wanita bernama Floryn. Nata yang menyadarinya, hanya membalas dengan tatapan tajam yang bahkan membuat siapapun yang melihatnya akan merasa takut.
"Hansen, lihat dia! Berani sekali Nata menatapku dengan tajam!!" lontar Floryn dengan manja.
"Memangnya kenapa jika aku menatapmu seperti itu? Tidak ku sangka akhirnya aku bisa mendengar suaramu setelah sekian lama kau berada di samping mantan suamiku," tangkas nya ketus.
"Nata, jangan terlalu kasar padanya! Kau tidak tau bahwa dia adalah anak dari pemilik pemilik perusahaan besar!!" protes Hansen yang sontak membuat hati Nata terhenyak.
"Siapa bilang aku tidak tau akan hal itu? Memangnya apa yang bisa dia lakukan padaku?"
"Nata!" bentak Hansen, tangannya pun sempat diangkat dan hampir menampar wajah Nata ditempat umum.
"Sudahlah, tidak ada gunanya juga kita membahas hal yang sudah berlalu. Lagipula, aku masih banyak urusan. Satu hal lagi, jangan pernah muncul lagi di hadapanku mulai sekarang." Kakinya perlahan masuk ke dalam taksi yang sudah cukup lama menunggunya.
Hansen yang merasa kecewa akan perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Nata, tentu membuatnya tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan mantan istrinya itu untuk pergi.
"Hansen, kau adalah laki-laki pertama yang membuat hidupku terasa hangat. Dan juga laki-laki pertama yang membuat hatiku terasa sakit."
Cairan bening perlahan mengalir hingga membasahi wajah anggun Nata. Matanya kemudian berdalih menatap jalanan yang ramai akan kendaraan pada umumnya.
......................
Di sisi lain, setelah Hansen serta Floryn sampai di perusahaannya. Mereka langsung dikejutkan oleh Yilan yang tiba-tiba saja sudah berada di dalam ruangan kerja milik Hansen.
"Kenapa kau berada di ruanganku?" tanya Hansen dengan raut wajah kesal lantaran kejadian tadi.
"Maaf, Tn. Hansen. Tapi, mulai hari ini aku ingin berhenti bekerja di sini," tutur Yilan sembari melepas kartu nama yang biasa digunakan di lehernya sebagai tanda pengenal.
"Kau? Keluar?"
"Benar,"
"Silahkan keluar. Lagipula, tidak ada yang berharap kau tetap berada di perusahaanku. Karena kau tidak berpengaruh besar di sini," cibir Hansen yang kesal akan sikap Yilan.
"Heuh, baiklah. Terima kasih, Tn. Hansen." Tanpa berpikir panjang, ia langsung keluar dari ruangan Hansen tanpa menunggu perintah dari mantan bosnya.
...----------------...
Suasana di Cafe milik Yilan, dimana mulai hari ini Nata mempekerjakan dirinya di Cafe tersebut. Nampak pelanggan yang mulai ramai berdatangan untuk menikmati minuman serta makanan kecil di Cafe itu.
Namun, kini tidak hanya menu enak yang dicari-cari oleh para pelanggan. Melainkan, sosok Nata yang mulai dikenal akan kecantikannya.
๐ฑ๐๐๐๐๐๐๐๐๐....
๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐, ๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐! ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐!!!๐น๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐ ๐ข๐๐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments